4 Fakta Belibis Kayu, Burung Hutan Besar dengan Perilaku Kawin Khas

- Ciri fisik mencolok
- Belibis jantan hampir dua kali lebih besar daripada betina
- Berbobot sekitar 6,5 kg dengan bulu hitam keabu-abuan dan paruh besar
- Suka tinggal di hutan konifer
- Mendiami hutan konifer matang seperti pinus dan cemara
- Memerlukan lahan terbuka untuk mencari makan di musim semi dan panas
- Pola kawin yang khas
- Musim kawin antara Maret hingga Mei dengan atraksi memukau dari pejantan
Belibis kayu adalah jenis burung hutan yang sangat populer dan kerap terlihat di benua Eropa dan juga Asia. Burung tersebut berasal dari keluarga Phasianidae, yang mencakup kalkun, ayam hutan, burung belibis, dan burung pegar. Berdasarkan informasi dari situs Guinness World Records, burung belibis kayu diakui sebagai spesies terbesar di antara golongan burung belibis.
Dikenal juga sebagai Capercaillie barat, burung belibis kayu tergolong herbivora, yang makanannya terdiri atas tunas, daun, biji-bijian, dan buah. Saat cuaca dingin tiba, mereka punya kemampuan untuk melahap dedaunan dari pohon jenis pinus yang menyerupai jarum. Selain itu, burung belibis kayu memiliki fakta menarik lainnya sebagai berikut.
1. Ciri fisik yang mencolok

Belibis kayu jantan memang punya daya tarik visual yang kuat, apalagi kalau dibandingkan dengan betinanya. Tubuh pejantan burung ini bisa dikatakan hampir dua kali lebih besar daripada betinanya. Belibis jantan dewasa biasanya tumbuh hingga sepanjang 87 cm dengan bobot sekitar 6,5 kg. Walaupun ada catatan soal beberapa ekor yang dipelihara bisa lebih berat lagi. Sementara itu, yang betina ukurannya jauh lebih kecil, beratnya bahkan jarang sampai 2 kg.
Perbedaan lainnya, si jantan punya bulu yang didominasi warna hitam keabu-abuan tua, dilengkapi dengan paruh besar serta alis berwarna merah yang menonjol. Ekornya unik, berbentuk seperti kipas dan dipakai saat upacara perkawinan. Sebaliknya, bulu betina didominasi warna cokelat dengan pola tertentu, yang berfungsi sebagai kamuflase saat mengerami telurnya.
2. Suka tinggal di hutan konifer dewasa

Belibis kayu dikenal sebagai spesies yang mendiami area hutan, terutama di belahan bumi bagian utara. Jenis burung ini dapat ditemukan di berbagai wilayah seperti perbukitan, pegunungan, dan area dataran tinggi. Lingkungan tempat kelompok burung itu hidup ditentukan oleh perpaduan jenis tanaman dan kondisi geografis yang sesuai dengan kebutuhan alamiah mereka.
Burung yang memiliki nama latin Tetrao urogallus ini sangat gemar mendiami hutan konifer matang yang bervariasi, misalnya hutan pinus dan cemara. Kehadiran pohon-pohon yang menjulang tinggi ini sangatlah penting, sebab memberikan tempat berlindung dari pemangsa juga cuaca buruk, serta menjadi sumber pakan utama, terutama di musim dingin. Sementara itu, mereka pun memerlukan lahan terbuka dan tumbuhan perdu untuk mencari makan di kala musim semi dan panas.
3. Memiliki pola kawin yang khas

Selain ukuran tubuh yang besar dan penampilan yang menonjol, belibis kayu terkenal dengan perilaku kawinnya yang menarik. Umumnya, musim kawin burung ini berlangsung pada musim semi antara bulan Maret hingga Mei. Selama periode ini, pejantan berkumpul di area yang dikenal sebagai lek, yaitu tempat tradisional untuk memperlihatkan diri kepada betina.
Menurut informasi dari Learning Corner, burung belibis kayu jantan dari wilayah barat punya cara unik untuk memikat pasangannya. Para jantan ini menampilkan atraksi memukau. Lebih detailnya, mereka bergerak-gerak dengan elegan untuk memamerkan kebugaran tubuhnya, dan mengeluarkan suara panggilan berat serta bergetar yang terdengar hingga kejauhan. Tak hanya itu, mereka juga berdansa dengan membungkuk dan berputar-putar, sembari memamerkan keindahan bulu mereka.
4. Populasi yang terus berkurang

Belibis kayu diketahui bukan tergolong burung yang suka bermigrasi. Mereka menggunakan sebagian besar waktu mereka di daratan dan di atas pohon. Burung-burung tersebut memiliki area sebaran yang cukup luas. Selain itu, jumlah populasi yang ada di berbagai belahan dunia, khususnya untuk burung dewasa, berada dalam kisaran 3.980.000 hingga 8.550.000, sesuai informasi yang dikeluarkan oleh IUCN pada tahun 2024. Saat ini IUCN masih mengklasifikasikan status global belibis kayu sebagai "Least Concern", menandakan bahwa mereka belum terlalu mengkhawatirkan.
Namun, di sejumlah wilayah, populasi belibis kayu memperlihatkan penurunan yang cukup mencolok. Penyebab utama dari masalah ini adalah rusaknya lingkungan tempat tinggal mereka. Tak hanya itu, perburuan yang berlebihan dan naiknya populasi hewan pemangsa berukuran kecil turut memperparah keadaan di beberapa area.
Terlepas dari penampilannya yang khas dan cara mereka kawin yang menarik, ternyata belibis kayu sedang berjuang mempertahankan keberadaan mereka. Karena itu, tindakan pelestarian sangat diperlukan di berbagai wilayah agar habitat hutan mereka tetap aman dan populasi mereka tetap terjaga.