kawanan monyet digo (commons.wikimedia.org/Hamas Fathani)
Kehidupan sosial dari monyet digo bisa dibilang sangat menarik. Mereka sendiri sudah membentuk kelompok dengan 12—30 anggota di dalamnya. Masing-masing anggota kelompok akan saling berinteraksi, membantu merawat diri, saling memperingatkan ketika ada bahaya, dan bergerak bersama-sama dengan kompak. Akan tetapi, interaksi monyet digo ini tak sebatas kepada sesama anggota kelompok karena mereka cukup pintar untuk berinteraksi dengan spesies lain.
Misalnya, dalam Jurnal WASIAN berjudul, “Karakteristik Habitat dan Populasi Monyet Butung (Macaca ochreata) di Suaka Margasatwa Tanjung Peropa, Sulawesi Tenggara” karya Zsa Zsa Fairuztania dan Abdul Haris Mustari, monyet digo selalu bergerak bersama spesies burung bernama kadalan sulawesi (Ramphacoccyx calyorhynchus) dan srigunting jambul rambut (Dicrurus hottentottus). Tujuannya adalah demi memperoleh makanan untuk si burung.
Jadi, ketika monyet digo bergerak dan memperoleh makanan, serangga yang ada di sekitar tak jarang beterbangan. Serangga tersebut adalah makanan utama kedua spesies burung yang disebutkan sebelumnya. Jika kedua burung itu terus mengikuti monyet digo, maka mereka dapat memperoleh makanan secara mudah. Sementara itu, monyet digo tak diuntungkan ataupun dirugikan dari interaksi ini. Mereka pun tak keberatan dengan kehadiran si burung sehingga interaksi ini disebut simbiosis komensalisme.
Selain dengan burung, monyet digo turut berinteraksi dengan spesies monyet lain, semisal monyet jambul atau monyet tonkean (Macaca tonkeana). Interaksi dengan monyet jambul ini lebih menarik karena terkadang keduanya bergabung untuk membentuk satu kelompok besar. Malahan, perilaku dan protokol sosial kedua spesies ini terbilang identik saking seringnya mereka berinteraksi. Maka dari itu, tak jarang ditemukan monyet hibrida yang merupakan hasil kawin silang antara dua spesies monyet ini.