5 Fakta Winglet Pesawat, Lekukan Kecil dengan Peran Besar

Kalau kamu sering bepergian naik pesawat, kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan lekukan di ujung sayap pesawat. Bagian kecil yang menekuk ke atas atau mungkin terbelah dua ini dinamakan winglet. Winglet merupakan inovasi penting dalam dunia aviasi.
Sebagai sebuah inovasi, kehadirannya membawa pengaruh besar bagi industri dirgantara. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya pesawat komersial yang menerapkan teknologi winglet. Ingin tahu fakta unik tentangnya? Yuk, baca terus sampai akhir!
1. Menilik sejarah winglet, dipelopori oleh penelitian NASA

Dilansir laman resmi NASA, sejarah winglet bermula pada tahun 1973 saat banyak maskapai Amerika Serikat mengalami krisis akibat embargo minyak dari Arab. Menyikapi hal ini, NASA meluncurkan program Aircraft Energy Efficiency (ACEE). Tujuannya agar penggunaan bahan bakar pada kendaraan bisa diefisienkan.
Seorang insinyur dalam program ini, Richard T. Whitcomb menjadi salah satu orang paling berjasa dalam perkembangan winglet. Awalnya, ia meneliti konsep aerodinamika milik seorang ilmuwan Inggris, Frederick W. Lanchester. Menurut konsep ini, memasang plat vertikal di ujung sayap pesawat bisa menambah efisiensi bahan bakar.
Setelah serangkaian percobaan, Whitcomb masih belum puas dengan hasilnya. Plat yang dipasang masih belum maksimal dalam mengurangi gaya hambat dan konsumsi bahan bakar. Ia lalu merancang ulang desain sayap pesawat yang terinspirasi dari ujung sayap burung yang menekuk saat terbang. Buah dari pemikirannya itu diperkenalkan pada tahun 1976.
2. Punya peran penting, salah satunya menghemat bahan bakar

Dilansir Science Direct, ada perbedaan tekanan udara pada sayap pesawat saat sedang terbang. Saat udara bertekanan tinggi di bawah sayap bertemu dengan udara bertekanan rendah di atas sayap, tercipta pusaran udara yang meningkatkan gaya hambat. Pusaran ini menyebabkan mesin harus bekerja lebih keras agar pesawat bisa bergerak maju.
Nah, di sinilah kehadiran winglet dibutuhkan. Lekukan kecil di ujung sayap ini bisa mengurangi gaya hambat yang dialami pesawat. Dengan begitu, kinerja mesin bisa dioptimalkan sehingga konsumsi bahan bakar bisa dikurangi. Tidak hanya itu, dengan mengurangi pusaran udara yang terbentuk, penerbangan juga akan terasa lebih stabil dan nyaman.
3. Namun, winglet tidak cocok diterapkan di pesawat tempur

Walaupun punya banyak manfaat, pabrikan pesawat tempur tidak menggunakan winglet di produk mereka. Hal ini karena ada perbedaan tupoksi antara dua jenis pesawat ini. Jika pesawat komersial dirancang agar terbang dengan nyaman, lain halnya dengan pesawat tempur yang justru didesain agar lebih agresif dalam bermanuver.
Selain itu, memasang winglet di ujung sayap pesawat tempur hanya akan menambah bobotnya. Akibatnya, pesawat mengalami momen inersia yang lebih besar saat melaju dengan kecepatan supersonik. Pada akhirnya, kerugian yang ditimbulkan lebih besar dari pada keuntungannya.
4. Punya banyak desain dengan bentuk yang ikonik

Winglet tidak selalu berbentuk lekukan ke atas, bisa saja ke bawah atau terbelah dua. Variasi desain ini dimaksudkan sebagai peningkatan dari desain terdahulu. Maka dari itu, tidak heran jika bentuk winglet makin beragam seiring dengan teknologi aviasi yang terus berkembang.
Dilansir Simple Flying, blended winglets merupakan jenis yang umum digunakan. Berbentuk lekukan vertikal ke atas seperti foto ilustrasi di cover artikel. Lalu ada split-scimitar winglets, seolah membelah ujung sayap menjadi dua bagian. Jenis ini bisa kamu temukan di pesawat Boeing 737 Max series. Terakhir ada sharklet yang dirancang khusus oleh Airbus, mirip blended winglets hanya saja lebih ramping.
5. Sayap melengkung bisa menjadi alternatif winglet
Dilansir Science Direct, winglet pertama kali digunakan oleh pesawat komersial secara luas pada tahun 1989. Saat itu, Boeing 747-400 milik Northwest Airlines menjadi pesawat komersial pertama yang menggunakannya. Hingga kini winglet masih dipakai oleh beberapa pesawat komersial keluaran tahun 2000-an.
Namun, tidak semua pesawat modern menerapkan teknologi ini. Produsen pesawat seperti Boeing lebih memilih menggunakan sayap melengkung di beberapa produknya–B787 Dreamliner. Alih-alih memasang winglet, pesawat B787 Dreamliner justru dirancang dengan raked wingtips–sayap melengkung ke belakang. Dilansir Boeing, desain ini punya manfaat yang sama dengan winglet namun tanpa menambah bobot sayap.
Winglet bukan sekadar estetika semata, lekukan kecil ini punya peran besar bagi industri dirgantara. Kehadirannya bak angin segar untuk menambah laba maskapai dengan menghemat konsumsi bahan bakar. Winglet juga meningkatkan kenyamanan dengan menjaga pesawat tetap stabil saat di udara.