Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi lahar (freepik.com/wirestock)

Saat meletus, gunung berapi memuntahkan banyak material dari dalam Bumi. Salah satunya lava panas dan aliran material vulkanik yang kerap disebut lahar dingin alias volcanic mudflow. Aliran ini mengandung campuran batu, pasir, kerikil, dan air mengalir. 

Jika lava identik dengan suhu yang sangat tinggi, bagaimana dengan lahar dingin? Apakah lahar dingin itu dingin? Kalau penasaran, mending baca artikel ini daripada coba-coba mendekati lahar dingin.

Apa itu lahar dingin?

Kondisi banjir lahar dingin di Lumajang (Dok. BNPB)

Jika merujuk pada KBBI, lahar adalah semburan lumpur abu vulkanik bercampur air yang keluar dari kawah gunung berapi. Dengan kata lain, lahar merupakan lava yang bercampur dengan air dan batuan lainnya. 

Dilansir Volcanoes USGS, lahar juga disebut sebagai volcanic mudflow atau debris flow. Batuan ini bisa terbentuk dari berbagai cara, terutama pencairan salju atau es secara cepat akibat aliran piroklastik. Selain itu, bisa juga karena curah hujan tinggi pada endapan batuan vulkanik yang lepas hingga pecahnya danau yang dibendung oleh endapan vulkanik.

Lahar terbagi menjadi dua. Pertama, lahar panas yang merupakan lava bercampur air panas dari endapan air hujan di sekitar gunung. Kedua, lahar dingin adalah material erupsi yang terkumpul di sekitar puncak dan lereng gunung dan turun ketika terbawa aliran hujan.

Apakah lahar dingin itu dingin?

Lantas, dengan penyebutannya yang demikian, apakah lahar dingin itu dingin? Well, baru diproduksi oleh gunung berapi, lahar memiliki suhu tinggi alias panas. Namun, setelah beberapa saat, suhunya akan menurun. Terlebih setelah bercampur dengan material lain. 

Nah, aliran lava ini selanjutnya disebut lahar dingin karena tidak lagi bisa membakar hal di sekitarnya. Kamu mungkin melihat lahar dingin seperti aliran banjir dari hulu gunung. Dilansir British Geological Survey, konsistensi lahar dingin umumnya mirip seperti beton basah, tetapi punya kandungan air tinggi dengan aliran sangat deras.

Apakah lahar dingin berbahaya?

ilustrasi gunung meletus (pexels.com/Marek Piwnicki)

Sebagian besar dari kita aware dengan bahaya saat gunung berapi meletus. Termasuk pada dampak dari abu vulkanik, lava, hingga awan panas yang muncul akibat erupsi gunung tersebut. Namun, kita menganggap kondisi sudah aman saat erupsi selesai. Akan tetapi, bahaya sekunder seperti lahar dingin bisa tetap mengintai.

Dilansir laman Institut Teknologi Bandung, erupsi suatu gunung selalu meninggalkan material yang belum terkonsolidasi. Saat jeda erupsi, material akan mengendap hingga 6 bulan. Selanjutnya, material dari erups meluap atau mengalir, utamanya setelah memasuki musim penghujan. Nah, patokan waktu 6 bulan tersebut tidak pasti, karena tergantung pada alam dan musim. 

Pergerakan yang tidak diketahui waktunya ini berisiko menyebabkan efek bencana yang membahayakan. Terlebih jika tidak ada rencana atau antisipasi evakuasi. Lahar yang mengalir melalui sungai bahkan bisa meluas ke sisi sungai lainnya.  

Terlepas dari apakah lahar dingin itu dingin, bukan berarti tidak lebih berbahaya dibanding lahar panas, ya. Pada beberapa kasus, aliran lahar dingin bahkan memakan korban jiwa dan kerugian materiel yang tidak sedikit.

Editorial Team