Tinggal menghitung hari, tahun 2019 akan segera berakhir. Berbagai macam peristiwa telah terjadi di tahun 2019, termasuk bencana alam. Mulai dari banjir, erupsi gunung berapi, badai, angin tornado, tanah longsor hingga gempa bumi. Bahkan, saking dahsyatnya, bencana alam itu memakan banyak korban jiwa, lho!
Inilah daftar bencana alam terdahsyat yang terjadi di tahun 2019, baik di Indonesia dan di seluruh dunia. Geser layarmu ke bawah untuk membaca, ya!
Topan Lekima terjadi pada 2-14 Agustus lalu di beberapa tempat sekaligus, seperti Filipina, Tiongkok bagian timur, Taiwan, Kepulauan Ryukyu (Jepang) dan Kepulauan Caroline di bagian barat Samudera Pasifik. Diperkirakan, kerugian akibat Topan Lekima mencapai US$9.28 miliar atau setara dengan Rp129 triliun!
Di Filipina, topan ini membunuh 31 orang, sementara ada 2 orang tewas dan 15 orang terluka di Taiwan. Di Tiongkok, topan ini membunuh 56 orang dan menyebabkan 14 orang hilang. Di Malaysia, Topan Lekima membunuh 1 orang dan melukai 10 orang. Bukan hanya itu, topan ini menyebabkan banjir parah, kerusakan jalan, hunian dan jembatan.
Lagi-lagi, bencana topan kembali melanda. Topan Hagibis terjadi pada 4-20 Oktober dan melanda Jepang. Kerusakan luas pun terjadi, paling parah di wilayah Kanto yang belum pulih dari badai topan Faxai yang terjadi pada 29 Agustus hingga 12 September tahun ini. Hingga 20 Oktober 2019, tercatat ada 95 orang tewas dan 7 orang hilang.
Kerugian yang timbul akibat Topan Hagibis adalah US$15 miliar atau setara dengan Rp209 triliun! Topan Hagibis pun menjadi topan yang paling merugikan kedua sepanjang sejarah. Angin yang sangat kencang dan hujan yang lebat ini pun menimbulkan banjir dan tanah longsor. Lebih dari 230 ribu orang pun dievakuasi ke tempat yang aman.
Di bulan Mei hingga pertengahan Juni lalu, India dan Pakistan mengalami gelombang panas yang dahsyat. Suhu paling tinggi adalah 50,8°C yang terjadi di Churu, Rajasthan. Akibat gelombang panas, sekitar 184 orang tewas di negara bagian Bihar. Sementara, 5 bayi meninggal di Pakistan setelah terpapar panas yang ekstrem.
Parahnya, gelombang panas ini menyebabkan kekeringan dan kekurangan air di seluruh India dan Pakistan. Waduk menjadi kering dan krisis air pun terjadi. Yang lebih mengerikan, gelombang panas telah memicu aksi kriminalitas di kedua negara. Penduduk pun protes karena pemerintah dinilai tidak becus dalam mengelola krisis air.
Bukan hanya di India dan Pakistan, gelombang panas juga terjadi di Jepang. Tepatnya, terjadi pada bulan Juli tahun ini. Menurut laman Japan Times, ada 57 orang tewas dan 18.347 orang dibawa ke rumah sakit akibat gelombang panas ini. Bahkan, 729 orang perlu rawat inap selama lebih dari 3 minggu karena memiliki gejala yang cukup parah.
Rata-rata korban gelombang panas Jepang adalah lansia. Ada 54,3 persen lansia di atas usia 65 tahun yang menjadi korban gelombang panas. Lebih lanjut, ada 1.857 orang yang dirawat di rumah sakit di Tokyo, disusul dengan 1.342 orang di Prefektur Aichi dan 1.307 orang di Prefektur Saitama, lanjut laman Japan Times.
Beranjak dari Asia, mari kita bergerak menuju Afrika. Salah satu bencana alam paling parah yang terjadi adalah badai topan Idai yang menyebabkan 1.300 orang tewas. Badai ini menyebabkan kerusakan parah di Malawi, Zimbabwe dan Mozambik. Bencana alam ini terjadi pada 4-21 Maret 2019 lalu.
Puncak badai topan Idai terjadi pada 14 Maret dengan kecepatan angin maksimum 195 km/jam! Diperkirakan, kerusakan akibat badai topan Idai menyebabkan kerugian sebesar US$2,2 miliar atau setara dengan Rp30,75 triliun. Akibat badai ini, terjadi banjir yang parah di kawasan Madagaskar, Malawi, Mozambik dan Zimbabwe.
Pada 16 Maret 2019 lalu, terjadi banjir bandang dan longsor parah di wilayah Sentani, Jayapura. Menurut data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), banjir bandang dan longsor Sentani menyebabkan 83 orang meninggal, 75 orang luka ringan, 84 orang luka berat dan 4.273 orang mengungsi dari tempat tinggalnya.
Bencana ini terjadi karena intensitas hujan yang tinggi. Lalu, karena Pegunungan Cycloops gundul, air ini tidak bisa ditahan dan meluncur ke pemukiman. BNPB menyebut bahwa pegunungan yang semestinya menjadi daerah resapan air, justru berubah menjadi pemukiman dan wilayah pertanian. Imbasnya, 350 rumah, 3 jembatan dan 8 sekolah rusak.
Terakhir, peristiwa banjir bandang di provinsi Sulawesi Selatan juga menjadi catatan tersendiri. Terjadi pada 22 Januari 2019, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Selatan menyebut bahwa banjir ini menyebabkan 59 orang meninggal dunia, 25 orang hilang dan berdampak pada 13 kota/kabupaten.
Ada 3.481 orang mengungsi dan 47 orang luka-luka. Banjir ini menyebabkan 79 unit rumah rusak, 4.857 unit rumah terendam, 10 jembatan rusak, 22 unit sekolah rusak, 12 fasilitas ibadah rusak, 6 fasilitas pemerintahan rusak serta 11.876 hektare sawah terendam banjir. Wilayah paling terdampak adalah Kabupaten Maros, Gowa dan Jeneponto.
Nah, itulah 7 bencana alam paling parah yang terjadi sepanjang tahun 2019, baik di Indonesia maupun negara-negara lain di dunia. Semoga di tahun 2020 tidak ada bencana alam yang terjadi, ya!