ilustrasi arkeolog (commons.wikimedia.org/SergeyZabelinASU)
Kemajuan teknologi memberikan cara baru dalam mempelajari bangunan bersejarah tanpa harus merusaknya. Salah satu pendekatan terbaru adalah penggunaan pemindaian laser 3D, penginderaan jauh, dan analisis digital. Teknologi ini memungkinkan ilmuwan melihat bagian dalam bangunan, mengukur dimensi, serta mendeteksi lapisan-lapisan tersembunyi yang mungkin menunjukkan renovasi atau penambahan bangunan pada waktu berbeda.
Selain itu, ada pula metode analisis material menggunakan mikroskop elektron atau spektroskopi untuk melihat struktur kimia dari batu atau logam. Dengan cara ini, para peneliti dapat mengetahui sumber material sekaligus mengidentifikasi teknik pengerjaan yang digunakan. Semua informasi ini digabungkan untuk membentuk narasi waktu yang konsisten tentang proses pembangunan, renovasi, dan pemakaian bangunan sepanjang sejarahnya.
Mengetahui umur bangunan bersejarah bukan soal menerka dari tampilan luar semata, tapi hasil dari berbagai pendekatan ilmiah yang saling melengkapi. Fakta bangunan yang dianalisis lewat metode seperti penanggalan karbon dan dendrokronologi membantu membuka sejarah tersembunyi yang terkubur dalam materialnya. Dengan memadukan teknologi, arkeologi, dan ilmu alam, para ilmuwan bisa menjawab pertanyaan tentang masa lalu dengan lebih pasti dan terukur.
Referensi:
"How Do Archeologists Know How Old a Site Is?". National Park Service. Diakses pada Juli 2025.
"How Archaeologists Determine the Age of Ancient Sites and Artifacts". National Geographic. Diakses pada Juli 2025.
"Menentukan Usia Bangunan: Teknik dan Pendekatan yang Digunakan". AXIA Valuers. Diakses pada Juli 2025.
"Historic Building Research Guide". The Landmark Society of Western New York. Diakses pada Juli 2025.