Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Indian cobra (pexels.com/Nivedh P)

Ular dikenal sebagai salah satu hewan paling mematikan di dunia karena bisa yang dimilikinya. Racun yang disuntikkan melalui taring ular berbisa mampu melumpuhkan hingga membunuh mangsanya dalam waktu singkat. Namun, yang sering membuat penasaran adalah fakta bahwa ular tidak pernah mati oleh bisanya sendiri, bahkan ketika bisa itu berada dalam tubuhnya. 

Beberapa spesies ular bahkan dapat menyimpan racunnya dalam jumlah besar tanpa mengalami kerusakan organ atau sistem tubuh. Reaksi biologis, struktur sel, hingga sistem kekebalan tubuh ular memainkan peran penting dalam pertahanan ini. Berikut penjelasan lengkap dari berbagai sudut pandang untuk memahami kenapa bisa ular tidak membunuh dirinya sendiri.

1. Struktur protein bisa menentukan efeknya terhadap tubuh

King kobra (pexels.com/Jimmy K)

Racun ular terdiri dari protein kompleks yang didesain untuk menyerang jaringan tubuh musuh, bukan tubuh si pemilik racun. Protein dalam bisa tersebut memiliki susunan khusus yang akan aktif hanya jika disuntikkan ke organisme lain melalui aliran darah atau jaringan yang sesuai. Ketika bisa berada dalam tubuh ular, jalur aktivasi tersebut tidak tersedia, sehingga protein tidak bisa memulai proses perusakan.

Selain itu, tubuh ular telah berevolusi dengan cara yang cermat agar tidak merespons proteinnya sendiri seolah-olah itu adalah ancaman. Ada sistem pengenal dalam tubuh ular yang bisa membedakan antara protein asing dan protein dari dalam tubuhnya. Hal inilah yang membuat bisa tidak memicu respons kerusakan sel atau sistem imun dalam tubuh ular itu sendiri.

2. Sistem kekebalan tubuh mampu netralisasi racun

Ular weling (commons.wikimedia.org/Wibowo Djatmiko)

Ular memiliki sistem imun yang unik dan sangat adaptif terhadap racunnya sendiri. Antibodi alami di dalam tubuh ular berbisa bekerja secara efektif untuk menetralkan zat berbahaya jika terjadi kebocoran bisa secara internal. Ini bukan berarti ular bisa memproduksi antibodi untuk semua racun, tapi terhadap racunnya sendiri, sistem kekebalan mereka sangat siap.

Ketika ada kebocoran bisa ke jaringan internal, tubuh ular berbisa dapat dengan cepat mengenali dan menghentikan proses penyebaran racun itu. Ini menjadi alasan kuat kenapa ular bisa terus hidup meskipun menyimpan senjata berbahaya dalam tubuhnya. Jadi, kekebalan ini bukan bersifat universal terhadap semua bisa, tetapi spesifik dan sangat efisien terhadap racun milik tubuhnya sendiri.

3. Kelenjar penyimpan bisa tidak terhubung dengan darah

Ular tanah (commons.wikimedia.org/Rushen)

Kelenjar bisa yang dimiliki ular hanya akan aktif ketika mereka menggigit mangsanya. Dalam kondisi normal, bisa disimpan di dalam kelenjar khusus yang tidak memiliki jalur langsung ke sistem peredaran darah ular. Hal ini mencegah racun masuk secara tidak sengaja ke dalam tubuh dan menyebar lewat darah.

Fungsi ini sangat penting karena racun akan bersifat aktif dan berbahaya jika langsung masuk ke sistem darah. Dengan pemisahan fisik antara kelenjar bisa dan jaringan tubuh lainnya, ular bisa menyimpan racun dalam jumlah besar tanpa mengancam dirinya sendiri. Ini adalah bentuk perlindungan mekanis sekaligus biologis yang sangat efektif.

4. Evolusi genetik melindungi tubuh ular dari efek racun

Viper (commons.wikimedia.org/Rushen)

Ular berbisa sudah mengalami seleksi alam selama jutaan tahun yang membuat tubuh mereka menyesuaikan diri terhadap racunnya sendiri. Perubahan genetik secara bertahap menciptakan reseptor yang tahan terhadap senyawa beracun dalam tubuh mereka. Reseptor ini biasanya menjadi target utama racun, tetapi dalam tubuh ular, struktur reseptor ini tidak mudah rusak oleh senyawa bisa tersebut.

Selain itu, gen yang mengatur produksi protein dalam tubuh ular juga telah mengalami adaptasi khusus. Tubuh ular menjadi kebal secara alami terhadap racun yang mereka hasilkan. Adaptasi ini bisa sangat spesifik, hanya berlaku untuk racun dari spesies itu sendiri, dan tidak berlaku untuk racun dari ular jenis lain. Inilah yang menjelaskan mengapa ular tetap bisa mati jika terkena bisa dari spesies berbeda.

5. Mekanisme kimia dalam tubuh ular berbisa mencegah aktivasi racun

Black mamba (commons.wikimedia.org/TimVickers)

Reaksi kimia yang terjadi saat racun menyentuh jaringan tubuh sangat bergantung pada lingkungan kimia tertentu, seperti pH, enzim, atau ion tertentu dalam darah. Tubuh ular mampu menjaga lingkungan internal yang tidak mendukung aktivasi racunnya sendiri. Dengan kata lain, kondisi tubuh ular tidak menyediakan elemen-elemen kimia yang dibutuhkan agar racun bisa bekerja maksimal.

Hal ini membuat racun tetap dalam keadaan tidak aktif ketika masih berada dalam tubuh ular. Namun, ketika racun itu masuk ke tubuh mangsa, lingkungan kimia yang berbeda akan memicu aktivasi racun secara instan. Ini adalah bentuk perlindungan kimiawi yang bekerja bersamaan dengan perlindungan biologis dan anatomi yang dimiliki ular berbisa.

Penjelasan mengenai alasan ular berbisa tidak terluka oleh bisanya sendiri membuka banyak wawasan ilmiah yang selama ini sering diabaikan. Fakta ini menjadi bagian menarik dari trivia hewan buas, dan menunjukkan betapa kompleks serta efisiennya sistem biologis makhluk hidup. Kombinasi antara evolusi, kekebalan tubuh, dan struktur anatomi membuat ular menjadi predator yang kuat sekaligus tahan terhadap senjata mematikan miliknya sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team