5 Fakta Unik Ankole‑Watusi, Sapi Bertanduk Raksasa Asal Afrika

- Tanduknya bisa mencapai lebih dari 2 meter
- Bukan sekadar sapi, tapi simbol status dan kekayaan
- Keturunan dari salah satu ras sapi tertua di dunia
Sapi biasanya identik dengan tubuh besar dan tanduk kecil, tapi tidak dengan yang satu ini. Ankole-Watusi adalah jenis sapi yang sukses mencuri perhatian dunia berkat tanduknya yang luar biasa besar dan mencolok. Berasal dari Afrika, sapi ini bukan cuma unik, tapi juga punya sejarah dan peran budaya yang menarik.
Bukan cuma penampilannya yang bikin geleng-geleng kepala, sifat dan perannya dalam kehidupan masyarakat juga punya cerita tersendiri. Nah, berikut adalah lima fakta unik tentang Ankole-Watusi yang mungkin belum kamu tahu. Yuk, simak sampai habis!
1. Tanduknya bisa mencapai lebih dari 2 meter

Kalau kamu pikir tanduk banteng sudah besar, tunggu sampai melihat Ankole-Watusi. Sapi ini punya tanduk raksasa yang bisa tumbuh lebih dari dua meter panjangnya dari ujung ke ujung. Tanduknya tidak cuma panjang, tapi juga besar dan tebal, terlihat seperti cabang pohon yang menjulang.
Di balik keindahannya, tanduk Ankole-Watusi memiliki struktur pembuluh darah yang rumit. Fungsi utamanya adalah sebagai sistem pendingin tubuh alami—darah mengalir lewat tanduk untuk dilepaskan panasnya ke udara. Selain itu, tanduk ini juga berfungsi sebagai senjata pertahanan. Dengan bentuknya yang besar, kuat, dan tajam, tanduk Ankole-Watusi mampu menyerang atau menangkis serangan dari predator seperti singa atau hyena.
2. Bukan sekadar sapi, tapi simbol status dan kekayaan

Di beberapa suku di Afrika, khususnya suku Tutsi dan Bahima, Ankole-Watusi dianggap lebih dari sekadar hewan ternak. Ia adalah simbol kekayaan, kehormatan, bahkan status sosial yang tinggi di masyarakat. Semakin banyak jumlah dan kualitas sapi milik seseorang, maka semakin tinggi pula derajat orang itu di mata komunitas. Ini seperti punya mobil sport di kota-kota besar, tapi versi pedesaan Afrika.
Sapi ini jarang disembelih sembarangan untuk diambil dagingnya, karena dianggap lebih berharga sebagai aset hidup. Mereka dipelihara untuk berbagai tujuan penting, seperti simbol status sosial, hiasan, dan juga sebagai sumber susu—meskipun produksi susunya tergolong rendah. Menariknya, meskipun jarang dikonsumsi, daging Ankole-Watusi sebenarnya memiliki kualitas yang sangat unggul. Dagingnya memiliki kandungan lemak jenuh dan kolesterol yang lebih rendah dibandingkan daging sapi biasa. Rasanya juga dikenal lebih kaya, empuk, dan sedikit menyerupai rasa mentega, menjadikannya istimewa bagi pecinta kuliner daging premium.
3. Keturunan dari salah satu ras sapi tertua di dunia

Ankole-Watusi bukanlah sapi biasa—ia adalah salah satu keturunan dari sapi paling tua di dunia. Nenek moyangnya diyakini berasal dari Sapi Zebu India (Bos indicus) yang dibawa ke Afrika lebih dari 2.000 tahun lalu. Setibanya di wilayah Ethiopia, sapi Zebu India kemudian dikawinsilangkan dengan sapi Longhorn Mesir (Hamitik). Persilangan ini melahirkan ras Sanga—jenis sapi khas Afrika yang kuat, tahan panas, dan bertanduk besar.
Dari ras Sanga kemudian berkembang varian lokal yang disebut Ankole, dan selanjutnya memunculkan subspesies Watusi, terutama di wilayah Uganda, Rwanda, dan Burundi. Ankole-Watusi mewarisi ciri khas leluhurnya: tanduk raksasa, tubuh ramping, dan ketahanan luar biasa terhadap kondisi lingkungan yang keras. Keberadaan sapi ini hingga sekarang menjadi bukti nyata dari warisan genetik dan budaya Afrika yang telah bertahan selama ribuan tahun.
4. Tahan panas dan tangguh di lingkungan ekstrem

Ankole-Watusi dikagumi bukan hanya karena penampilannya, tapi juga karena kemampuannya bertahan di iklim panas yang ekstrem. Habitat asalnya di wilayah Sub-Sahara Afrika menuntut adaptasi luar biasa. Salah satu faktor penting adalah tanduknya yang berfungsi sebagai alat pendingin alami. Darah yang mengalir dalam tanduk membantu mengatur suhu tubuh, sangat penting dalam suhu tinggi dan minimnya air.
Selain sistem pendingin alami, mereka juga memiliki metabolisme yang hemat energi dan bisa bertahan dengan pakan berkualitas rendah. Ankole-Watusi mampu menyesuaikan diri dengan kondisi padang savana yang kering, di mana rumput hijau hanya tersedia secara musiman. Kemampuan beradaptasi inilah yang membuatnya menjadi pilihan peternak di berbagai negara tropis.
5. Jadi bintang di dunia modern dan populer di luar Afrika

Siapa sangka, sapi asal Afrika ini sekarang malah tenar sampai ke Amerika dan Eropa. Mereka di pelihara di berbagai peternakan, taman konservasi, hingga jadi ikon visual di kebun binatang. Penampilannya yang dramatis dan eksotis membuatnya jadi daya tarik tersendiri di mana pun ia berada.
Tak hanya itu, Ankole-Watusi juga mulai dilibatkan dalam program pelestarian genetik. Dengan bantuan teknologi peternakan modern, para ilmuwan berusaha menjaga keberlanjutan jenis ini dari ancaman punah. Ia juga dipakai dalam berbagai riset terkait adaptasi hewan terhadap panas ekstrem. Dari padang savana sampai panggung ilmiah, Ankole-Watusi berhasil membuktikan bahwa ia memang luar biasa.
Ankole-Watusi bukan hanya sekadar sapi bertanduk besar, tetapi juga simbol sejarah, budaya, dan ketahanan hidup. Keunikan fisiknya berpadu dengan nilai-nilai tradisional yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Afrika. Kini, pesonanya bahkan telah melintasi benua dan menjadi perhatian dunia. Ankole-Watusi membuktikan bahwa hewan ternak pun bisa menjadi ikon warisan yang tak ternilai.