Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Menarik Pulau Hormuz yang Kerap Disebut Rainbow Island

Pulau Hormuz, Iran (unsplash.com/Reza Ghazali)
Intinya sih...
  • Pulau Hormuz terkenal dengan pasir merahnya yang tinggi kadar mineral besi oksida, serta curah hujan rendah
  • Pulau gersang ini sebenarnya dihuni oleh suku Bandari yang berprofesi sebagai nelayan, dan memiliki garam melimpah
  • Kawasan Pulau Hormuz pernah menjadi pusat perdagangan yang dikuasai oleh bangsa Arab dan Portugis sebelum akhirnya kehilangan strategisnya

Selat Hormuz merupakan laut yang membatasi wilayah Iran dan Oman. Di salah satu lokasi perairan Selat Hormuz dekat pesisir Iran, terdapat sebuah pulau yang dikenal dengan nama Pulau Hormuz.

Dikutip dari World Atlas, Pulau Hormuz memiliki luas wilayah 42 kilometer persegi dengan titik tertinggi berada pada 186 mdpl. Pulau Hormuz tampak seperti kawasan berbukit nan gersang dan hampir tidak ada tumbuhan yang tumbuh didalamnya. 

Selain mendapat julukan Rainbow Island, Pulau Hormuz juga memiliki keterkaitan sejarah dengan beberapa bangsa yang pernah sampai di pulau tersebut. Mari kita simak lebih lanjut fakta-fakta menarik seputar Pulau Hormuz.

1. Sebutan Rainbow Island berasal dari pasir Pulau Hormuz yang tampak berwarna-warni

Pulau Hormuz, Iran (unsplash.com/Mohamad Amin Taheri)

Jika dilihat dari jauh, pesisir Pulau Hormuz tampak seperti hamparan pasir berwarna merah. Hal ini disebabkan oleh tingginya kadar mineral besi oksida yang terdapat pada pasirnya. 

Intensitas curah hujan di Pulau Hormuz sangatlah rendah sehingga membuat garam mineral seperti besi oksida dengan mudah terakumasi di pasir, tanah, juga air laut. Gelombang air laut yang sampai ke tepian pantai pun juga akan tampak berwarna merah muda karena menyatu dengan pasir pantai yang berwarna merah.

Walau lebih sering terlihat berwarna merah, Pulau Hormuz sebenarnya terdiri dari ragam batuan sedimen dengan berbagai kandungan mineral. Itulah sebabnya pasir dan tanah di beberapa tempat akan terlihat berbeda seperti putih, perak, termasuk warna emas, dikutip dari World Atlas.

2. Pulau Hormuz dihuni oleh suku Bandari

pemandangan kota di Pulau Hormuz (commons.m.wikimedia.org/Iman Fakhri)

Meski tampak seperti pulau gersang, Pulau Hormuz sebenarnya bukan pulau tak berpenghuni. Tempat ini sudah lama dihuni oleh suku Bandari yang sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan.

Kata bandari dalam bahasa Persia memiliki makna orang-orang pelabuhan. Konon, suku Bandari berasal dari percampuran antara beberapa bangsa yang pernah singgah di kawasan pesisir selatan Iran seperti bangsa Afrika, Arab, India dan Persia, dikutip dari BBC.

3. Tanah merah di Pulau Hormuz dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan makanan

tanah merah di Pulau Hormuz (unsplash.com/Reza Ghazali)

Pulau Hormuz memiliki kadar garam melimpah karena keberadaan gundukan garam yang terbentuk sejak ratusan juta tahun lalu. Garam tersebut dapat ditemukan dalam kandungan tanah berwarna merah atau yang disebut gelack. 

Oleh masyarakat setempat, gelack dimanfaatkan sebagai campuran bumbu kari dan juga soorakh atau saus merah untuk olesan roti. Di samping itu, industri pembuatan keramik, kosmetik, ataupun tekstil juga menggunakan zat pewarna alami gelack, dikutip dari BBC.

4. Pulau Hormuz pernah menjadi pusat perdagangan bangsa Arab

salah satu pantai di Pulau Hormuz (commons.m.wikimedia.org/Hamed Saber)

Ketika terjadi penaklukan Persia oleh bangsa Arab, Hormuz sebenarnya merujuk pada nama kota pelabuhan di pesisir selatan Iran. Bangsa Arab menjadikan kawasan tersebut pusat perdagangan yang berhasil menguasai jalur perdagangan bangsa India dan China pada abad 13.

Akan tetapi, kemajuan kawasan Hormuz mulai mengundang kedatangan pasukan bangsa lain seperti Mongol dan Turki. Demi mengamankan bisnisnya, penguasa Arab saat itu memindahkan pusat perdagangan dari Hormuz menuju Pulau Hormuz yang saat itu masih dikenal dengan nama Jarun.

Pulau Hormuz tidak hanya terkenal di kalangan bangsa Arab tetapi juga penjelajah dari belahan dunia lain. Pulau ini bahkan pernah dikunjungi oleh penjelajah terkenal Marco Polo sebanyak dua kali, dikutip dari Britannica.

5. Portugis sempat menguasai Pulau Hormuz dan mendirikan benteng pertahanan

Portuguese Castle di Pulau Hormuz (commons.m.wikimedia.org/Okruz)

Setelah dikuasai oleh bangsa Arab, Portugis mulai memasuki kawasan Pulau Hormuz pada 1507. Untuk melindungi pulau tersebut dari serangan musuh, Portugis mendirikan benteng berbatu merah yang dikenal dengan nama Fort of Our Lady of Conception atau Portuguese Castle.

Selama lebih dari 100 tahun, Portugis menguasai jalur perdagangan India sekaligus mengamankan Pulau Hormuz. Kekuasaan Portugis atas Pulau Hormuz harus berakhir di tahun 1622 setelah pasukan gabungan Inggris-Safawiyah Persia berhasil merebut kawasan tersebut, dikutip dari World Atlas.

Pulau Hormuz sudah tidak menjadi kawasan strategis untuk perdagangan setelah Shah Abbas I dari Dinasti Safawiyah Persia menetapkan Bandar Abbas sebagai pusat perdagangan yang baru. Sejak saat itu, tidak banyak kemajuan pembangunan di Pulau Hormuz dan hanya tersisa kehidupan komunitas nelayan lokal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us