7 Fakta dan Sejarah Bom Bunuh Diri, Fatalnya Pemikiran Keliru

Semoga tidak akan pernah terjadi lagi

Terorisme memiliki berbagai jenis wajah, namun satu tujuan: untuk menyebarkan ketakutan demi mencapai agenda tertentu. Berbagai metode dilakukan kelompok-kelompok teroris tertentu untuk "menyampaikan" pesan mereka. Salah satunya adalah bom bunuh diri.

Dalam beberapa dekade terakhir, bom bunuh diri semakin naik daun dalam beberapa kasus dan percobaan terorisme. Bukan hal baru, inilah beberapa fakta dan sejarah penting mengenai bom bunuh diri dan pengaruhnya dalam terorisme modern.

1. Definisi "Bom bunuh diri"

7 Fakta dan Sejarah Bom Bunuh Diri, Fatalnya Pemikiran KeliruIlustrasi Detonator Bom (IDN Times/Mardya Shakti)

Melansir Britannica, bom bunuh diri diartikan sebagai "tindakan saat seseorang membawa dan meledakkan bahan peledak untuk menimbulkan kerusakan besar, sementara membunuh dirinya sendiri dalam prosesnya".

Karena digerakkan manusia, dapat menghindari keamanan, dan menyasar target tertentu, bom bunuh diri juga dijuluki "bom pintar". Namun, karena sang pengebom juga ikut wafat dalam prosesnya, maka frasa "bunuh diri" pun disematkan.

Definisi ini semakin diperdalam sebuah studi ilmu politik di AS pada 2015, "The Rise and Spread of Suicide Bombing" yang diterbitkan oleh Annual Reviews. Biasanya, bom bunuh diri baru "sah" jika nyawa sang pengebom ikut melayang. Ada beberapa kasus di mana pengebom tetap hidup, namun kemungkinannya sangat kecil!

Motif bom bunuh diri pun beragam, namun didominasi oleh unsur politik. Secara membabi-buta, bom bunuh diri biasanya merenggut nyawa masyarakat sipil, aparat, dan figur publik yang tak sebelumnya menaruh curiga, serta nyawa sang pengebom yang "diserahkan" secara sukarela.

2. Kasus Bom Bunuh Diri Pertama Bunuh Tsar Rusia!

7 Fakta dan Sejarah Bom Bunuh Diri, Fatalnya Pemikiran KeliruLukisan kematian Tsar Alexander II. commons.wikimedia.org

Bom bunuh diri pertama dapat ditelusuri pada 13 Maret 1881 di Rusia. Saat itu, Ignacy Hryniewiecki (ia disebut juga Ignaty Ioakhimovich Grinevitsky) ikut komplotannya, Kehendak Rakyat (Narodnaya Volya/Наро́дная во́ля), melempar bom ke arah konvoi Tsar Alexander II di luar Istana Musim Dingin, St. Petersburg.

Kereta sang Tsar, hadiah dari Napoleon III, ternyata terbuat dari bahan anti peluru. Terkejut dengan serangan tersebut, Alexander II keluar tanpa luka namun dengan terhuyung. Melihat lengahnya sang Tsar, Ignacy menyasar sang Tsar dan menjatuhkan sebuah bom tepat di kakinya. Bom tersebut menewaskan Alexander II dan Ignacy.

Ditemukan sebuah catatan Ignacy yang tertulis malam sebelum serangan tersebut, 

"Aku tidak akan hidup dalam cerahnya hari kemenangan kita. Tetapi, aku percaya bahwa dengan kematian ini, aku telah melakukan semua yang menjadi tugasku."

3. Bom bunuh Diri Naik Daun Pada 1980an di Lebanon

7 Fakta dan Sejarah Bom Bunuh Diri, Fatalnya Pemikiran KeliruIlustrasi Bom (IDN Times/Mardya Shakti)

Sempat menghilang beberapa saat, bom bunuh diri besar terjadi pasca Perang Dunia II (PD2), pada Desember 1981, komplotan teroris al-Dawa mengebom Kedutaan Besar Irak di Beirut, Lebanon. Pelaku membawa mobil berisi 100 kilogram bahan peledak, lalu meledakannya di gedung Kedubes Irak. Aksi tersebut menewaskan 61 jiwa dan melukai 110.

Dua tahun kemudian, kasus bom bunuh diri kembali terjadi, tepatnya pada April 1983. Pada April, sebuah mobil membawa 910 kilogram bahan peledak dan meledakkannya di gedung Kedubes AS di Beirut, Lebanon. Insiden tersebut menewaskan pelaku, 63 jiwa, dan melukai 120. Mayoritas korban adalah anggota kedubes, CIA, hingga tentara AS.

Enam bulan berselang, pada Oktober 1983, bom bunuh diri kembali meledak di Beirut, Lebanon. Dua truk pembawa bom bunuh diri meledakkan barak tempat tinggal tentara AS dan Prancis semasa Perang Saudara Lebanon (1975-1990). Insiden tersebut merenggut 307 nyawa (241 personel militer AS, 58 personel militer Prancis, 6 warga sipil, dan 2 pelaku bom bunuh diri).

Dua insiden pengeboman tersebut kemudian dikaitkan dengan kelompok militan Syiah, Hizbullah (‮حزب الله‬), yang bertanggung jawab juga atas sekitar 20 insiden terorisme menyasar militer Lebanon dan Israel. Saat bom mobil sudah menjadi hal biasa di Lebanon, insiden tersebut memperkenalkan aspek "bom bunuh diri" sebagai metode terorisme baru.

Baca Juga: 12 Alasan Ilmiah Kenapa Seseorang Menjadi Teroris, Ini Pikiran Mereka

4. Sri Lanka juga Pakai Bom Bunuh Diri di Asia

7 Fakta dan Sejarah Bom Bunuh Diri, Fatalnya Pemikiran KeliruBendera LTTE. commons.wikimedia.org

Namun, tidak semua motif bom bunuh diri adalah berlatar belakang atau mengatasnamakan agama tertentu. Sebagai contoh, di akhir 1980an, kelompok Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) menggunakan bom bunuh diri untuk alat kampanye menciptakan negara merdeka bagi bangsa Tamil di Sri Lanka Utara dan Timur.

Dikepalai oleh Velupillai Prabhakaran, LTTE merekrut pengebom yang kemudian dinamai "Macan Hitam". Tidak sedikit orang yang melamar untuk jadi pengebom! Sebagian besar bom bunuh diri LTTE didasarkan pada contoh Hizbullah pada 1983.

Pengeboman pertama LTTE dimulai pada 1987. Saat itu, sebuah truk diledakkan di sebuah barak tentara Sri Lanka, menewaskan 55 tentara. Sang pelaku kemudian dikenang oleh LTTE lewat sebuah patung di Jaffna.

Pada 1980-2003, komplotan "Macan Hitam" LTTE jadi nomor satu di bidang bom bunuh diri. Bahkan, majalah TIME menjuluki mereka sebagai organisasi terorisme tersukses! Bahkan, mereka sampai menemukan "bom ikat pinggang" yang kemudian digunakan oleh teroris Iran, Afganistan, dan Pakistan.

Dari 137 bom bunuh diri, dua menewaskan Perdana Menteri Sri Lanka, Ranasinghe Premadasa pada 1993, dan Perdana Menteri India, Rajiv Gandhi pada 1991.

5. Al-Qaeda, Salah Satu Organisasi Terorisme yang Terkenal dengan Bom Bunuh Diri

7 Fakta dan Sejarah Bom Bunuh Diri, Fatalnya Pemikiran Kelirutheatlantic.com

Dibentuk pada 1988 di Pakistan, motif Al-Qaeda (القاعدة) hanya satu: membersihkan dunia dari pengaruh non-Muslim. Mereka memulai aksi militan mereka dengan bom bunuh diri 1995 di pangkalan militer AS di Arab Saudi. Aksi tersebut menewaskan 5 orang.

Kemudian, pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden, "menghalalkan" nyawa warga negara Amerika. Jadi, pada Agustus 1998, Al-Qaeda kembali melancarkan serangan bom bunuh diri ganda di Kedubes AS di Kenya dan Tanzania. Totalnya, insiden tersebut menewaskan 223 orang.

Pada 11 September 2001, Al-Qaeda pun menjadi tenar dengan pengeboman World Trade Center dan Pentagon dengan pesawat. Dari insiden terorisme yang dianggap paling mematikan tersebut, hampir 3.000 nyawa melayang! Hasilnya, AS merombak keamanan domestik dan kebijakan luar negerinya.

Di Indonesia sendiri, Al-Qaeda meledakkan bom di Kuta, Bali. Dari 202 korban jiwa, mayoritas adalah turis mancanegara. Hingga hari ini, dari lima insiden bom bunuh diri paling mematikan, Al-Qaeda adalah dalang dari tiga di antaranya.

6. Kenapa Bom Bunuh Diri?

7 Fakta dan Sejarah Bom Bunuh Diri, Fatalnya Pemikiran KeliruIlustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Inilah pertanyaan besar yang harus dijawab. Kenapa kelompok militan memilih bom bunuh diri untuk melancarkan aksinya? Menurut penelitian di Annual Reviews tersebut, ada beberapa faktor utama, yaitu:

  • Pendudukan: cara untuk menaikkan biaya bagi "penjajah" dan menaikkan reputasi, sehingga memaksa para "penjajah" untuk pergi dan tidak intervensi lagi.

  • Kompetisi: bom bunuh diri dilihat sebagai cara paling tepat untuk menunjukkan kesetiaan pada satu kelompok.

  • Menggiring opini masyarakat: jika satu kelompok masih belum diketahui atau didukung oleh masyarakat, maka lebih memungkinkan untuk melakukan bom bunuh diri.

  • Agama: dengan doktrin bahwa mati untuk tujuan bersama dan agama dianggap mati terhormat atau mulia (martir) serta digabung dengan faktor pendorong di atas, maka mereka pun setuju untuk melakukan bom bunuh diri.

7. Faktor Bom Bunuh Diri Pada Organisasi

7 Fakta dan Sejarah Bom Bunuh Diri, Fatalnya Pemikiran KeliruIlustrasi teroris. freepik.com/jcomp

Selain motif-motif tersebut, apakah faktor pendorong lain yang menyebabkan bom bunuh diri? Penelitian tersebut memaparkan bahwa faktor-faktor berikut turut mendorong terjadinya bom bunuh diri:

  • Status sosial ekonomi: masyarakat di bawah garis kemiskinan lebih mungkin menerima tawaran bom bunuh diri.

  • Rezim: Jenis rezim juga menentukan prevalensi bom bunuh diri di suatu kawasan. Namun, beberapa penelitian mengemukakan bahwa negara non-demokratis lebih mungkin melihat kasus bom bunuh diri.

  • Jaringan: dalam skala lokal atau global, jaringan sosial yang kompleks beserta dengan doktrin serta agenda yang dibawanya dapat memicu seseorang untuk menerima tawaran bom bunuh diri. Selain itu, bom bunuh diri kemudian "menginspirasi para pengikut berikutnya.

  • Balas dendam: mengacu pada kasus "Black Widow"/чёрная вдова yang menjalankan aksi bom bunuh diri untuk balas dendam terhadap kematian para suami (widow adalah janda) oleh Angkatan Bersenjata Rusia.

Itulah beberapa sejarah dan fakta penting mengenai bom bunuh diri oleh kelompok militan dan terorisme lokal hingga internasional. Apa pun motif yang menyertainya, bom bunuh diri adalah perbuatan terkutuk!

Bukan hanya menghilangkan nyawa sendiri, mereka juga merenggut nyawa orang lain. Sedihnya, pelaku wafat dengan yakin bahwa perbuatannya itu benar. Semoga kejadian ini tidak terulang lagi, ya!

Baca Juga: Anti Terorisme, Ini 6 Cara Kerja Brainwashing yang Perlu Kamu Waspadai

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya