Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi burung standardwing bird-of-paradise yang unik sekaligus misterius dari Halmahera (commons.wikimedia.org/JJ Harrison)

Intinya sih...

  • Sayapnya seperti spanduk putih yang berkibar di udaraCiri khas utama burung ini adalah dua bulu putih panjang dari masing-masing sayapnya yang bisa berdiri tegak seperti bendera. Keindahan ini memberi nama “standardwing” yang berarti sayap-berstandar (spanduk).

  • Ritual kawinnya seperti festival tari di atas rantingStandardwing jantan tidak hanya mengandalkan tampilan visual, tetapi juga menampilkan ritual kawin yang penuh koreografi. Mereka menari secara berkelompok dalam pertunjukan yang disebut lek.

  • Hanya bisa ditemukan di Halmahera, Maluku UtaraStandardwing termasuk burung endemik, artinya hanya ditemukan secara alami di satu wilayah

Jauh di jantung hutan Halmahera, ada tarian surgawi yang hanya segelintir manusia pernah saksikan langsung. Ia bukan tarian manusia, melainkan pertunjukan cinta seekor burung langka yang dijuluki Standardwing Bird of Paradise. Burung ini bukan hanya elok dalam bentuk, tapi juga penuh misteri dalam asal-usul dan ritualnya. Bahkan ilmuwan besar seperti Alfred Russel Wallace pun jatuh cinta pada pesonanya.

Berbeda dengan burung cenderawasih yang lebih populer dari Papua, Standardwing ini memiliki sayap unik yang menyerupai bendera putih di udara—seolah menjadi penari bayangan dalam opera rimba. Mau tahu kenapa burung ini disebut salah satu yang paling luar biasa di dunia? Simak enam keunikannya berikut ini yang bikin kamu pengin langsung terbang ke Halmahera!

1. Sayapnya seperti spanduk putih yang berkibar di udara

Ilustrasi burung standardwing bird-of-paradise yang punya sayap bak spanduk putih berkibar di udara (inaturalist.org/chenshu)

Ciri khas utama burung ini adalah dua bulu putih panjang dari masing-masing sayapnya yang bisa berdiri tegak seperti bendera. Saat burung jantan melakukan tarian kawin, bulu-bulu ini akan ditegakkan dan dikibaskan ke atas, menciptakan efek visual yang nyaris tak masuk akal. Keindahan ini memberi nama “standardwing” yang berarti sayap-berstandar (spanduk).

Uniknya, bulu standar ini tidak membantu terbang, tapi khusus untuk menarik perhatian betina. Menurut laporan Emu Austral Ornithology, struktur ini adalah contoh ekstrem dari seleksi seksual, di mana keindahan lebih penting dari fungsi praktis dalam menarik pasangan. Jadi, ini bukan soal bertahan hidup, tapi soal memikat hati.

Ketika dipotret dalam cahaya pagi di bawah kanopi hutan, bulu putih tersebut tampak seperti hologram hidup. Penampilannya begitu kontras dengan tubuh gelapnya, sehingga setiap gerakannya terlihat dramatis dan mencolok. Inilah alasan kenapa Wallace menyebutnya sebagai “the most extraordinary and most beautiful bird” dalam buku bertajuk The Malay Archipelago.

2. Ritual kawinnya seperti festival tari di atas ranting

Ilustrasi burung standardwing bird-of-paradise yang punya ritual kawin seperti festival tari (inaturalist.org/fadzrun)

Standardwing jantan tidak hanya mengandalkan tampilan visual, tetapi juga menampilkan ritual kawin yang penuh koreografi. Mereka membersihkan ranting pohon tertentu dan menjadikannya “panggung tari” yang akan mereka kunjungi setiap hari saat musim kawin tiba. Di sana, mereka menari secara berkelompok dalam pertunjukan yang disebut lek.

Berdasarkan laporan penelitian BioMed Central Evolutionary Biology, burung ini menunjukkan perilaku leksial yang kompleks, mirip dengan beberapa jenis burung surga lainnya dari Papua. Setiap individu akan bersaing untuk tampil paling mencolok agar dipilih oleh betina. Gerakan kepala, sayap, dan bulu standar digerakkan dengan ritme memukau.

Tak jarang, lebih dari lima burung jantan akan tampil bersamaan dalam satu arena, menciptakan suasana seperti sirkus kecil di langit hutan. Ini menjadi bukti bahwa dalam dunia hewan, cinta bisa menjadi panggung seni yang luar biasa.

3. Hanya bisa ditemukan di Halmahera, Maluku Utara

Ilustrasi standardwing bird-of-paradise yang endemik dari Halmahera Maluku Utara (inaturalist.org/yoviejehabut)

Standardwing termasuk burung endemik, artinya hanya ditemukan secara alami di satu wilayah di dunia, yaitu di Maluku Utara. Habitat utamanya berada di Pulau Halmahera, Bacan, dan Morotai. Keberadaannya sangat terbatas dan terancam karena pembukaan hutan untuk tambang dan perkebunan.

Menurut data dari BirdLife International, populasi burung ini terus menurun akibat hilangnya hutan dataran rendah tropis, terutama di Halmahera tengah dan timur. Statusnya saat ini diklasifikasikan sebagai Near Threatened oleh IUCN Red List, artinya satu langkah sebelum masuk kategori terancam.

Kondisi ini memperlihatkan betapa rapuhnya spesies unik seperti standarwing di tengah gempuran pembangunan yang tak terkendali. Indonesia memiliki tanggung jawab moral dan ekologis untuk menjaga mahakarya alam ini dari kepunahan.

4. Warna tubuh metalik berpadu dengan mahkota misterius

Ilustrasi standardwing bird-of-paradise yang warna tubuh metalik dan berpadu dengan mahkota (inaturalist.org/jasonalexander)

Selain bulu standar putih, tubuh standarwing jantan berwarna hijau gelap metalik, nyaris hitam dengan efek berkilau, tergantung sudut cahaya. Ia juga memiliki mahkota kecil berwarna keunguan di atas kepalanya yang makin memperkuat kesan eksotis. Kontras warna antara tubuh gelap dan sayap putih menjadikannya salah satu burung paling artistik di dunia.

Laman resmi EcoNusa menggambarkan warna tubuh burung ini berwarna-warni dan sulit dipahami, “berkilauan dengan kedalaman yang surealis”. Warna-warna ini tidak berasal dari pigmen, tapi dari struktur mikro bulu yang membiaskan cahaya—fenomena yang disebut sebagai struktur warna optik.

Kombinasi tersebut menghasilkan efek visual seperti perhiasan hidup. Tidak heran jika para ahli menyebut burung ini sebagai representasi biologis dari perhiasan kerajaan di alam liar.

5. Ditemukan oleh Alfred Russel Wallace, sang pelopor evolusi

Ilustrasi standardwing bird-of-paradise yang ditemukan oleh Alfred Russel Wallace sang pelopor evolusi (inaturalist.org/dionluas)

Standardwing memiliki nilai sejarah penting karena menjadi salah satu spesies yang mendorong teori evolusi seleksi alam. Alfred Russel Wallace menemukan dan mendeskripsikan burung ini saat ekspedisi ke Kepulauan Maluku pada tahun 1858. Ia menganggap standardwing sebagai spesies paling luar biasa yang pernah dilihatnya.

Dalam bukunya The Malay Archipelago, Wallace menulis, “Saya telah melihat banyak keajaiban, namun burung ini melampaui semuanya dengan keanggunan dan penampilannya yang menakjubkan.”

Bersama Charles Darwin, Wallace membangun fondasi teori evolusi. Penemuan burung, seperti Standardwing memberi wawasan penting bahwa keindahan bisa berevolusi melalui mekanisme seleksi seksual, bukan hanya untuk bertahan hidup.

6. Salah satu cenderawasih paling primordial

Ilustrasi standardwing bird-of-paradise yang merupakan cendrawasih paling primordial (inaturalist.org/josh_vandermeulen)

Secara filogenetik, standardwing adalah salah satu spesies paling awal dalam pohon keluarga cenderawasih (Paradisaeidae). Artinya, ia menjadi semacam “cenderawasih purba” yang masih mempertahankan bentuk dan perilaku leluhur burung-burung surga lainnya.

Penelitian dalam jurnal Systematic Biology mengungkapkan bahwa Standardwing mewakili cabang paling basal dalam pohon evolusi keluarga Paradisaeidae. Hal ini menjadikannya penting untuk studi evolusi keindahan, seleksi seksual, dan adaptasi dalam ekosistem tropis.

Sebagai semacam “fosil hidup”, keberadaannya penting bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga dunia ilmu pengetahuan global.

Di balik bulu putih yang menari di udara dan suara lembut dari dahan tinggi, Standarwing Bird of Paradise menyimpan pesan penting: keindahan alam tidak abadi jika tak dijaga. Burung ini bukan sekadar hewan eksotis, tapi simbol rapuhnya keanekaragaman hayati Indonesia yang masih tersembunyi di balik kabut hutan Halmahera.

Sebagai anak bangsa, kita punya peran untuk mengenali, menghargai, dan menjaga warisan luar biasa ini. Siapa tahu, suatu hari kamu bisa menyaksikan sendiri tarian surgawi itu—bukan di layar dokumenter, tapi langsung dari ranting hidup yang bergoyang di antara pohon tropis Maluku.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team