5 Spesies Antelop dari Genus Kobus yang Hidup di Benua Afrika

- Antelop genus Kobus hidup di berbagai habitat Afrika, terutama dekat sumber air.
- Waterbuck memiliki populasi stabil meski terancam perburuan dan habitat.
- Kob, lechwe, nile lechwe, dan puku juga menghadapi ancaman serupa namun dengan status yang berbeda menurut IUCN.
Antelop atau antelope merupakan satwa dari famili Bovidae yang tersebar di berbagai wilayah, khususnya di benua Afrika. Famili ini terdiri dari beberapa genus dengan karakteristik yang beragam, dan salah satu yang menarik untuk dibahas adalah genus Kobus. Antelop dari genus Kobus memiliki keunikan tersendiri, baik dari segi habitat, perilaku, maupun adaptasi yang memungkinkan mereka bertahan hidup di lingkungan yang beragam di benua Afrika.
Seperti kebanyakan herbivora lainya, antelop genus Kobus dapat ditemukan di padang rumput terbuka, semak belukar, hutan dan hutan sungai, terutama di dekat sumber air. Di habitat ini, mereka dapat merumput dengan bebas pada rumput panjang dan kasar, serta memakan dedaunan dari beberapa jenis pohon dan semak. Jika kamu tertarik untuk mengenal lebih dekat keberadaan antelop genus Kobus di Benua Afrika, berikut adalah beberapa spesies menariknya yang bisa kamu simak.
1. Kobus ellipsiprymnus

Kobus ellipsiprymnus atau lebih dikenal sebagai waterbuck merupakan spesies yang mudah ditemui di berbagai wilayah Afrika sub-Sahara, dengan populasi signifikan berkembang di Uganda. Spesies ini kerap menjadi penghuni taman nasional seperti Murchison Falls dan Queen Elizabeth. Secara fisik, waterbuck memiliki ukuran tubuh yang cukup besar, dengan panjang kepala dan badan mencapai 177–235 cm serta tinggi bahu sekitar 120–136 cm. Warna bulu mereka cenderung abu-abu hingga coklat kemerahan, dengan intensitas warna yang semakin pekat seiring pertambahan usia.
Di alam liar, waterbuck memiliki harapan hidup sekitar 10–15 tahun, meski keberadaannya terancam oleh perburuan dan perusakan habitat. Kendatipun demikian, International Union for Conservation of Nature (IUCN) masih mengklasifikasikan spesies ini dalam kategori ‘Least Concern’ atau tak mengkhawatirkan, berkat populasi yang relatif stabil dan kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan.
2. Kobus kob

Selanjutnya, kob (Kobus kob) adalah antelop berukuran sedang yang tersebar di Afrika Tengah, Barat, dan Timur. Jantan dewasa memiliki tinggi bahu sekitar 90–100 cm dan berat rata-rata 94 kg, sementara betina lebih kecil dengan tinggi 82–92 cm dan berat 63 kg. Bulu mereka yang berwarna keemasan hingga coklat kemerahan kontras dengan bercak putih di tenggorokan, lingkaran mata, dan telinga bagian dalam, serta aksen hitam di kaki depan.
Dalam hal perilaku, kob jantan membangun wilayah kecil untuk menarik betina, sistem yang disebut ‘lek’. Betina kob melahirkan satu anak setelah mengandung selama delapan bulan. Kendatipun menghadapi ancaman seperti perburuan dan fragmentasi habitat, populasi kob masih tergolong stabil. Data IUCN mencatat total populasi kob dewasa mencapai 500.000–1.000.000 individu, sehingga spesies ini masuk kategori "Least Concern" atau tidak terancam punah.
3. Kobus leche

Berikutnya, Kobus leche alias lechwe berhabitat di kawasan Afrika bagian selatan seperti Botswana, Zambia, Angola timur, dan wilayah timur laut Namibia, memiliki ciri fisik yang mencolok. Dengan tinggi bahu 90–100 cm dan berat antara 50–120 kg, jantan biasanya lebih besar daripada betina. Bulu mereka yang berwarna keemasan hingga coklat kontras dengan bagian perut yang putih bersih, menciptakan tampilan alami yang unik.
Musim kawin lechwe berlangsung selama periode hujan, dari November hingga Februari, dengan masa kehamilan betina berlangsung 7–8 bulan. Akan tetapi, populasi mereka terus menyusut drastis. Seabad lalu, diperkirakan ada sekitar 500.000 individu, tetapi kini jumlahnya terus menurun hingga IUCN menggolongkannya sebagai spesies Rentan atau ‘Vulnerable’.
4. Kobus megaceros

Nile lechwe (Kobus megaceros), spesies antelop endemik Sudan Selatan dan Ethiopia, memiliki dimensi tubuh yang cukup besar. Jantan dewasa mencapai panjang 165 cm dengan tinggi bahu 100–105 cm dan berat 90–120 kg, sementara betina lebih ringkas dengan panjang 135 cm, tinggi 80–85 cm, dan berat 60–90 kg. Hidup rata-rata 10–11,5 tahun, nile lechwe juga dikenal dengan bulu berwarna kemerahan kecokelatan yang khas.
Dalam hal reproduksi, antelop ini menerapkan sistem harem, di mana jantan dominan mengawini beberapa betina. Masa kehamilan betina berlangsung 7–9 bula dan biasanya melahirkan satu anak. Kendatipun terlihat adaptif, populasi nile lechwe terus menyusut hingga hanya sekitar 32.000 individu saat ini. Ancaman seperti perburuan dan kehilangan habitat telah mengantarkan spesies ini ke status terancam Punah (Endangered) versi IUCN.
5. Kobus vardonii

Terakhir, kobus vardonii alias puku ialah antelop berukuran sedang yang tersebar di Angola, Botswana, Katanga (Republik Demokratik Kongo), Malawi, Tanzania, dan Zambia, memiliki tinggi bahu sekitar 80 cm dengan berat 70–80 kg. Bulu mereka berwarna cokelat pasir, kontras dengan bagian perut yang lebih muda, menciptakan tampilan alami yang menyatu dengan lingkungan sabana dan dataran banjir. Di alam liar, puku dapat bertahan hingga 17 tahun lho, kendatipun ancaman pemangsaan oleh singa dan macan tutul selalu mengintai.
Perilaku sosial puku terbagi berdasarkan gender jantan teritorial hidup soliter, sementara jantan muda membentuk kelompok kecil. Betina, di sisi lain, berkumpul dalam kelompok 6–20 individu. Saat merasa terancam, mereka mengeluarkan suara siulan berulang sebagai peringatan. Menurut IUCN mengklasifikasikan puku sebagai hampir terancam atau ‘near threatened’ akibat tekanan perburuan dan penyusutan habitat.
Dari padang sabana yang luas hingga kawasan basah yang subur, ke-lima spesies antelop genus Kobus menghadirkan keunikan dan daya tarik tersendiri dalam keanekaragaman hayati Afrika, ya. Apakah kamu tertarik melihat kelima spesies antelop ini secara langsung?