ilustrasi tupai (pixabay.com/Benjamin Balazs)
Selain infeksi virus, tupai terbukti rentan mengembangkan penyakit hati dan kondisi lain ketika terpapar racun tertentu. Paparan aflatoksin B1, contohnya, yang telah terbukti dapat menyebabkan kanker hati pada tupai. Aflatoksin B1 adalah racun yang dihasilkan oleh jenis jamur tertentu dan sering ditemukan pada tanaman yang tercemar.
Saat tupai terpapar zat ini, racun tersebut dapat mengendap dalam tubuh mereka. INi menyebabkan kerusakan hati yang serius, bahkan berkembang menjadi karsinoma hepatoseluler. Ini menggambarkan bahwa hewan liar seperti tupai bisa menjadi inang bagi racun lingkungan yang berbahaya. Kondisi ini menyoroti potensi bahaya bagi manusia yang mengonsumsi daging tupai dan hewan liar lainnya. Tanpa pengetahuan yang jelas tentang sumber makanan atau lingkungan hewan tersebut, manusia mungkin secara tidak sengaja memasukkan zat berbahaya ke dalam makanan mereka.
Mengingat risiko kesehatan yang besar terkait dengan konsumsi daging tupai, sangat disarankan untuk menghindari konsumsi jenis satwa liar ini. Sebaliknya, pilihlah daging yang diternakkan dan diawasi secara ketat untuk memastikan keamanan yang lebih baik dan risiko kesehatan yang lebih rendah.
Referensi
Kayesh, M. E. H., dkk. 2021. "Tree Shrew as an Emerging Small Animal Model for Human Viral Infection: A Recent Overview". Viruses, 13(8), 1641.
"Now That's a Party Animal". Science. Diakses pada Januari 2025.
Zhang, L., dkk. 2016. "Tree shrew (Tupaia belangeri chinensis), a novel non-obese animal model of non-alcoholic fatty liver disease". Biology Open, 5(10), 1545–1552.