pamflet kegiatan aktivis feminist Riot Grrrl (commons.wikimedia.org/RockCreek)
Gelombang feminisme ketiga, yang muncul pada 1990-an hingga awal 2000-an, berfokus pada keberagaman pengalaman perempuan dan menantang gagasan feminisme sebelumnya yang dianggap terlalu berpusat pada pengalaman perempuan kulit putih kelas menengah. Gerakan ini lebih mengutamakan inklusivitas, kebebasan berekspresi, serta hak-hak individu, termasuk hak LGBTQ+ dan identitas gender. Feminisme gelombang ketiga juga mengadopsi pendekatan yang lebih pop culture-friendly dengan memanfaatkan media dan seni sebagai alat perjuangan.
Beberapa gerakan feminis terkenal dalam periode ini termasuk Riot Grrrl, sebuah gerakan punk feminis yang dimulai di AS pada awal 1990-an, yang menggabungkan musik, seni, dan politik untuk mengadvokasi hak-hak perempuan dan menentang seksisme dalam budaya populer. Selain itu, ada gerakan SlutWalk yang dimulai pada 2011, yang menentang victim-blaming dalam kasus pelecehan seksual, meskipun gerakan ini sering dikaitkan dengan feminisme gelombang keempat yang muncul kemudian.
Tokoh-tokoh berpengaruh dalam feminisme gelombang ketiga mencakup Rebecca Walker, yang pertama kali memperkenalkan istilah "third wave feminism" dalam esainya pada 1992, dan Bell Hooks, yang mengembangkan pemikiran feminisme interseksional, menekankan hubungan antara gender, ras, dan kelas. Selain itu, Kimberlé Crenshaw memperkenalkan konsep interseksionalitas, yang menjadi landasan dalam memahami bagaimana berbagai bentuk diskriminasi saling berhubungan. Tokoh lain yang vokal adalah Judith Butler, yang dalam bukunya Gender Trouble (1990) menggagas teori bahwa gender bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan konstruksi sosial yang bisa dinegosiasikan.
Feminisme gelombang ketiga membuka jalan bagi perjuangan gender yang lebih luas, menekankan pentingnya representasi perempuan di media, hak-hak transgender, serta kebebasan perempuan dalam menentukan identitas mereka sendiri. Dengan pendekatan yang lebih plural dan tidak kaku, feminisme pada era ini memberikan fondasi bagi gerakan feminisme modern yang terus berkembang hingga saat ini.