Diprediksi di 2012,  Longsornya Lereng Anak Krakatau Sebabkan Tsunami

Sayangnya penelitian ini tidak diindahkan banyak stakeholder

Dahulu letusan Gunung Krakatau digadang-gadang sebagai letusan terdasyat yang pernah terjadi dalam dunia modern. Letusannya mampu terdengar hingga ke negeri seberang, menyebabkan perubahan cuaca yang drastis di seluruh dunia dan membuat gelombang laut yang sangat besar. Namun hanya itu saja amarah Gunung Krakatau yang keluar dan setelah itu tidak ada aktivitas berbahaya lagi. Sampai tersisa anak gunung ini (sebagai sisa ledakan) dan dipercaya oleh orang-orang tidak mampu memberikan bencana seperti induknya tersebut.

Sayangnya, dugaan tersebut salah. Pada Sabtu malam kemarin (23/12) Anak Krakatau meletus, menyebabkan sejumlah getaran ke area-area sekitarnya. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hal itu tidak menyebabkan tsunami, namun ternyata salah prediksi. Tsunami menerjang Banten dan menyebabkan lebih dari 200 orang meninggal.

Pertanyaan utama dari ini: bagaimana bisa tsunami tersebut tidak terperkirakan, tidak seperti yang terjadi pada bencana alam gempa ataupun tsunami-tsunami sebelumnya? Ada satu jawaban yang paling penting. Itu karena ada fenomena alam penyebab tsunami yang sebelumnya tidak terjadi di tempat lain.

1. Disebabkan karena longsornya gunung berapi lepas pantai

Diprediksi di 2012,  Longsornya Lereng Anak Krakatau Sebabkan TsunamiANTARA FOTO/Bisnis Indonesia/Nurul Hidayat/pras.

Aktivitas Anak Krakatau sudah sangat aktif sejak Juni 2018 ini dan kegiatan Anak Krakatau tersebut sedikit banyak menimbulkan longsor tanah di area gunung tersebut. Mengerikannya, longsoran terbesar terjadi ketika malam Sabtu kemarin. Berdasarkan National Geographic, hal itu dibuktikan dengan adanya gambar dari satelit Eropa, Sentinel-1.

2. Bukanlah fenomena yang umum

Diprediksi di 2012,  Longsornya Lereng Anak Krakatau Sebabkan Tsunamithedailybeast.com

Longsornya bagian selatan Anak Krakatau tersebut dinilai Mika McKinnon, seorang geofisikawan ternama, sebagai fenomena yang sangat jarang terjadi. Umumnya longsor akibat erupsi gunung berapi tersebut hanya berskala kecil dan tidak akan menyebabkan apa-apa. Namun kali ini berbeda. Longsor tersebut begitu besar hingga menyebabkan gelombang besar pula.

“Gunung berapi itu merupakan tanah-tanah yang direkatkan dengan lemah. Itu menjadikan tiap erupsi menyebabkan tanah-tanah tersebut longsor, membuat tanah bebatuan yang miring tersebut jatuh mengikuti arah lereng,” jelas McKinnon yang dilansir dari National Geographic.

Itulah salah satunya yang menjadikan tsunami Banten ini tidak terpekirakan, yaitu karena orang-orang masih banyak berpikiran jika tsunami hanya terjadi akibat gempa bumi. Dan stasiun seismik BMKG sejauh ini juga hanya mampu membaca berdasarkan faktor gempa.

Baca Juga: Sebabkan Tsunami, Erupsi Gunung Anak Krakatau Ternyata Tidak Besar

3. Sudah diperkirakan sejak 2012 lalu

Diprediksi di 2012,  Longsornya Lereng Anak Krakatau Sebabkan Tsunamiresearchgate.net

Walaupun begitu, sebenarnya sudah ada penelitian tentang potensi tsunami yang dapat terjadi akibat erupsi Anak Krakatau. Dibuat oleh Thomas Giachetti, Karim Kelfoun, Raphaël Paris, dan Budianto Ontowirjo, mereka telah memperkirakan akan adanya potensi akibat longsornya tanah permukaan gunung berapi tersebut. Terlebih mengingat Anak Krakatau sendiri berada di dinding kaldera, yang tercipta akibat letusan 1883.

4. Kejadian serupa sudah pernah dialami area lain

Diprediksi di 2012,  Longsornya Lereng Anak Krakatau Sebabkan Tsunamiresearchgate.net

Tsunami Banten ini bukanlah yang pertama kali terjadi akibat longsoran Anak Krakatau. Ada satu kejadian lagi dan itu terjadi di masa lampau, yang mana terjadi tsunami dengan tinggi sekitar dua meter. Kejadian itu terjadi di Pulau Rakata dan pada Oktober 1981 saat terbangunnya Anak Krakatau.

Hanya dalam waktu satu menit dari kejadian longsor tersebut, Pulau Rakata terkena gelombang. Fenomena itu dirasakan pula oleh Kepulauan Sertung dan Panjang. Gelombang tersebut didapatkan dari 15 km arah tenggara dari posisi longsor yang menyebabkan gelombang sebesar 11,3 m amplitudo.

Berdasarkan hal itulah, jurnal yang berjudul "Tsunami hazard related to a flank collapse of Anak Krakatau Volcano, Sunda Strait, Indonesia" memperkirakan akan adanya potensi tsunami yang menyerang area Selat Sunda ke depannya. Sayanya, penelitian ini tidak mendapatkan dukungan untuk mencapai solusi akhirnya.

5. Tidak bisa diprediksi ketepatannya

Diprediksi di 2012,  Longsornya Lereng Anak Krakatau Sebabkan Tsunamiresearchgate.net

Ilmuwan-ilmuwan telah menganalisa banyak kejadian serupa di masa lalu untuk mendapatkan solusinya, namun hingga sekarang masih belum memungkinkan untuk memberikan peringatan terhadap tsunami yang disebabkan tanah longsor ini. Fenomena-fenomena yang barusan terjadi, seperti Palu, membuat mereka masih perlu melakukan evaluasi lebih banyak akan bencana alam macam ini.

Untuk sekarang, yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal seperti ini hanyalah dengan terus bersiaga akan datangnya bencana alam karena kita tidak tahu kapan dan dalam bentuk apakah bencana tersebut datang.

Baca Juga: Foto: Kondisi Gunung Anak Krakatau Pasca Tsunami Banten

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya