Jamur Trichoderma (commons.wikimedia.org/gailhampshire)
Selain cara vegetatif dan aseksual, banyak juga jamur yang berkembang biak secara seksual, meskipun prosesnya cenderung lebih rumit. Reproduksi seksual pada jamur diawali dengan plasmogami, yaitu peleburan sitoplasma dari dua individu berbeda. Setelah itu, terjadi karyogami atau penggabungan inti sel, lalu diakhiri dengan meiosis yang menghasilkan spora haploid baru.
Pada beberapa jenis jamur, proses plasmogami dan karyogami tidak terjadi bersamaan. Bahkan, fase dikariotik di mana dua inti dari individu berbeda hidup berdampingan tanpa menyatu dapat berlangsung dalam jangka waktu panjang. Keunikan ini menjadi ciri khas reproduksi seksual jamur yang jarang ditemukan pada makhluk hidup lain. Keberagaman tahapan ini juga menciptakan variasi genetik, yang penting bagi kelangsungan hidup jamur dalam menghadapi perubahan lingkungan.
Tak semua jamur memiliki alat reproduksi yang terlihat secara jelas. Beberapa jenis bahkan menggunakan hifa vegetatifnya untuk saling bertukar inti sel. Ada juga jamur yang menghasilkan zat kimia seperti feromon seksual untuk menarik pasangan yang kompatibel. Dengan demikian, reproduksi seksual pada jamur bukan hanya soal pembentukan spora, tetapi juga mencakup strategi biologis yang rumit dan sangat terorganisasi.
Referensi:
"Life Cycle of Fungi". Britannica. Diakses pada Juli 2025.
"Kingdom Fungi". BYJU'S. Diakses pada Juli 2025.
"Fungi Propagation: Sexual, Asexual & Life Cycles". Study.com. Diakses pada Juli 2025.