Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Ular Kobra Kuning, si Pemalu yang Mematikan

potret ular kobra kuning yang sedang berkeliling (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)
potret ular kobra kuning yang sedang berkeliling (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)
Intinya sih...
  • Ular kobra kuning merupakan spesies kobra terbesar di dunia dengan sisik yang menarik dan beragam warna.
  • Mereka memiliki bisa mematikan setara dengan ular mamba hitam.
  • Populasi ular kobra kuning masuk dalam kategori kekhawatiran rendah, tetapi interaksi fatal dengan manusia sering terjadi akibat upaya menangkap atau membunuh mereka.

Dibanding ular kobra genus Ophiophagus, ular kobra dalam genus Naja lebih dikenal sebagai ular kobra sejati. Mereka merupakan kelompok ular kobra dengan peta persebaran dan spesies terbesar yang ada di dunia. Ukuran dan corak sisik mereka juga terbilang beragam sehingga tak jarang penampilan ular kobra dalam genus ini sangat menarik. Salah satu ular kobra dalam genus Naja yang memiliki penampilan paling menarik adalah ular kobra kuning atau ular-sendok tanjung (Naja nivea).

Mereka merupakan spesies ular kobra berukuran sedang dengan panjang antara 1—1,14 meter. Sesuai dengan nama mereka, ular kobra kuning memiliki sisik yang didominasi warna kuning, tetapi tetap memiliki berbagai warna lain pada beberapa individu, tergantung di mana kita menemukan mereka. Warna lain dari ular sendok ini antara lain cokelat tua, cokelat keemasan, hitam, sampai bintik-bintik pucat.

Ular kobra yang satu ini juga punya berbagai nama lain yang pada dasarnya berasal dari warna sisik mereka, seperti geelslang yang berarti 'ular kuning', bruinkapel yang berarti 'kobra cokelat', dan koperkapel yang berarti kobra tembaga. Tak hanya nama mereka yang beragam, ular kobra kuning juga memiliki beberapa fakta menarik lain yang sayang untuk kamu lewatkan. Untuk itu, yuk, kita kenalan dengan salah satu ular paling mematikan di dunia ini!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

potret ular kobra kuning yang sedang terusik (commons.wikimedia.org/Ryan van Huyssteen)
potret ular kobra kuning yang sedang terusik (commons.wikimedia.org/Ryan van Huyssteen)

Ular kobra kuning merupakan spesies kobra yang menghuni Afrika, tepatnya wilayah Afrika bagian selatan. Negara-negara seperti Afrika Selatan, Botswana, Lesotho, dan Namibia jadi rumah bagi reptil berbisa ini. Sementara itu, habitat alami bagi ular kobra kuning berupa sabana kering, padang pasir, hingga padang rumput. Kadang, mereka juga bisa ditemui di bukit berbatu atau pemukiman masyarakat yang dekat dengan gurun. Itu karena ular ini memerlukan tempat berlindung dari panas Matahari saat siang hari.

Tentunya, ular kobra kuning tergolong sebagai karnivor sejati. Dilansir Discover Wildlife, ular ini mengonsumsi spesies ular lain yang lebih kecil, mamalia dan pengerat kecil, burung, kadal, hingga bangkai hewan. Kadang, ular kobra kuning dewasa melakukan kanibalisme terhadap ular kobra kuning muda atau berukuran lebih kecil dari mereka, lho.

2. Bisa bersembunyi di lubang ataupun di atas pohon

Meski dikenal sebagai hewan terestrial, ular kobra kuning tetap bisa memanjat pohon dengan baik. (commons.wikimedia.org/Hp.Baumeler)
Meski dikenal sebagai hewan terestrial, ular kobra kuning tetap bisa memanjat pohon dengan baik. (commons.wikimedia.org/Hp.Baumeler)

Secara umum, ular kobra kuning termasuk hewan terestrial. Karena itu, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di atas tanah. Saat ingin beristirahat, kobra ini akan mencari lubang, semak-semak, celah batu, batang pohon roboh, ataupun tempat lain yang bisa mereka masuki. Jika suhu udara sedang panas, ular kobra kuning akan mengurangi aktivitas pada siang hari dan jadi lebih aktif menjelang Matahari terbit dan/atau terbenam.

Biarpun lebih banyak beraktivitas di atas tanah, ternyata ular kobra kuning juga bisa berubah menjadi hewan arboreal. Animalia melansir kalau kadang ular ini bisa memanjat ke atas pohon dengan cukup lincah. Selain untuk berlindung dari panas dan potensi serangan predator, kemampuan memanjat pohon ini juga bermanfaat saat mereka ingin memakan telur-telur burung yang berada di atas sana.

3. Salah satu spesies kobra dengan bisa paling berbahaya di dunia

Ular kobra kuning merupakan spesies kobra sejati paling mematikan di Afrika. (commons.wikimedia.org/JonRichfield)
Ular kobra kuning merupakan spesies kobra sejati paling mematikan di Afrika. (commons.wikimedia.org/JonRichfield)

Sejatinya, ular kobra kuning termasuk spesies ular yang sangat pemalu. Mereka akan memilih menghindari kontak dengan apa pun yang mengganggu dan segera pergi jika memungkinkan. Namun, jika sudah terpojok, mereka akan berubah jadi agresif yang ditandai dengan mengangkat tubuh dan membuka tudung di leher, layaknya spesies kobra lain. Mula-mula, ular kobra kuning akan mendesis dengan keras untuk memperingatkan pengganggu mereka. Ketika dirasa pengganggu itu tak kunjung pergi, mereka akan langsung menyerang dengan cepat.

Nah, serangan ular kobra kuning ini dapat berakibat gigitan fatal. Ular yang satu ini diketahui memiliki bisa yang setara dengan ular mamba hitam! AZ Animal melansir kalau bisa ular kobra kuning berjenis postsynaptic neurotoxin yang akan menyerang sistem saraf hingga jantung. Selain itu, diduga ada pula kandungan cardiotoxin karena korban tak jarang mengalami gangguan sistem pernafasan. Dalam satu gigitan saja, ular ini dapat menyuntikkan sekitar 100—150 mg bisa ke tubuh korban mereka. 

Jika tak mendapat perawatan yang memadai, manusia yang tak sengaja digigit ular kobra kuning dapat meregang nyawa hanya dalam hitungan 1—10 jam. Diperkirakan kalau angka kematian dari bisa ular ini sekitar 60 persen jika tidak mendapat perawatan medis. Sebenarnya, saat ini sudah ada antibisa yang dikembangkan South African Institute of Medical Research (SAIMR) untuk melawan racun pada bisa ular kobra kuning. Namun, distribusi antibisa ini masih belum bisa merata karena berbagai faktor.

4. Sistem reproduksi

potret pasangan ular kobra kuning (commons.wikimedia.org/Bjoertvedt)
potret pasangan ular kobra kuning (commons.wikimedia.org/Bjoertvedt)

Dilansir Discover Wildlife, musim kawin bagi ular kobra kuning berlangsung antara November—Desember. Tak diketahui apakah ada ritual perkawinan khusus antara jantan dengan betina. Namun, biasanya ular ini jadi lebih agresif jika didekati pada musim kawin.

Ular kobra kuning termasuk hewan ovipar sehingga betina akan menghasilkan telur. Jumlah telur yang dihasilkan antara 8—20 butir yang diletakkan di lubang bekas rayap ataupun tempat lain yang hangat dan lembap. Masa inkubasi yang akan dijalani telur ular ini sekitar 60 hari sebelum akhirnya anak ular kobra kuning menetas dengan panjang 30—40 cm.

5. Status konservasi

Seorang ahli sedang menunjukkan bagaimana cara penanganan/penangkapan ular kobra kuning yang aman. (commons.wikimedia.org/JonRichfield)
Seorang ahli sedang menunjukkan bagaimana cara penanganan/penangkapan ular kobra kuning yang aman. (commons.wikimedia.org/JonRichfield)

Saat ini, tak ada data tentang jumlah populasi ular kobra kuning di alam liar. Dalam catatan IUCN Red List, spesies ini masuk dalam kategori kekhawatiran rendah (Least Concern). Tidak disebutkan pula apakah ada tantangan yang harus dihadapi spesies ini di alam liar. Di balik itu semua, ular kobra kuning sebenarnya memainkan peran penting di ekosistem sekitar mereka karena dapat mengontrol populasi pengerat yang jadi masalah bagi petani.

Hanya saja, mengingat peta persebaran mereka yang tak jarang bersinggungan dengan pemukiman manusia, interaksi yang berujung fatal pun jadi tak terhindarkan. African Snakebite Institute melansir kalau serangan ular kobra kuning pada manusia umumnya terjadi karena manusia yang mencoba menangkap atau membunuh mereka. Gigitan yang diberikan ular ini banyak terjadi di area kaki bawah ataupun lengan.

Jadi, perlu diingat kalau berhadapan dengan ular kobra, terlepas apa pun spesiesnya, sebisa mungkin jangan mengusik mereka. Kalaupun ada ular kobra yang masuk dan terjebak di dalam rumah, jangan coba mengusir mereka sendiri, apalagi tanpa peralatan yang memadai. Sebaiknya, hubungi ahli penanganan hewan, semisal pemadam kebakaran dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), agar ular bisa ditangani secara profesional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us