- Batas kemampuan fisik gajah
Apakah Gajah Boleh Digunakan untuk Evakuasi Bencana?

- Gajah boleh digunakan untuk evakuasi bencana dengan syarat khusus.
- Gajah dapat membantu membuka jalur dan mengangkut barang di medan ekstrem, tetapi tetap perlu pertimbangan ketat sebelum gajah dilibatkan dalam operasi evakuasi.
- Mempekerjakan gajah tetap memerlukan pertimbangan ketat terkait batas kemampuan fisik, potensi stres akibat lingkungan pascabencana, dan peran penting mahout (pelatih).
Banjir bandang yang melanda beberapa wilayah di Pulau Sumatra meninggalkan kerusakan besar dan tumpukan material kayu. Kondisi tersebut menghalangi akses untuk menuju ke wilayah terdampak. Di titik-titik yang tidak bisa dijangkau alat berat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh akhirnya menurunkan empat gajah terlatih untuk membantu membersihkan area terisolasi. Kehadiran satwa ini langsung menarik perhatian publik karena langkah tersebut jarang dilakukan dan menyangkut keselamatan hewan di tengah kondisi darurat.
Situasi ini memunculkan pertanyaan, apakah gajah boleh digunakan untuk evakuasi bencana? Banyak yang mempertanyakan apakah praktik semacam ini tetap sesuai dengan prinsip kesejahteraan satwa, terutama ketika gajah harus bekerja di medan berat pascabanjir.
Lantas, bagaimana sebenarnya pandangan ahli terhadap pemanfaatan gajah dalam operasi darurat? Berikut penjelasannya.
Apakah gajah boleh digunakan untuk evakuasi bencana?
Dalam kondisi tertentu, penggunaan gajah untuk evakuasi bencana dapat dibenarkan. Menurut ahli hewan di Universitas Gadjah Mada, Slamet Raharjo, praktik memanfaatkan tenaga gajah bukanlah hal baru di Asia. Gajah telah lama dijinakkan dan dipakai sebagai hewan tunggang, pengangkut beban, hingga pekerja di beberapa sektor.
Selama penggunaannya mengikuti prinsip kesejahteraan satwa, termasuk lima prinsip kebebasan hewan, praktik ini masih diwajarkan. Namun, keputusan tersebut juga harus melewati evaluasi etis dari lembaga terkait seperti Komisi Animal Welfare agar praktiknya tidak berubah menjadi eksploitasi.
Situasi bencana sering kali menghadirkan medan ekstrem yang tidak bisa dilalui alat berat atau kendaraan modern. Dalam kondisi seperti ini, gajah dapat membantu membuka jalur atau mengangkut barang-barang tertentu karena kekuatan fisiknya besar. Secara alami, gajah mampu mengangkat beban hingga ratusan kilogram dengan belalainya dan memindahkan objek berat yang tak mungkin dilakukan manusia tanpa alat.
Hal yang harus diperhatikan saat menggunakan gajah untuk evakuasi bencana

Meskipun gajah memiliki kekuatan fisik luar biasa, mempekerjakannya untuk evakuasi bencana tetap memerlukan pertimbangan ketat. Ada beberapa faktor utama yang wajib dipastikan sebelum gajah dilibatkan dalam operasi evakuasi. Berikut uraiannya:
Menurut Slamet, beban yang aman tidak boleh melebihi 40 persen berat tubuh gajah. Pelanggaran batas ini berpotensi menimbulkan cedera pada otot, sendi, dan tulang. Pada sektor logging, banyak gajah mengalami ketegangan berlebihan akibat membawa beban terlalu berat, risiko yang juga bisa terjadi di lokasi bencana jika pengawasannya longgar.
- Potensi stres akibat lingkungan pascabencana
Medan yang tidak stabil, suara keras dari alat berat, hingga aroma asap atau puing bisa membuat gajah stres. Gajah yang tertekan biasanya menunjukkan tanda-tanda seperti gelisah, sering mengeluarkan suara, menolak instruksi, atau enggan bergerak. Ketika hal itu terjadi, gajah harus segera diistirahatkan, bukan dipaksa melanjutkan pekerjaan.
- Peran penting mahout (pelatih)
Mahout memegang peran besar dalam menjaga keseimbangan antara tugas dan kesejahteraan gajah. Pelatih yang berpengalaman tahu kapan gajah mulai kelelahan dan harus menghentikan aktivitas. Bahkan, menurut Slamet, gajah dapat “protes” ketika dipaksa bekerja berlebihan dan sinyal ini harus dihormati.
Dampak beban berlebih pada gajah
Dari berbagai laporan konservasi, terlihat bahwa gajah memang tampak mampu membawa beban besar di punggungnya tanpa menunjukkan tanda-tanda stres fisik secara langsung. Namun, kemampuan ini sering kali menyesatkan karena kerusakan justru terjadi secara perlahan di dalam tubuhnya.
Pada praktik trekking, misalnya, seekor gajah bisa bekerja seharian sambil menanggung berat mahout, beberapa turis, serta kursi howdah yang ukurannya besar dan berat. Tekanan terus-menerus di bagian punggung ini dapat merusak jaringan dan tulang belakang gajah. Lama-kelamaan, bagian punggung gajah dapat mengalami deformasi, penipisan jaringan, bahkan kerusakan tulang yang bersifat permanen.
Pada akhirnya, jawaban atas apakah gajah boleh digunakan untuk evakuasi bencana sangat bergantung pada bagaimana keselamatan dan batas kemampuan satwa benar-benar dijaga di lapangan. Jika pemanfaatannya dilakukan secara etis dan hanya dipilih saat tidak ada alternatif lain, gajah bisa menjadi penyelamat dalam situasi darurat.
FAQ seputar apakah gajah boleh digunakan untuk evakuasi bencana
Apakah gajah boleh digunakan untuk evakuasi bencana? | Boleh, selama dilakukan dalam kondisi darurat, diawasi ketat, dan mengikuti prinsip kesejahteraan hewan. |
Apa batas aman beban yang bisa dibawa gajah? | Secara umum, beban tidak boleh melebihi sekitar 40% dari berat tubuh gajah agar tidak menimbulkan cedera. |
Apakah ada alternatif selain menggunakan gajah? | Ada, seperti drone, alat berat, atau tim khusus. Gajah sebaiknya menjadi pilihan terakhir setelah opsi lain tidak memungkinkan. |
Referensi
"How Elephants’ Bodies Are Damaged by Tourist Rides". WFFT. Diakses Desember 2025.
Kongsawasdi, Siriphan, dkk. “Impact of Weight Carriage on Joint Kinematics in Asian Elephants Used for Riding.” Animals 11, no. 8 (August 17, 2021): 2423.


















