Menariknya, walaupun semua orang cerdas, bukan berarti komunikasi antar manusia jadi lebih gampang. Orang dengan IQ tinggi kadang kesulitan dalam hal empati dan emosi. Bisa jadi interaksi sosial terasa lebih “berat” karena semua orang menuntut pemahaman cepat dan diskusi mendalam. Namun, di sisi lain, debat dan konflik karena ketidaktahuan bisa berkurang, karena diskusi akan lebih rasional.
Jadi, jika seluruh manusia memiliki IQ di atas 200, dunia bisa jadi lebih sehat, lebih inovatif, dan penuh keajaiban teknologi, tapi juga lebih kompleks dari sisi sosial dan emosional. Kecerdasan bukan jaminan dunia jadi lebih damai, tapi tetap bisa jadi alat hebat untuk memperbaiki banyak hal, asal digunakan dengan bijak. Kalau kamu sendiri, lebih pilih hidup di dunia seperti sekarang, atau dunia penuh orang jenius tapi penuh tantangan baru?
Referensi
BBC Future. Diakses pada Agustus 2025. Has Humanity Reached Peak Intelligence?
Live Science. Diakses pada Agustus 2025. How Did Humans Get to Be So Smart?
The Guardian. Diakses pada Agustus 2025. Intelligence, Creativity and Bipolar Disorder May Share Underlying Genetics
TopTenz. Diakses pada Agustus 2025. 10 Things That Would Happen if Everyone Was a Literal Genius
Whalley, L. J., & Deary, I. J. (2001). Longitudinal cohort study of childhood IQ and survival up to age 76. BMJ, 322(7290), 819. https://doi.org/10.1136/bmj.322.7290.819