Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
srigunting ekor-garpu yang sedang bertengger (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)
srigunting ekor-garpu yang sedang bertengger (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)

Srigunting ekor garpu atau fork-tailed drongo (Dicrurus adsimilis) merupakan salah satu dari 31 spesies burung yang masuk dalam genus Dicrurus. Mereka merupakan burung Dunia Lama (penghuni kawasan Asia, Afrika, dan Eropa) dan termasuk kelompok burung pengicau alias Passeriformes. Dari penampilan, seluruh bagian tubuh srigunting ekor garpu hampir ditutupi warna hitam, kecuali pada ekor berbentuk seperti garpu yang punya corak putih di beberapa sisi serta mata yang agak kemerahan.

Panjang tubuh burung ini sekitar 25—30 cm, rentang sayap 40—50 cm, dan bobot 50 gram. Kaki srigunting ekor garpu terbilang pendek dan kepala relatif besar. Ada beberapa fakta menarik dari burung yang satu ini, terutama dari perilaku mereka terhadap hewan-hewan lain di habitat alami. Penasaran dengan jawabannya, kan? Yuk, langsung simak pembahasan di bawah ini!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Pilihan habitat srigunting ekor-garpu sangat beragam sehingga kemampuan adaptasi mereka sangat baik. (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Srigunting ekor garpu ternyata spesies burung yang hanya ditemukan di Afrika. Mereka ada di seluruh bagian benua itu, kecuali di Afrika Utara dan sebagian Afrika Tengah yang berada di barat Republik Demokratik Kongo. Menurut Data Zone by Birdlife, luas area yang jadi rumah bagi burung yang satu ini mencapai 25,9 juta km persegi.

Mengingat luasnya persebaran mereka, maka wajar kalau pilihan habitat turut beragam. Srigunting ekor garpu bisa dijumpai di sabana, padang rumput, hutan subtropis, sampai kawasan perkebunan dan pertanian manusia. Elevasi yang dipilih burung hitam ini berada di antara 0—2.730 meter di atas permukaan laut. Mereka bukan kelompok burung yang bermigrasi sehingga akan selalu berada di tempat yang sama sepanjang tahun.

Untuk urusan makanan, utamanya srigunting ekor garpu adalah karnivor. Pilihan mangsa yang dikonsumsi burung ini dimulai dari berbagai jenis serangga, rayap, ikan kecil, sampai burung kecil. Jika kebetulan ada di sekitar, mereka turut mengonsumsi nektar yang ada pada bunga. Mereka termasuk hewan diurnal sehingga aktivitas mencari makan terjadi selama Matahari masih terbit.

2. Antara cerdik dan usil demi memperoleh makanan

Srigunting ekor-garpu sangat cerdik dalam memanfaatkan suara. (commons.wikimedia.org/Derek Keats)

Srigunting ekor garpu bisa dibilang sangat cerdik dalam memanfaatkan situasi, terutama dalam memperoleh makanan. Di satu sisi, mereka membentuk hubungan simbiosis mutualisme dengan beberapa mamalia besar, semisal rusa, kerbau afrika, antelop, jerapah, sampai gajah. Simbiosis mutualisme yang dimaksud adalah burung ini akan memakan serangga atau kutu yang mengganggu tubuh mamalia besar itu.

Di sisi lain, burung ini juga punya sisi kleptoparasitisme dengan beberapa hewan lain, terutama mamalia kecil pemakan serangga seperti meerkat dan garangan. Dilansir Kruger Wildlife Safaris, srigunting ekor garpu akan mengikuti gerakan dua mamalia kecil itu saat mencari makan. Ketika mereka menemukan makanan, burung ini akan membuat suara peringatan layaknya burung yang melihat predator dengan sengaja. Suara itu akan mendistraksi dua mamalia kecil itu untuk segera pergi menjauh, sementara srigunting ekor garpu akan menyambar makanan yang ditinggalkan.

Sebenarnya, meerkat dan garangan lama-lama terbiasa dengan suara peringatan dari srigunting ekor garpu dan mengabaikannya. Namun, kecerdikan burung ini terlihat lagi karena mereka akan meniru suara peringatan khas burung lain untuk mengecoh dua mamalia kecil itu. Menurutmu, perilaku ini terbilang usil atau cerdik, nih?

3. Si kecil yang sangat agresif

srigunting ekor-garpu bisa bersifat agresif (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Tak hanya usil dan cerdik, perilaku unik lain dari srigunting ekor garpu adalah tendensi untuk bertindak agresif pada momen tertentu. Sebenarnya, mereka merupakan burung yang selalu bergerak sendiri di luar musim kawin. Selain itu, mengingat ukuran yang relatif kecil, seharusnya mereka tak bisa memberi perlawanan yang berarti, terutama jika lawannya berukuran lebih besar.

Akan tetapi, srigunting ekor garpu mampu mematahkan anggapan tersebut. Animalia melansir kalau burung ini tak segan menyerang burung berukuran lebih besar ataupun burung predator jika kedapatan mengganggu sarang ataupun berada di dalam teritori mereka. Serangan dari srigunting ekor garpu terbilang sangat brutal sampai-sampai bisa mengusir burung yang berukuran besar itu.

Kalau belum cukup, srigunting ekor garpu kadang bergabung dengan individu lain dan spesies burung lain di sekitar yang punya masalah yang sama terhadap pengganggu. Dengan kelompok gabungan yang punya tujuan serupa itu, mereka mampu mengusir pengganggu predator berukuran besar dari sekitar wilayah. Kerennya, bukan hanya burung predator yang bisa mereka serang bersama. Hewan lain, semisal macan tutul dan ular, pun tak lepas dari perilaku agresif burung yang satu ini!

4. Sistem reproduksi

pasangan srigunting ekor-garpu (commons.wikimedia.org/Derek Keats)

Srigunting ekor garpu ternyata masuk dalam kelompok hewan monogami alias setia pada satu pasangan saja tiap musim kawin. Musim kawin bagi burung ini berlangsung antara Maret—September. Tidak disebutkan apakah ada ritual tertentu sebelum pasangan terbentuk ataupun ketika hendak kawin. Namun, soal kekompakan, pasangan srigunting ekor garpu terbilang sangat baik.

Birda melansir kalau pasangan burung ini akan bahu-membahu dalam membangun sarang di atas pohon yang dekat dengan sumber air. Sarang ini terbuat dari sisa-sisa ranting tanaman dan berbentuk seperti hammock. Nantinya, betina akan menghasilkan 1—4 butir telur di sarang itu yang akan diawasi secara bergantian selama masa inkubasi telur atau sekitar 15—18 hari. Setelah anak menetas, pasangan burung ini akan bergantian memenuhi kebutuhan makanan mereka sampai mencapai usia independen, yakni sekitar 4—6 minggu.

Sebenarnya, selama masa inkubasi telur, pasangan srigunting ekor garpu selalu menjaga sarang secara agresif, terutama jika dirasa ada gangguan di sekitar. Meskipun begitu, kadang mereka tetap kecolongan dan sering jadi korban parasitisme induk yang dilakukan kangkok afrika (Cuculus gularis) dan jacobin cuckoo (Clamator jacobinus). Oh iya, srigunting ekor garpu ini memiliki rata-rata usia sekitar 3,6 tahun saja.

5. Status konservasi

srigunting ekor-garpu dewasa sedang mengawasi sekitar (commons.wikimedia.org/Derek Keats)

Menurut catatan IUCN Red List, srigunting ekor garpu masuk dalam kategori hewan dengan kekhawatiran rendah (Least Concern). Selain itu, tren populasi mereka cenderung stabil dari tahun ke tahun, meski jumlah total populasi belum diketahui. Hal tersebut sangat wajar mengingat peta persebaran burung mungil ini yang sangat luas dan pilihan habitat yang sangat beragam.

Meskipun demikian, tetap ada ancaman yang mengintai srigunting ekor garpu yang serupa seperti seluruh spesies hewan yang ada di dunia. Dilansir Birda, habitat alami burung ini perlahan rusak karena aktivitas pembukaan lahan oleh manusia. Selain itu, penggunaan pestisida pada tanaman perkebunan atau pertanian tak jarang meracuni srigunting ekor garpu karena serangga yang mereka konsumsi jadi terkontaminasi bahan kimia pada pestisida.

Kecerdasan hewan dapat kita amati dari perilaku mereka ketika sedang beraktivitas. Bentuknya pun sangat beragam, tergantung soal hewan apa yang kita bahas. Khusus bagi srigunting ekor garpu, kecerdasan itu sangat menonjol ketika mereka ingin memperoleh makanan dengan mudah ataupun berkoordinasi dengan burung lain untuk mengusir satu musuh bersama. Keren banget, kan, burung mungil yang satu ini?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team