Machu Picchu dinobatkan sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia baru pada tahun 2007 dan situs warisan dunia UNESCO. Terletak di Peru, Amerika Selatan, situs ini dibangun pada abad ke-15 pada puncak kekaisaran Inca.
Bangunan ini menjadi bukti dari keahlian Suku Inca yang mengesankan dalam hal pengerjaan batu pada bangunannya. Saat ini, Machu Picchu menjadi salah satu tujuan wisata terpopuler di Amerika Selatan.
Simak beberapa fakta menarik tentang Machu Picchu berikut ini, yuk!
Pada tahun 1911, seorang penjelajah Amerika bernama Hiram Bingham menemukan situs Inca dan memulai studi ilmiahnya yang membuatnya dikenal dunia. Pada awalnya, ia mencari Vilcabamba, Desa Inca terakhir yang digunakan sebagai tempat perlidungan dari penaklukan Spanyol pada tahun 1572.
Dalam perjalanannya melalui lembah Urubamba, Hiram Bingham bertanya kepada salah satu penduduk setempat apakah ia mengetahui reruntuhan tua di sekitar wilayah tersebut. Seorang petani pribumi bernama Melchor Arteaga kemudian mengarahkannya ke Machu Picchu dalam bahasa daerahnya. Sebenarnya, yang dimaksud dengan Machu Picchu dalam bahasa yang ia gunakan adalah "gunung tua" atau "puncak tua".
Berdasarkan temuan tersebut, Hiram Bingham menulis bukunya "The Lost City of The Inca" atau Kota Inca yang hilang. Namun, banyak teorinya yang dibantah pada saat itu. Banyak yang menyatakan bahwa kota tersebut tidak pernah benar-benar hilang karena terdapat beberapa orang yang tinggal dan mengetahui situs tersebut sebelum Hiram Bingham menemukannya dan membuat situs tersebut terkenal di seuruh dunia.
Bangsa Spanyol pertama kali tiba di Peru pada abad ke-15. Selama penaklukan, mereka menghancurkan banyak situs suci Inca sekaligus menggantikannya dengan gereja Katolik. Salah satu alasan mengapa Machu Picchu masih eksis hingga hari ini adalah karena Spanyol tidak pernah menemukan bangunan ini. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa Suku Inca mungkin telah membakar jalur menuju situs tersebut.
Ketika Hiram Bingham menemukan Machu Picchu, situs tersebut tertutup vegetasi hutan yang kemudian disingkirkan untuk mengungkapkan reruntuhan indah yang kita kenal saat ini. Machu Picchu menjadi salah satu situs arkeologi yang paling terpelihara pada masanya. Sekitar 75 persen konstruksi masih merupakan bangunan asli, lho. Saat ini, pengunjung hanya dapat melihat sekitar 40 persen dari situs. 60 persen sisanya tetap tertutup oleh vegetasi.
Machu Picchu terletak jauh di dalam hutan awan Peru, atau juga disebut hutan tinggi. Itu artinya, situs ini dikelilingi oleh rerimbunan tumbuhan hijau. Pengunjung dapat menemukan berbagai macam serangga, hewan, dan jenis tumbuhan, termasuk lebih dari 300 spesies anggrek di sini. Jika beruntung, pengunjung dapat sekilas melihat beruang Andes, satu-satunya spesies beruang yang ditemukan di Amerika Selatan dan tergolong sebagai satwa langka.
Jika pengunjung memilih jalur Inca Trail, mereka akan menemukan lebih banyak keanekaragaman hayati di kawasan hutan saat berjalan melewati gunung, lembah, serta merasakan beberapa iklim mikro. Namun, terdapat alternatif bagi pengunjung yang ingin memilih jalur mudah, yaitu dengan menaiki kereta menuju situs.
Suku Inca dikenal dengan teknik konstruksi dan pengerjaan batu yang sangat canggih. Salah satu teknik yang kerap digunakan Suku Inca dikenal dengan istilah ashlar. Dalam teknik ini, para pekerja memoles dan mengukir batu granit, lalu membentuknya agar cocok satu sama lain tanpa harus merekatkannya dengan mortar atau tanah liat. Pengerjaan batu ini sangat tepat sehingga pengunjung tidak bisa melihat celah di antara batu-batu itu.
Selain menghasilkan bangunan yang sempurna, jenis konstruksi ini juga tahan gempa karena memungkinkan tumpukan batu bergerak sedikit dan berpindah tempat tanpa membuatnya runtuh. Terdapat temuan bukti yang menunjukkan bahwa Suku Inca menyadari Machu Picchu dibangun di atas beberapa patahan dan garis patahan tektonik.
Dari dulu, Suku Inca telah memahami tentang posisi matahari, bulan, dan bintang-bintang. Astronomi memiliki pengaruh kuat terhadap peradaban Inca dan cara bangunan didirikan. Astronomi membantu mengidenetifikasi perubahan musim untuk Suku Inca dalam menentukan waktu terbaik untuk menanam dan memanen.
Batu Intihuatana yang ditemukan di Machu Picchu berfungsi sebagai jam astrologi dan digunakan dalam upacara. Dua kali dalam setahun, matahari berada tepat di atas batu suci tersebut sehingga tidak ada bayangan. Pada saat fajar tanggal 21 Juni, sinar matahari pertama terbit di atas pegunungan dan sinarnya masuk melalui salah satu jendela Kuil Matahari untuk menerangi batu upacara yang terletak di dalamnya.
Dewasa ini, Machu Picchu telah menjadi suatu situs arkeolog yang sekaligus destinasi wisata paling populer di Peru. Setelah mengetahui sejarahnya, apakah kamu tertarik untuk berkunjung ke Machu Picchu?