Paus Urbanus II menyampaikan khotbah perang salib pertama di alun-alun Clermont, Prancis. (commons.wikimedia.org/Francesco Hayez)
Seruan Paus Urbanus II untuk Perang Salib memang memengaruhi kesadaran publik, tetapi baginya, hal itu dilakukan untuk memperkuat status gereja, khususnya kepausan, serta menekan pengaruh Islam yang saat itu sedang berjaya. Seperti yang dikatakan sejarah, Kaisar Bizantium Alexius I meminta bantuan Paus Urbanus II untuk menghadapi serbuan Turki Seljuk, karena ia khawatir mereka akan bergerak ke Antiokhia dan memasuki Konstantinopel.
Nah, periode ini dianggap sangat tepat bagi Paus Urbanus II, dan bisa berpengaruh dari segi ekonomi, politik, sosial, dan agama. Di sisi lain, orang-orang Eropa yang dijanjikan dengan kedatangan Yesus yang kedua juga sangat antusias. Warga Eropa siap pasang badan dan bahkan mengorbankan diri untuk mencapai hal tersebut, mengingat mereka sudah menunggu Yesus sejak lama, mengidolakan perjuangan legendaris seorang Kaisar Charlemagne dan hubungannya dengan Yerusalem, yang dianggap sebagai pusat terjadinya kiamat tersebut.
Pada 1095, Paus Urbanus II meminta dukungan dari semua golongan di Konsili Clermont. Pada akhirnya, 60.000—100.000 orang bersatu untuk mendukung perang, sebagian besar adalah petani Prancis dan Jerman yang miskin, tetapi juga orang-orang dari kelas menengah yang disebutkan di atas dan dipimpin oleh segelintir bangsawan. Dijuluki "Perang Salib Rakyat," History melansir kabar bahwa pasukan yang tidak terlatih ini berhasil melewati Konstantinopel, Nicea, dan Antiokhia. Meski begitu, pasukan ini hanya tersisa 1.200 kavaleri dan 12.000 prajurit infanteri. Mereka terus maju ke Yerusalem dan mengepungnya. Pada 1099, mereka berhasil memenangkan peperangan.
Ironisnya, Paus Urbanus II meninggal sebelum berita kemenangan itu sampai kepadanya. Namun, karena Perang Salib Pertama ini, tercipta 7 Perang Salib lagi. Seperti yang diuraikan oleh sejarawan Andrew Holt, perkiraannya berkisar antara 1 hingga 9 juta orang yang tewas selama 8 Perang Salib tersebut.