Fakta Sejarah Pendidikan untuk Perempuan, Dulu Dilarang Bersekolah!

Pendidikan bagi perempuan telah mengalami perjalanan panjang, dari masa ketika aksesnya dibatasi hingga era modern di mana kesetaraan mulai diakui. Dalam banyak peradaban kuno, perempuan jarang mendapat kesempatan untuk belajar secara formal. Namun, seiring waktu dan perjuangan para tokoh feminis serta reformis, pendidikan bagi perempuan menjadi hak yang diakui secara global.
Sekarang kita akan menelusuri sejarah perjuangan perempuan dalam mendapatkan pendidikan dan bagaimana perubahan ini membentuk dunia saat ini. Simak artikelnya hingga selesai, yuk!
1. Perempuan dilarang mengenyam pendidikan di era kuno hingga Abad Pertengahan

Di banyak peradaban kuno seperti Mesir, Yunani, dan Romawi, pendidikan formal sebagian besar hanya diperuntukkan bagi laki-laki dari kelas atas. Perempuan umumnya diajarkan keterampilan domestik dan hanya sedikit yang mendapat akses ke pendidikan formal. Di Yunani Kuno, misalnya, perempuan dari keluarga terpandang seperti Sappho bisa mendapatkan pendidikan, tetapi sebagian besar perempuan lainnya tetap terkungkung dalam peran domestik.
Pada Abad Pertengahan di Eropa, gereja memiliki kontrol besar atas pendidikan. Biara-biara menyediakan tempat bagi perempuan untuk belajar, tetapi hanya terbatas bagi mereka yang memilih kehidupan religius. Salah satu contoh perempuan terdidik dari masa ini adalah Hildegard von Bingen, seorang biarawati yang menjadi penulis, ilmuwan, dan komposer terkenal. Namun, secara umum, pendidikan tetap menjadi hak istimewa kaum pria.
2. Perjuangan awal perempuan untuk hak pendidikan di era reformasi

Pada abad ke-17 dan ke-18, muncul kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi perempuan. Tokoh seperti Mary Wollstonecraft, dalam bukunya A Vindication of the Rights of Woman menyerukan agar perempuan diberi kesempatan yang sama untuk belajar seperti laki-laki. Di Prancis, Olympe de Gouges juga menulis Declaration of the Rights of Woman and of the Female Citizen yang menuntut hak pendidikan bagi perempuan.
Pada abad ke-19, gerakan pendidikan bagi perempuan semakin berkembang. Institusi seperti Oberlin College di Amerika Serikat mulai menerima mahasiswa perempuan, membuka jalan bagi lebih banyak perempuan untuk mengakses pendidikan tinggi. Di India, tokoh seperti Savitribai Phule mendirikan sekolah bagi perempuan kasta rendah, menantang sistem sosial yang menindas.
Di Indonesia, Raden Ajeng Kartini menjadi simbol perjuangan pendidikan perempuan. Dalam surat-suratnya yang kemudian dibukukan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini menyoroti pentingnya pendidikan bagi perempuan pribumi yang kala itu masih terkungkung dalam budaya patriarki. Meskipun usianya tidak panjang, gagasan-gagasannya menginspirasi berdirinya sekolah-sekolah untuk perempuan di Indonesia dan memotivasi perjuangan emansipasi perempuan di Tanah Air.
3. Abad ke-20, gerakan feminis sukses menjadikan pendidikan sebagai hak universal

Dengan meningkatnya gerakan feminisme di abad ke-20, pendidikan bagi perempuan menjadi perhatian utama. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 secara eksplisit menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan tanpa diskriminasi. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang mulai menghapus batasan bagi perempuan dalam pendidikan tinggi dan profesional.
Tokoh seperti Malala Yousafzai dari Pakistan menjadi simbol perjuangan modern untuk pendidikan perempuan. Pada 2012, ia selamat dari percobaan pembunuhan oleh Taliban karena berani berbicara tentang hak pendidikan bagi perempuan. Upayanya membuatnya menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada 2014.
4. Tantangan untuk perempuan dari berbagai kalangan agar mendapatkan hak pendidikan layak

Meskipun akses pendidikan bagi perempuan telah meningkat secara signifikan, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Di beberapa negara berkembang, anak perempuan masih mengalami diskriminasi dalam pendidikan akibat faktor ekonomi, budaya, dan kebijakan diskriminatif. Organisasi seperti UNESCO dan UNICEF terus berupaya memastikan bahwa pendidikan benar-benar menjadi hak universal bagi semua anak perempuan.
Sejarah menunjukkan bahwa pendidikan adalah kunci bagi kemajuan perempuan dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan terus memperjuangkan kesetaraan dalam pendidikan, perempuan di seluruh dunia dapat memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi dalam berbagai bidang. Masa depan yang lebih adil bergantung pada akses pendidikan yang merata bagi semua. Semoga dengan mengetahui fakta sejarah ini, kita dapat lebih menghargai peran-peran perempuan yang ada di sekitar kita, ya!