7 Serangga Bioluminesensi yang Bisa Bercahaya

- Kunang-kunang mampu memancarkan cahaya hijau kekuningan dan merah sebagai peringatan bagi calon predator
- Click beetle dapat mengendalikan intensitas cahayanya, menarik pasangan, dan menghalangi predator dengan cahaya stabil di bagian tubuhnya
- Lalat jamur menggunakan cahaya biru kehijauan untuk menarik mangsa dan menciptakan jaring benang sutra untuk berburu
Kunang-kunang adalah serangga yang dikenal mampu memancarkan cahaya yang memukau. Namun, sebenarnya, mereka bukan satu-satunya serangga yang mampu menghasilkan cahaya.
Bioluminesensi, kemampuan untuk menghasilkan dan memancarkan cahaya, adalah sifat luar biasa yang dimiliki oleh beberapa serangga lainnya. Banyak spesies serangga mampu memancarkan cahaya yang biasanya digunakan untuk berkomunikasi, bertahan hidup, dan kawin. Mari kita lihat lebih dekat beberapa serangga bioluminesensi yang menakjubkan dan bagaimana mereka menggunakan cahaya untuk bertahan hidup.
1. Railroad worm

Railroad worm atau cacing kereta api adalah larva dari kumbang Phrixothrix. Serangga ini dinamai demikian karena adanya bintik-bintik bercahaya di sepanjang tubuh mereka, menyerupai jendela kereta yang menyala di malam hari. Cacing ini unik karena dapat menghasilkan dua warna cahaya yang berbeda: hijau kekuningan dan merah.
Cahaya hijau kekuningan berasal dari sebelas pasang organ berpendar di sepanjang tubuh mereka, sementara kepala mereka memancarkan cahaya merah. Cahaya merah itu sangat istimewa, karena dianggap berfungsi sebagai peringatan bagi calon predator. Sistem cahaya ganda ini menjadikan cacing rel kereta api sebagai salah satu makhluk bioluminesensi yang menonjol.
2. Click beetle
Click beetle atau kumbang klik adalah serangga bioluminesensi yang termasuk dalam genus Pyrophorus. Tidak seperti kunang-kunang, cahayanya tidak berkedip melainkan bersinar terus-menerus, meskipun mereka dapat mengendalikan kecerahannya. Saat terancam, kumbang klik dapat mengintensifkan cahayanya.
Dua titik luminesensinya terletak di sudut belakang pronotum, segmen paling depan dari toraks, dan mereka juga memiliki cahaya yang lebih terang di perutnya, yang biasanya hanya terlihat saat mereka terbang. Cahaya yang stabil ini membantu mereka menghalangi predator dan menarik pasangan.
3. Firefly-mimicking longhorn beetleg
Sesuai namanya, kumbang ini memiliki penampilan dan perilaku sangat mirip kunang-kunang. Kumbang ini memiliki dua segmen kuning di perutnya, mirip dengan segmen penghasil cahaya kunang-kunang, menjadikannya contoh yang sangat baik dari mimikri di alam. Dengan meniru penampilan dan cahaya kunang-kunang, kumbang ini dapat melindungi diri dari predator yang mengaitkan kunang-kunang dengan senyawa beracun yang dikandungnya.
4. Lalat jamur
Lalat jamur, terutama larva spesies tertentu, dikenal akan kemampuan bioluminesensinya. Mereka biasanya dapat ditemukan di lingkungan yang lembap dan gelap seperti gua dan hutan, larva ini menggunakan cahayanya untuk menarik mangsa. Cahaya bioluminesensi yang dipancarkannya berwarna biru kehijauan, dan mereka menciptakan jaring dari benang sutra yang lengket untuk menjebak serangga yang tertarik ke arah cahaya tersebut.
Lalat ini hidup terutama di Australia dan Selandia Baru, dengan larva mereka yang bersinar menciptakan pemandangan yang menakjubkan dan berbintang di gua-gua. Bioluminesensi mereka terutama merupakan alat berburu, membantu mereka bertahan hidup di lingkungan yang miskin nutrisi di mana sumber makanan langka.
5. Cucubanos

Cucubanos adalah spesies serangga yang berasal dari Puerto Rico dan sering disangka sebagai kunang-kunang. Namun, mereka termasuk dalam famili Elateridae, sementara kunang-kunang berasal dari famili Lampyridae.
Serangga kecil yang memiliki panjang sekitar 3 cm ini terkenal karena kemampuannya memancarkan cahaya dari toraksnya. Cucubanos dapat menyalakan dan mematikan lampu mereka secara mandiri, dengan dua lampu depan dan satu lampu belakang. Mereka menggunakan lampu ini terutama untuk tujuan kawin, memberi sinyal kepada calon pasangan dalam kegelapan.
6. Lucihormetica luckae

Lucihormetica luckae adaah kecoak raksasa dari Ekuador. Serangga ini memiliki cahaya unik yang dihasilkan oleh autofluoresensi. Karapas mereka memancarkan tiga cahaya hijau kekuningan saat terkena cahaya eksternal. Meskipun awalnya dianggap bioluminesensi, para peneliti belum memastikan apakah mereka menghasilkan cahaya secara mandiri.
Sayangnya, Lucihormetica luckae diperkiakan telah punah, karena habitat mereka di sekitar gunung berapi Tungurahua hancur selama letusan pada tahun 1999. Hanya satu spesimen Lucihormetica luckae yang berhasil dikumpulkan 70 tahun yang lalu. Karenanya, tidak banyak informasi yang diketahui mengenai Lucihormetica luckae.
7. Pyrearinus candelarius

Pyrearinus candelarius adalah kumbang berwarna cokelat tua dengan mata besar dan pronota berwarna cokelat kekuningan. Kumbang ini berwarna hitam di bagian tengah dan memiliki gigi kecil yang mengarah ke belakang.
Kumbang ini memancarkan tiga cahaya. Satu dipancarkan oleh dua organ berpendar yang terletak di protoraks, di sudut posterior. Kedua bintik ini memancarkan cahaya hijau. Selain itu, segmen pertama di area perut juga berpendar, dan memancarkan cahaya kuning. Cahaya Pyrearinus candelarius sifatnya bersinar terus-menerus.
Bioluminesensi adalah adaptasi menarik yang memiliki berbagai tujuan di dunia serangga, mulai dari menarik pasangan hingga mengusir predator. Meskipun kunang-kunang mungkin merupakan serangga bercahaya yang paling terkenal, banyak spesies lain juga menggunakan cahaya dengan cara yang luar biasa.
ReferensiA-Z Animals. Diakses pada November 2024. 7 Bioluminescent Bugs That Light Up
Firefly. Diakses pada November 2024. Bugs That Get Confused With Fireflies—And How to Tell the Difference
Kotlobay, A. A., Dubinnyi, M. A., Polevoi, A. V., Kovalchuk, S. I., & Kaskova, Z. M. (2022). Riboflavin as one of possible components of keroplatus (Insecta: diptera: keroplatidae) fungus Gnat bioluminescence. Russian Journal of Bioorganic Chemistry, 48(6), 1215–1220. https://doi.org/10.1134/s1068162022060164