Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Mengenai Bioluminesensi, Cara Kunang-Kunang Hasilkan Cahaya

Kunang-kunang (pixabay.com/monicore)
Kunang-kunang (pixabay.com/monicore)

Pernahkah kamu keheranan sekaligus takjub melihat cahaya kunang-kunang di malam hari? Fenomena alam yang luar biasa itu disebut bioluminesensi, yakni kemampuan kunang-kunang untuk menghasilkan cahaya sendiri. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang bioluminesensi pada kunang-kunang, mulai dari proses kimia di dalam tubuh mereka hingga bagaimana cahaya membantu mereka hidup. Ingin tahu bagaimana mereka melakukannya? Simak ulasan lengkapnya di sini.

1. Proses bioluminesensi

Kunang-kunang (pixabay.com/StockSnap)
Kunang-kunang (pixabay.com/StockSnap)

Fenomena alam yang dikenal sebagai bioluminesensi adalah ketika makhluk hidup menghasilkan cahaya sendiri. Makhluk hidup yang paling terkenal dengan kemampuan ini adalah kunang-kunang; cahaya mereka memiliki fungsi penting bagi kehidupan mereka.

Kunang-kunang menggunakan cahaya untuk berkomunikasi dengan sesama jenisnya, seperti menarik pasangan atau menandai area. Beberapa spesies kunang-kunang juga menggunakan cahaya untuk menarik mangsa.

2. Reaksi kimia bioluminesensi

Kunang-kunang (pixabay.com/sutolo)
Kunang-kunang (pixabay.com/sutolo)

Cahaya kunang-kunang berasal dari reaksi kimia yang melibatkan beberapa komponen utama. Sederhananya proses bioluminesensi pada kunang-kunang terjadi karena Luciferin, pigmen yang berfungsi sebagai substrat dalam reaksi, menyerap energi, biasanya dalam bentuk cahaya ultraviolet.

Energi yang tersimpan dalam luciferin dilepaskan melalui reaksi. Cahaya yang dihasilkan biasanya berwarna kuning kehijauan, tetapi warnanya dapat berubah tergantung pada spesies kunang-kunang yang digunakan.

3. Senyawa kimia pada bioluminesensi

Kunang-kunang (pixabay.com/kiwi616)
Kunang-kunang (pixabay.com/kiwi616)

Proses bioluminesensi pada kunang-kunang adalah hasil dari reaksi kimia yang terdiri dari beberapa bagian penting. Komponen reaksi termasuk Luciferin, Luciferase, Oksigen, ATP (Adenosin Trifosfat), dan kalsium. Enzim Luciferase berfungsi sebagai katalisator.

Luciferin berfungsi sebagai substrat dalam reaksi, menyerap energi dan kemudian melepaskannya dalam bentuk cahaya. ATP adalah sumber energi yang diperlukan untuk melakukan reaksi kimia. Kalsium mengontrol intensitas dan durasi cahaya yang dihasilkan.

4. Bercahaya untuk menarik pasangan

Kunang-kunang (pixabay.com/monicore)
Kunang-kunang (pixabay.com/monicore)

Kunang-kunang memancarkan pola dan intensitas cahaya yang khas sehingga berfungsi seperti kode unik untuk mengenali sesama jenis dan menarik perhatian pasangan yang potensial. Selain itu cahaya kunang-kunang berfungsi pula untuk komunikasi, pertahanan dan menarik mangsa.

Pola kedip seperti kode morse, berbeda untuk setiap spesiesnya. Kunang-kunang jantan akan memancarkan pola tertentu saat terbang, dan kunang-kunang betina akan membalas dengan pola yang sesuai. Proses perkawinan dapat dilakukan jika pola cahayanya sesuai.

5. Cahaya yang dihasilkan beda dari lampu

Kunang-kunang (pixabay.com/JillWellington)
Kunang-kunang (pixabay.com/JillWellington)

Cahaya yang dihasilkan oleh kunang-kunang memiliki karakteristik yang sangat unik dan berbeda jauh dengan cahaya lampu yang kita gunakan sehari-hari. Cahaya kunang-kunang disebut sebagai "cahaya dingin" karena hampir tidak menghasilkan panas.

Penelitian tentang cahaya kunang-kunang telah menginspirasi para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi baru, seperti lampu LED yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Dengan memahami mekanisme bioluminesensi pada kunang-kunang menambah pengetahuan baru. Selain itu kita dapat membuka potensi baru dalam bidang penerangan, bioteknologi, medis dan bidang lainnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us