Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi burung jingjing batu (inaturalist.org/Pramana Yuda)
ilustrasi burung jingjing batu (inaturalist.org/Pramana Yuda)

Intinya sih...

  • Burung jingjing batu menghuni kawasan hutan hujan tropis di Asia Tenggara, terutama di wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya dengan distribusi yang cukup luas.

  • Jingjing batu memiliki tubuh kecil dengan panjang sekitar 15 cm, sayap sempit tapi panjang, dan paruh kecil yang menyesuaikan dengan fungsinya dalam menangkap serangga kecil.

  • Burung jingjing batu adalah pemakan serangga yang aktif memburu di siang hari dengan cara berburu utamanya disebut sebagai gleaning dan flycatching.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di antara rimbunnya hutan hujan tropis Indonesia, terdapat burung mungil yang jarang diketahui tapi menyimpan segudang keunikan, ialah burung jingjing batu (Hemipus hirundinaceus). Meski ukurannya kecil dan geraknya cepat, burung ini punya gaya khas yang memikat pengamat burung.

Dalam dunia keanekaragaman hayati, burung ini sering terabaikan karena kurang populer, padahal ia merupakan bagian penting dari ekosistem hutan. Perilakunya yang aktif dan suaranya yang tajam, menjadikannya mudah dikenali jika diperhatikan secara saksama. Burung ini juga punya gaya bertengger yang unik, menggantung seperti seorang akrobat dari dahan ke dahan. Ingin tahu fakta menarik lainnya terkait burung jingjing batu? Yuk, simak artikelnya berikut!

1. Penghuni kawasan hutan hujan tropis

ilustrasi burung jingjing batu (wikimedia.org/Muhammad Al Fatih)

Dilansir laman Animalia, jenis burung ini menghuni kawasan hutan hujan tropis yang masih alami, khususnya hutan primer dan sekunder di Asia Tenggara. Di Indonesia, burung ini tercatat berada di wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya, dengan distribusi yang cukup luas tetapi tersebar.

Ia lebih menyukai kanopi bagian tengah hingga bawah, di mana ia bisa leluasa berpindah dari satu dahan ke dahan lain. Burung ini jarang ditemukan di area terbuka atau lahan yang telah terfragmentasi, sehingga keberadaannya bisa dijadikan indikator kesehatan ekosistem hutan.

Meski tidak umum terlihat di pemukiman, kadang-kadang ia bisa masuk ke perkebunan atau taman yang rimbun. Burung ini juga terpantau menetap di ketinggian rendah hingga sedang, dengan maksimal ketinggian adalah 1.500 mdpl.

2. Memiliki tubuh yang kecil dan elegan

ilustrasi burung jingjing baru (inaturalist.org/Christian Schwarz)

Dilansir laman Bali Wildlife, jingjing batu memiliki tubuh kecil dengan panjang sekitar 15 cm, dengan tampilan yang elegan dan kontras. Bagian punggung dan kepala burung ini berwarna hitam keabu-abuan atau cokelat tua, sedangkan bagian bawah tubuhnya berwarna putih bersih, menciptakan tampilan dua warna yang mencolok.

Sayapnya sempit tapi panjang, sehingga membuatnya terlihat ramping dan sangat aerodinamis saat terbang. Ekornya panjang dan sedikit membulat di ujung yang membantu mereka dalam menjaga keseimbangan saat bermanuver di antara cabang. Paruhnya kecil yang menyesuaikan dengan fungsinya dalam menangkap serangga kecil.

3. Pemakan serangga yang aktif memburu di siang hari

ilustrasi burung jingjing batu (inaturalist.org/terence zahner)

Dilansir laman Birds of the World, burung jingjing batu adalah pemakan serangga (insektivora) yang aktif mencari mangsa di siang hari. Ia biasa menangkap serangga kecil seperti lalat, ngengat, atau semut yang berada di permukaan daun, batang, atau bahkan saat sedang terbang. Cara berburu utamanya disebut sebagai gleaning, yaitu memetik serangga dari permukaan dengan cepat. Namun, ia juga bisa melakukan flycatching, yakni mengejar serangga di udara dengan gerakan akrobatik yang presisi.

Burung ini sering berpindah-pindah dari dahan ke dahan dengan lompatan pendek. Saat makanan melimpah, ia dapat terlihat sangat aktif dan bahkan berburu sambil bersuara nyaring. Pola makan seperti ini membuat burung Jingjing batu berperan dalam mengendalikan populasi serangga di hutan.

4. Hidup dalam kelompok kecil

ilustrasi burung jingjing baru (inaturalist.org/Muhamad Azriel)

Dilansir laman Animalia, jingjing batu hidup secara soliter atau berpasangan, meskipun sesekali ia bisa terlihat dalam kelompok kecil saat musim kawin. Ia merupakan burung diurnal, yang berarti aktif pada siang hari dan beristirahat saat malam. Burung ini sangat aktif bergerak dan memiliki wilayah jelajah yang cukup luas meskipun ukurannya kecil.

Saat merasa terganggu atau curiga terhadap kehadiran predator, ia akan mengeluarkan suara peringatan dengan nada tinggi secara berulang. Ia juga sangat setia pada wilayahnya dan sering kembali ke titik yang sama dalam pergerakan harian.

5. Senang menggantung terbalik di pepohonan untuk mencari mangsa

ilustrasi burung jingjing batu (inaturalist.org/Don Wellmann)

Salah satu perilaku paling menarik dari burung jingjing batu adalah kebiasaannya menggantung terbalik saat mencari makan, mirip dengan perilaku burung cica daun atau titiran. Dilansir laman eBird, ia dapat menggantung dari daun atau dahan kecil dengan posisi kepala di bawah untuk menjangkau serangga tersembunyi.

Selain itu, burung ini memiliki suara yang nyaring dan tajam, seperti suara “tsii-tsii” atau “chit-chit” yang terdengar pendek tapi melengking. Suaranya kerap terdengar berulang, terutama saat ia sedang merasa terusik atau saat berkomunikasi dengan pasangannya.

6. Populasinya masih tergolong stabil

ilustrasi burung jingjing batu (inaturalist.org/Dewa Nugrahasuci)

Dilansir laman Bali Wildlife, secara global, Hemipus hirundinaceus belum termasuk ke dalam kategori yang mengkhawatirkan. Menurut data dari IUCN Red List, status konservasinya adalah Least Concern (LC), yang berarti populasinya saat ini tergolong stabil. Namun demikian, karena ia sangat bergantung pada habitat hutan yang sehat, populasi lokalnya bisa terancam oleh deforestasi dan fragmentasi hutan.

Burung ini sangat jarang terlihat di daerah urban atau lahan terbuka, sehingga kerusakan hutan langsung berdampak pada kelangsungan hidupnya. Konservasi habitat tetap menjadi kunci utama untuk menjaga populasinya tetap stabil.

Di tengah derasnya isu deforestasi dan perubahan iklim, keberadaan burung seperti jingjing batu mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis. Burung ini memang kecil dan tidak terlalu mencolok dibanding spesies lainnya, tetapi peran ekologisnya sangat berarti, terutama dalam menjaga populasi serangga di hutan. Jika dibiarkan tanpa perhatian, ancaman terhadap habitatnya bisa memicu penurunan populasi yang tidak disadari. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk mendorong pelestarian kawasan hutan dan peningkatan edukasi publik tentang spesies-spesies tersembunyi, salah satunya burung jingjing batu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team