7 Tokoh Dunia Melakukan Bloodletting demi Sembuhkan Penyakitnya

Kontroversi karena dianggap berbahaya dan minim manfaat

Lebih dari dua ribu tahun yang lalu, Hippokrates pertama kali menyadarkan banyak orang bahwa penyakit disebabkan oleh faktor alami di dalam tubuh. Alih-alih membawa orang sakit untuk berkorban kepada dewa, dia menasihati mereka untuk menerapkan gaya hidup sehat, seperti makan-makanan sehat, olahraga teratur, dan bahkan terapi seni.

Salah satu teori medis Hippokrates yang paling terkenal, yakni empat humor (cairan) yakni cairan empedu hitam, cairan empedu kuning, lendir atau flegma, dan darah. Secara tidak sengaja, teori empat humor menyebabkan kesalahpahaman selama berabad-abad, dan menciptakan pertumpahan darah (veneseksi). Teori medis ini adalah praktik yang dianggap penting untuk mengembalikan keseimbangan empat cairan melalui pembuangan darah yang berlebih. Berikut adalah tokoh dunia melakukan bloodletting atau praktik buang darah dengan berbagai metode.

1. Raja Louis XIII

7 Tokoh Dunia Melakukan Bloodletting demi Sembuhkan Penyakitnyapotret lukisan Raja Louis XIII (commons.wikimedia.org/Philippe de Champaigne)

Raja Louis XIII hanya bertahan hingga 47 proses pengeluaran darah dalam satu tahun. Namun, ini tidak seberapa dibandingkan dengan salah satu pelayan raja, yang menjalani 64 veneseksi. Healthline melaporkan bahwa sesi pertumpahan darah (veneseksi) biasanya berlangsung sampai pasien pingsan.

Meskipun sudah melakukan buang darah ekstrem, Raja Louis XIII juga mengembangkan tuberkulosis usus. Pada tanggal 13 April 1643, dokter memberi tahu bahwa kondisinya sudah sangat buruk, dan dia bisa saja meninggal dunia, tetapi dokter masih saja melakukan praktik buang darah yang berlebih. Pendarahan dan enema yang terjadi terus-menerus, kemungkinan besar yang membuat Raja Louis XIII memohon untuk mengakhiri pengobatannya, yang terjadi sebulan kemudian, tepatnya pada 14 Mei 1643. Setelah kematiannya, autopsi mengungkapkan adanya perforasi usus, ulserasi, dan peritonitis.

2. Ludwig van Beethoven 

7 Tokoh Dunia Melakukan Bloodletting demi Sembuhkan Penyakitnyapotret lukisan Ludwig van Beethoven (commons.wikimedia.org/Joseph Karl Stieler)

Tidak semua kasus intervensi dokter berakhir dengan sangat tragis. Dilansir laman Interlude, komposer Jerman abad ke-19, Ludwig van Beethoven, menderita beberapa penyakit yang mengharuskannya melakukan pembedahan vena. Ia menderita diare, sakit perut, dan demam, yang selalu menyertainya sejak masa kanak-kanak.

Saat dewasa, Beethoven menderita sakit kepala, sakit gigi, dan tubuhnya selalu nyeri. Dalam sepucuk surat dari Dr. Johann Schmidt, dokter merekomendasikan buang darah dengan lintah untuk membantu mengatasi sakit kepala sang komposer, yang menurut Schmidt bahwa penyakitnya "terkait asam urat". Penyebutan asam urat kemungkinan mengindikasikan bahwa sang komposer menderita nyeri tubuh atau nyeri sendi.

Buku Beethoven mengungkapkan bahwa penyakitnya terjadi karena pola makannya yang buruk. Schmidt juga menyebutkan bahwa Beethoven harus melakukan pencabutan gigi untuk meringankan sakit kepalanya. Tentu saja, keluhan terbesar Beethoven adalah gangguan pendengaran yang diperburuk oleh tinitus parah. Meskipun pengobatan lintah menjadi alternatif untuk mengobati sang komposer, tetapi praktik pengobatan itu terbukti tidak menyembuhkannya. 

3. Raja Charles II dari Skotlandia

7 Tokoh Dunia Melakukan Bloodletting demi Sembuhkan Penyakitnyapotret lukisan Raja Charles II dari Inggris, Skotlandia dan Irlandia (commons.wikimedia.org/Thomas Hawker)

Ludwig van Beethoven cukup beruntung karena selamat saat menjalani praktik bloodletting, tapi ini tidak terjadi pada Raja Charles II dari Skotlandia. Setelah mengalami kejang-kejang, dokter kerajaan melakukan perawatan kepada Raja Charles II dengan veneseksi. Mereka mengeluarkan 16 ons darah dari sayatan di lengan kiri raja. Namun, itu baru permulaan.

Berikutnya, 8 ons darah dikeluarkan melalui metode bekam. Setelah praktik buang darah, para dokter melakukan tindakan enema kepada Charles II, obat pencahar, obat yang menyebabkan muntah, dan plester mustard. Namun, plester mustard menyebabkan peradangan kulit, lepuh yang menyakitkan, dan bahkan luka bakar yang parah, tetapi dokter Charles II tidak berhenti sampai di situ. Science History Institute mengungkapkan bahwa para dokter membuat kepala sampai ujung kaki Charles II melepuh dengan setrika dan cangkir panas.

Begitu Charles II mengalami perlakuan brutal ini, yang bahkan mengharuskannya meminum "roh rebus dari tengkorak manusia", buang darah dimulai lagi. Kali ini, dokter melakukan buang darah dari lehernya sampai dia koma. Sayangnya, Raja Charles II tidak sadarkan diri, ia meninggal pada tanggal 6 Februari 1685. Terbakar dan melepuh, kekurangan darah yang ekstrem dan dipaksa melakukan enema yang tak terhitung jumlahnya.

4. George Washington 

7 Tokoh Dunia Melakukan Bloodletting demi Sembuhkan Penyakitnyapotret lukisan George Washington (commons.wikimedia.org/Gilbert Stuart)

Tidak banyak yang berubah di bidang pengobatan dari abad ke-17 hingga ke-18. Penyakit dan kematian Presiden George Washington membuktikan peringatan lain tentang pengobatan yang dilakukan dokter pada masa itu. Kematian Washington dimulai karena ia mengalami masuk angin saat berkendara dalam cuaca bersalju. Lalu, tenggorokannya gatal dan batuk ringan yang dideritanya berubah menjadi demam tinggi dan membuat dadanya sesak.

Tiga dokter segera memeriksanya, salah satunya Dr. James Craik. Tidak ingin mengambil risiko dengan presiden pertama Amerika Serikat, mereka justru memilih tindakan pengobatan yang agresif. Praktik buang darah berubah menjadi buang darah yang ekstrem.

Sebelum dokter menyelesaikan buang darah George Washington, mereka menghabiskan hampir 40 persen darahnya, sebagaimana yang dijelaskan PBS. Di sela-sela menguras darah Washington, mereka memberinya teh herbal dan enema sebagai tambahan. Akan tetapi, situasi fatalnya terjadi ketika para dokter memaksanya untuk meminum campuran cuka dan mentega molase.

Masih belum puas dengan upaya penyiksaan itu, Dr. Craik mengoleskan "tonik beracun" ke amandelnya hingga menyebabkan lepuh dan bengkak yang menyakitkan. Dalam 24 jam, George Washington meninggal di ranjangnya karena epiglotitis dan syok.

Baca Juga: Selain Ki Hajar Dewantara, Ini 5 Tokoh Pendidikan Dunia

5. Wolfgang Amadeus Mozart 

7 Tokoh Dunia Melakukan Bloodletting demi Sembuhkan Penyakitnyapotret lukisan Wolfgang Amadeus Mozart (commons.wikimedia.org/Barbara Krafft)

Banyak teori tentang penyebab kematian Wolfgang Amadeus Mozart. Para dokter telah menghabiskan beberapa ratus tahun terakhir untuk menguraikan misteri medis ini. Mereka berteori mulai dari keracunan, penyakit ginjal, infeksi radang, tuberkulosis, atau bahkan pembunuhan oleh Freemason.

Tidak ada yang dapat memverifikasi penyakitnya secara pasti, dokter yang merawatnya menyebut bahwa penyebab kematiannya sebagai "demam militer yang memanas", istilah umum untuk hal yang tidak dapat dijelaskan. Simon Jong-Koo Lee menunjukkan dalam artikelnya yang berjudul Infective Endocarditis and Phlebotomies May Have Killed Mozart di Korean Circulation Journal yang terbit pada tahun 2010, bahwa terminologi ini mungkin juga merujuk pada demam disertai ruam kulit. Infeksi streptokokus dianggap sebagai kemungkinan lain, dan Lee juga menyebutkan bahwa infeksi semacam itu dapat menyebabkan gagal jantung akut dan parah.

Namun, sebelum kematiannya, Mozart pernah menjalani praktik buang darah yang parah. Saudara ipar Mozart, Sophie Heibel, dan Georg Nikolaus Nissen, penulis biografi komprehensif pertama sang komposer, mengungkapkan bahwa Mozart meninggal dalam waktu dua jam setelah kunjungan dokter terakhirnya. Heibel mengatakan, "Pada malam Mozart meninggal, Dr. Closet tiba dan mengeluarkan darahnya kemudian memerintahkan kompres dingin ditempatkan di kepalanya, yang sangat mengejutkannya sehingga dia tidak pernah sadar sebelum akhirnya meninggal."

6. Marie-Antoinette 

7 Tokoh Dunia Melakukan Bloodletting demi Sembuhkan PenyakitnyaLukisan Marie-Antoinette, Ratu Prancis, yang dilukis oleh lisabeth Vigée Le Brun dan dipamerkan untuk pertama kalinya di Salon de Paris tahun 1783. (commons.wikimedia.org/Élisabeth Louise Vigée Le Brun)

Terkadang, Flebotomi benar-benar berhasil, dan beberapa sarjana percaya bahwa inilah yang membuat para biksu, tukang cukur, dan dokter terjebak dalam praktik pengobatan ini begitu lama. Misalnya, sebelum kelahiran anak pertamanya, Marie-Thérèse, Ratu Marie-Antoinette menjalani operasi vena. Pada saat itu, Marie-Antoinette mengasingkan diri di kamar pribadinya, karena ia cukup tertekan dengan peraturan kerajaan yang begitu ketat.

Tercekik karena situasi yang mengerikan dan ruang kamarnya yang pengap, Marie-Antoinette akhirnya pingsan. Dokter yang merawatnya melakukan buang darah terhadapnya, sementara para pelayannya membuka jendela kamar tidurnya agar udara segar masuk. Kemungkinan besar, udara segarlah yang membuat Marie-Antoinette kembali sadar. Namun, para dokter kerajaan menerima penghargaan karena berhasil memulihkannya dan membantunya melahirkan seorang gadis kecil yang dijuluki "Madame Royale".

7. Frédéric Chopin

7 Tokoh Dunia Melakukan Bloodletting demi Sembuhkan Penyakitnyapotret lukisan 3D Frédéric Chopin (commons.wikimedia.org/Hadi Karimi)

Kematian lain yang membingungkan para peneliti modern adalah komposer terkenal Frédéric Chopin. Meskipun banyak yang berspekulasi bahwa dia meninggal karena tuberkulosis, tapi segelintir peneliti telah mengemukakan penyakit lain seperti fibrosis sistik. Akan tetapi, satu hal yang pasti, Chopin mengalami penyakit serius yang membuatnya lemah dan batuk berdarah.

Menariknya, komposer Polandia itu menolak menjalani buang darah (veneseksi) yang menjadi metode umum pada waktu itu. Alasan kuat mengapa dia sangat skeptis dengan veneseksi adalah, karena dia pernah menyaksikan saudara perempuannya, Emilia Chopin, meninggal setelah berhari-hari melakukan buang darah untuk mengobati anoreksia. Emilia Chopin meninggal dalam waktu sebulan.

Alasan kedua karena salah satu dokternya, Pierre Charles Alexandre Louise, sangat menentang buang darah, menurut data statistik, prosedur tersebut jauh lebih berbahaya daripada memberikan manfaat. Namun, Chopin masih melakukan beberapa pengobatan abad ke-19, seperti bekam kering dan blister plasters. Menjadi hal luar biasa karena dia menghindari lebih banyak campur tangan dari pihak dokter.

Tokoh dunia melakukan bloodletting di atas menjadi bukti bahwa perawatan medis membutuhkan biaya yang sangat mahal. Namun, pada abad ke-17 sampai 20-an, kekayaan dan banyaknya dokter yang mengobati juga tidak menjamin bahwa pasien itu bisa selamat, seperti beberapa tokoh dunia yang sudah kita bahas sebelumnya.

Baca Juga: 5 Tokoh-Tokoh Ilmu Kedokteran dalam Islam

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya