Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Orang-orang berusaha menghindari tsunami tahun 2004 di Thailand. (commons.wikimedia.org/David Rydevik)
Orang-orang berusaha menghindari tsunami tahun 2004 di Thailand. (commons.wikimedia.org/David Rydevik)

Indonesia bisa dibilang jadi salah satu negara di dunia yang paling rentan diterpa tsunami. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah Indonesia terletak tepat di tiga lempeng tektonik berbeda, yakni Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik, membuat pulau-pulau Tanah Air begitu rentan dengan gempa bumi akibat pergerakan lempeng. Masalahnya, ketiga lempeng di atas terletak tepat di laut dan cenderung dangkal sehingga potensi tsunami ketika lempengan itu saling bergerak atau menghantam.

Atas masalah itu, mitigasi bencana tsunami jelas jadi salah satu aspek penting yang perlu diketahui masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di wilayah pesisir pantai. Salah satu mitigasi yang perlu diketahui itu terkait dengan tindakan apa saja yang harus diambil begitu kita mendengar peringatan tsunami dari pihak berwenang. Nah, pada pembahasan kali ini, yuk, kupas tuntas soal mitigasi tersebut supaya ketika bencana tsunami mengancam wilayah Indonesia, kita jadi lebih siap untuk menghadapinya. Simak sampai selesai, ya!

1. Segera jauhi pesisir pantai

kondisi pesisir pantai Aceh pascatsunami tahun 2004 (commons.wikimedia.org/AusAID)

Kalau kita tinggal di pesisir pantai dan baru saja mengalami gempa bumi hebat, sebenarnya itu sudah jadi alarm untuk segera menjauh. Dilansir US Department of Homeland Security, masyarakat bisa langsung menjauh dari pesisir pantai pascagempa tanpa perlu menunggu peringatan dari pihak berwenang. Malahan, ketika tanda-tanda alami dari tsunami sudah bisa kita lihat, itu sudah jadi pertanda untuk langsung pergi.

Adapun, tanda-tanda kemunculan tsunami pascagempa bumi dalam waktu panjang di pesisir pantai itu cukup mudah diamati. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyebut kalau tanda-tanda tersebut di antaranya adalah permukaan air laut di pesisir tiba-tiba jadi surut atau pasang, ada suara gemuruh dari arah laut, karakter air laut yang berubah dari tenang menjadi berombak, sampai perilaku hewan di sekitar pantai berubah menjadi tidak tenang. Kalau salah satu tanda tersebut sudah terlihat, segera menjauh dari pesisir, ya!

2. Cari tempat perlindungan atau dataran tinggi

kondisi Aceh dari foto udara usai tsunami tahun 2004 silam (commons.wikimedia.org/U.S. Navy photo by Photographer's Mate Airman Jordon R. Beesley)

Setelah menjauh dari pesisir pantai, langkah selanjutnya adalah mencari tempat yang aman. Ada beberapa tempat yang bisa jadi pertimbangan terkait hal ini. Misalnya saja shelter atau bangunan khusus yang memang dibuat untuk menghadapi bencana alam.

Dilansir UNESCO, shelter yang dapat dijadikan pertimbangan adalah zona evakuasi yang sudah ditetapkan pihak berwenang sebelumnya ketika memberi peringatan tsunami maupun bangunan bertingkat yang punya struktur super kokoh. Untuk yang pilihan yang terakhir itu, lebih baik diambil ketika sudah tidak ada waktu untuk melarikan diri sejauh mungkin. Pada situasi tersebut, setidaknya naik sampai lantai tiga atau lebih supaya tidak diterpa ombak secara langsung. Kalau tsunami sudah lewat, ingat pula untuk langsung menjauh dari gedung tempat berlindung menuju lokasi yang lebih aman.

Adapun, tempat yang lebih direkomendasikan jika memungkinkan untuk mencapainya adalah wilayah dataran tinggi. Pilihan ini memang lebih memakan waktu, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir. Namun, kalau sudah ada di dataran yang lebih tinggi, gelombang tsunami hampir dipastikan tidak akan mencapai kita.

3. Hanya bawa barang-barang yang tidak menghambat evakuasi

kondisi perumahan ketika dihantam tsunami (commons.wikimedia.org/Khao Lak Ausflüge)

Dalam proses evakuasi menuju tempat aman, ada beberapa hal yang harus kita pahami soal barang yang bisa dibawa agar punya waktu yang cukup untuk mencapai tempat aman. Civil Defence New Zealand melansir kalau saat hendak melakukan evakuasi, hanya bawa barang-barang darurat berukuran kecil dan mudah dibawa. Beberapa benda yang direkomendasikan antara lain smartphone sebagai alat komunikasi dan mencari komunikasi, obat-obatan, pakaian, dan makanan yang mudah dibawa.

Selain masalah barang bawaan yang harus efektif dan efisien untuk dibawa, perjalanan evakuasi juga harus jadi perhatian. Boleh-boleh saja kita menggunakan kendaraan bermotor kalau memang memungkinkan untuk memacunya dengan cepat. Namun, kalau jalanan terlalu kecil, rusak, atau perjalanan evakuasi sangat padat, lebih baik melakukan bergerak dengan berjalan atau berlari agar langkah kita tidak terhambat.

4. Ikuti arahan pihak berwenang

Konverensi pers yang diberikan kepala BNPB beserta pihak berwenang lain dalam bidang bencana alam. (commons.wikimedia.org/AntaraTV)

Selain memberi peringatan ancaman tsunami pada masyarakat setempat, pihak berwenang (dalam kasus Indonesia bisa BNPB, BASARNAS, BMKG, atau TNI-Polri), biasanya juga akan memberi arahan-arahan seputar evakuasi sebelum, saat, dan setelah gelombang tsunami melanda. Oleh sebab itu, salah satu langkah yang harus kita ambil pada saat itu ialah mengikuti seluruh instruksi yang diberikan pihak berwenang.

US Department of Homeland Security menyebut kalau informasi dan/atau arahan yang diberi pihak berwenang dapat berupa rute evakuasi yang direkomendasikan, daerah yang harus dihindari saat evakuasi, sampai tempat-tempat berlindung yang direkomendasikan. Kemudian, pihak berwenang biasanya juga akan menyediakan kebutuhan darurat, semisal tempat tinggal sementara dan makanan, untuk pengungsi yang mengikuti arahan. Pascatsunami, pendataan dan penanganan korban pun bisa dilakukan dengan efektif dan efisien jika masyarakat mengikuti arahan yang diberikan pihak berwenang.

5. Hindari melakukan hal ini pascaevakuasi

warga berusaha menyelamatkan diri saat tsunami (commons.wikimedia.org/Khao Lak Ausflüge)

Setelah tsunami berakhir, salah satu kebiasaan yang sering dilakukan masyarakat yang terdampak adalah kembali ke tempat tinggal masing-masing untuk melihat keadaan harta benda. Akan tetapi, sebenarnya hal tersebut sangat tidak direkomendasikan. Sekalipun tak ada gelombang tsunami susulan, kembali ke zona tsunami tetap menghadirkan bahaya tersendiri bagi masyarakat.

Misalnya, masyarakat bisa saja tertimpa bangunan yang menjadi rapuh setelah dihantam gelombang tsunami. Selain itu, kondisi yang masih penuh puing sangat berpotensi menimbulkan luka pada tubuh kalau menginjak material bangunan yang tajam. Dengan demikian, kalau ingin kembali ke tempat tinggal, lagi-lagi kita harus menunggu informasi dan arahan dari pihak berwenang agar keselamatan lebih terjamin.

Ketimbang buru-buru kembali ke rumah, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan pascatsunami. UNESCO menuturkan kalau masyarakat dapat saling membantu untuk menangani korban luka atau terjebak bangunan, mengecek ketersediaan makanan dan minuman, dan saling memberikan informasi maupun bantuan jenis apa pun pada sesama.

Dalam menghadapi realita hidup di negara yang rentan diterpa bencana alam, penting bagi kita untuk mempersiapkan diri dengan informasi mitigasi bencana yang memadai, ketenangan dalam mengambil keputusan, dan benda-benda darurat untuk keselamatan diri. Selain persiapan pribadi, hal yang tak kalah penting adalah kekompakan antar lini masyarakat maupun pihak berwenang supaya persiapan, proses, dan penanganan pascaevakuasi dapat dilakukan secara maksimal. Jadi, jangan ragu untuk membagikan informasi seputar mitigasi bencana-bencana alam yang rentan terjadi di Indonesia pada orang-orang di sekitar, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team