Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Junk Revolution, Teknologi Berbasis Data untuk Atasi Krisis Sampah

ilustrasi tempat sampah (pexels.com/Hiago Rocha)
ilustrasi tempat sampah (pexels.com/Hiago Rocha)
Intinya sih...
  • Teknologi JOWI untuk sistem terintegrasi berbasis dataSistem JOWI mengintegrasikan pemilahan, pengangkutan, dan pelaporan sampah secara real-time dengan algoritma berbasis data dan pelacakan digital.
  • Model circular economyJangjo memproses sampah berdasarkan nilai guna dan komposisinya, didaur ulang material bernilai tinggi, olah fraksi non-organik menjadi RDF, dan manfaatkan limbah organik untuk budidaya maggot Black Soldier Fly.
  • Kolaborasi multisektorKampanye melibatkan pusat perbelanjaan besar di Jakarta serta dukungan dari pelaku industri seperti Indocement dan Magalarva, menunjukkan sinergi antara startup, korporasi, dan komunitas dalam menghasilkan dampak nyata.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pengelolaan sampah di Indonesia tak lagi bisa mengandalkan pendekatan konvensional. Dalam konteks urbanisasi cepat dan tingginya volume sampah harian, diperlukan intervensi berbasis sains dan teknologi yang sistemik.

Menjawab tantangan ini, Jangjo, startup pengelolaan sampah berbasis teknologi, meluncurkan inisiatif “Junk Revolution”. Kampanye ini memadukan edukasi publik, sistem logistik cerdas, serta pengolahan dan pelaporan dampak lingkungan berbasis data.

Harapannya, kampanye ini bisa menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang terintegrasi. Dengan target ambisius mengurangi hingga 90% sampah yang berakhir di TPA, inisiatif ini menunjukkan bagaimana inovasi lokal dapat berkontribusi pada transisi menuju pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan.

1. Teknologi JOWI untuk sistem terintegrasi berbasis data

ilustrasi data pribadi sedang di ambil (pexels.com/Sora Shimazaki)
ilustrasi data pribadi sedang di ambil (pexels.com/Sora Shimazaki)

Di jantung kampanye “Junk Revolution” terdapat sistem teknologi milik Jangjo bernama JOWI (Jangjo Waste Intelligence). Sistem ini mengintegrasikan proses pemilahan, pengangkutan, hingga pelaporan sampah secara real-time.

Dengan algoritma berbasis data dan pelacakan digital, JOWI memungkinkan pemantauan volume sampah, jenis material. Teknologi ini juga bisa memantau efektivitas proses daur ulang dan pengolahan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga menyediakan data kuantitatif yang penting untuk pengambilan keputusan di tingkat kebijakan maupun industri.

"Setelah meluncurkan JOWI System, kini saatnya kami melangkah lebih jauh bersama melalui kampanye Junk Revolution, kami optimis dapat mengurangi volume sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hingga 90%, sekaligus mendorong perubahan nyata dalam pengelolaan sampah di Indonesia,” kata Joe Hansen, Co-founder & CEO Jangjo dalam keterangan tertulis.

2. Model circular economy

ilustrasi ekonomi (unsplash.com/Markus Spiske)
ilustrasi ekonomi (unsplash.com/Markus Spiske)

Alih-alih berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah dalam sistem Jangjo diproses berdasarkan nilai guna dan komposisinya. Material bernilai tinggi didaur ulang, sementara fraksi non-organik yang tidak dapat didaur ulang diolah menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF).

RDF ini kemudian digunakan oleh PT Indocement sebagai pengganti batu bara dalam produksi semen untuk mendukung transisi energi bersih. Di sisi lain, limbah organik, terutama sisa makanan, dimanfaatkan oleh Magalarva untuk budidaya maggot Black Soldier Fly. Proses ini bisa menghasilkan protein alternatif untuk pakan ternak.

3. Kolaborasi multisektor

ilustrasi kolaborasi (pexels.com/Diva Plavalaguna)
ilustrasi kolaborasi (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Keberhasilan “Junk Revolution” tidak hanya bertumpu pada teknologi, tetapi juga pada koordinasi lintas sektor. Kampanye ini melibatkan pusat perbelanjaan besar di Jakarta seperti Plaza Indonesia, Gandaria City, hingga SCBD Park.

Dukungan dari pelaku industri seperti Indocement dan Magalarva memperkuat rantai pengolahan limbah. Ini sekaligus memperlihatkan bagaimana sinergi antara startup, korporasi, dan komunitas dapat menghasilkan dampak nyata. Inisiatif ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah, termasuk Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 102 Tahun 2021 tentang pengelolaan sampah kawasan.

"Semua masalah akan terasa lebih ringan kalau dilakukan secara bergotong royong dan semua orang berkontribusi secara sadar, termasuk untuk masalah krisis sampah ini," ujar Rendria Labde, Founder & CEO Magalarva.

Dengan menggabungkan teknologi cerdas hingga kolaborasi lintas sektor, “Junk Revolution” bukan sekadar kampanye. Inisiatif ini bisa memberi harapan akan masa depan kota yang lebih bersih, efisien, dan berkelanjutan secara ilmiah maupun sosial.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us