5 Spesies Baru Laba-Laba di Indonesia, Punya Nama yang Unik!

Coccorchestes spark merupakan spesies laba-laba lompat yang baru ditemukan di pulau Papua dan dideskripsikan pada tahun 2024. Laba-laba ini termasuk dalam famili Salticidae, yang terkenal dengan kemampuan melompatnya yang luar biasa.

Laba-laba jenis ini memiliki beberapa ciri unik yang membedakannya dari spesies lain dalam genus Coccorchestes. Hewan ini juga membangun jaring kecil untuk berlindung dan beristirahat. 

Utivarachna angsoduo merupakan salah satu spesies laba-laba lompat yang ditemukan di Indonesia. Laba-laba ini termasuk dalam famili Salticidae, yang terkenal dengan kemampuan melompatnya yang luar biasa.

Nama spesifiknya diambil dari bahasa Melayu, Jambi, angso duo yang berarti “dua angsa”, bagian dari kisah mitologi berdirinya Jambi dan merupakan simbol umum dalam kebudayaan Jambi. Laba-laba jenis ini memiliki beberapa ciri unik yang membedakannya dari spesies lain dalam genus Utivarachna. 

Utivarachna balonku adalah spesies laba-laba yang baru ditemukan di Indonesia dan dideskripsikan pada tahun 2024. Laba-laba ini termasuk dalam famili Trachelidae, yang dikenal dengan beberapa ciri khas seperti tubuh ramping dan memanjang, dan rahang atas yang panjang dan sempit.

Nama spesifiknya diambil dari lagu anak-anak Indonesia Balonku Ada Lima (“Saya punya lima balon”), diciptakan oleh Pak Kasur dan dimodifikasi menjadi versi populernya oleh A.T. Mahmud. Ini mengacu pada tegulum laba-laba yang menggembung pada palp jantan.

Utivarachna rimba adalah spesies laba-laba jumping yang ditemukan di pulau Sumatra, Indonesia. Laba-laba ini termasuk dalam famili Salticidae, yang terkenal dengan kemampuan melompatnya yang luar biasa.

Nama spesifiknya diambil dari bahasa Indonesia rimba yang berarti “hutan”, karena sebagian besar spesimen dikumpulkan dari plot penelitian di hutan hujan dataran rendah. Laba-laba jenis ini memiliki kaki berwarna jingga yang sangat estetik. 

Utivarachna trisula adalah spesies laba-laba yang baru ditemukan dan dideskripsikan pada tahun 2024. Nama spesifiknya diambil dari bahasa Indonesia trisula, yang berarti “trisula”, mengacu pada trifid RTA.

Spesies ini termasuk dalam kelompok kinabaluensis berdasarkan ciri-ciri berikut: karapas berbentuk baji dengan tepi lateral bergelombang, ujung posterior karapas tidak bertangkai memanjang, PER sangat melengkung dan lebih panjang dibandingkan AER. Sedangkan pada bagian tegulum palpal tidak membesar dan bulat, bursae melengkung ke belakang menuju spermathecae.

Penemuan spesies baru di Indonesia merupakan bukti nyata kekayaan alam yang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak spesies yang belum diketahui dan perlu dipelajari lebih lanjut.

Penemuan ini juga menjadi pengingat bahwa kita harus menjaga kelestarian alam Indonesia agar spesies-spesies ini dapat terus hidup dan berkembang biak. Penelitian dan eksplorasi untuk menemukan spesies baru harus terus dilakukan.