5 Fakta Sempur-hujan Darat, Punya Ritual Tarian Unik sebelum Kawin

- Burung sempur-hujan darat tersebar di Asia Tenggara dan hidup di hutan hujan tropis.
- Mereka memakan serangga dan buah-buahan.
- Musim kawin mereka terjadi antara Januari—Oktober dengan sarang besar di atas pohon.
Nama burung sempur-hujan darat (Eurylaimus ochromalus) mungkin masih asing di telinga sebagian besar orang. Mereka adalah salah satu dari 14 spesies burung yang masuk dalam famili Eurylaimidae alias burung madi atau sempur-hujan. Kalau melihat dari foto-foto yang ada, penampilan luar sempur-hujan darat pasti dapat menghipnotis mata karena kecantikan warna bulu mereka.
Pada bagian perut, warna bulu burung ini cenderung putih atau krem, sementara bagian kepala dan punggung didominasi warna hitam. Ada pola garis putih di leher dan sayap. Selain itu, bagian bawah ekor mereka terlihat sedikit hijau kekuningan. Bagian menarik lain dari tubuh sempur-hujan darat terletak pada paruh mereka yang berwarna biru dan sklera berwarna kuning.
Kemudian, ukuran si cantik ini terbilang mini. Pasalnya, tubuh mereka hanya tumbuh sekitar 13—15 cm dan bobot 31—39 gram. Pada kesempatan ini, kita akan mengupas sama-sama soal fakta sempur-hujan darat. Karena itu, kalau ingin tahu seperti apa spesies burung cantik ini, simak pembahasan berikut sampai tuntas, ya!
1. Peta persebaran dan habitat pilihan
_(8071165309).jpg)
Sempur-hujan darat ternyata tinggal dekat dengan kita karena peta persebaran mereka ada di Asia Tenggara. Burung ini ditemukan mulai dari selatan Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia (Sumatra dan Kalimantan), dan Brunei. Dilansir BirdLife DataZone, luas area yang jadi rumah bagi burung cantik ini sekitar 4,2 juta km persegi.
Adapun, pilihan habitat sempur-hujan darat berupa hutan hujan tropis, hutan sekunder, hutan campuran, rawa, dan semacamnya. Ketinggian habitat yang mereka sukai dimulai dari 0—1.300 meter di atas permukaan laut. Oh, ya, mereka bukan termasuk burung yang bermigrasi sehingga dapat ditemukan di tempat yang sama sepanjang tahun.
2. Makanan favorit dan cara mereka memperoleh makanan
_(8071120621).jpg)
Sempur-hujan darat ternyata termasuk hewan insektivor. Mereka utamanya mengonsumsi serangga, kumbang, semut, lebah, tawon, moluska, dan hewan kecil lain. Menariknya, di beberapa tempat dan dalam kondisi yang langka, mereka turut mengonsumsi buah-buahan jika memungkinkan.
Burung ini termasuk hewan diurnal sehingga aktivitas mencari makan lebih banyak terjadi pada siang hari. Earth Endangered Creatures melansir kalau sempur-hujan darat berburu di antara pepohonan ataupun di atas tanah. Mereka terampil untuk mencari makanan yang bersembunyi di tumpukan daun, dalam tanah, ataupun di dalam batang kayu. Malahan, mereka sering mencari lubang pohon yang dibuat burung pelatuk karena ada peluang di dalam lubang tersebut berisi ulat atau serangga lain. Sementara itu, kalau makanan yang jadi target itu bisa terbang, sempur-hujan darat mampu untuk menangkap mangsa mereka sambil terbang di udara.
3. Hidup berkelompok, tapi kadang bertengkar

Sebenarnya, sempur-hujan darat tergolong hewan yang hidup secara berkelompok. Jumlah anggota kelompok ini terbilang kecil, yakni sekitar 2—5 individu saja. Sebenarnya, kelompok burung ini terbilang kompak karena pada banyak waktu, mereka mencari makan bersama. Selain itu, ada banyak bentuk komunikasi vokal yang dilakukan untuk memanggil ataupun memperingatkan individu lain. Hanya saja, pada momen tertentu, antaranggota kelompok sempur-hujan darat ternyata dapat bertengkar, lho.
Dilansir Animalia, kalau kelompok burung ini terdiri atas beberapa pasangan, kadang antarpasangan itu akan saling berkelahi untuk memperebutkan wilayah tertentu menjelang musim kawin. Uniknya, sebelum mulai berkelahi, burung ini akan mulai dengan mengangguk-anggukkan kepala sambil bersiul dengan nada khusus sebagai bentuk peringatan. Kalau tak dihiraukan, serangan bisa terjadi. Bentuk serangan yang biasa dilakukan sempur-hujan darat ialah terbang dengan cepat sambil saling mengejar.
4. Sistem reproduksi
.jpg)
Musim kawin bagi sempur-hujan darat terjadi ketika musim kemarau tiba atau antara Januari—Oktober. Burung ini tergolong hewan setia karena ketika satu pasangan terbentuk, mereka akan terus bersama untuk tahun-tahun berikutnya. Adapun, cara jantan menarik perhatian betina yang jadi calon pasangan dilakukan dengan cara menari dan bernyanyi sambil membuka-menutup sayap, mengibaskan ekor, serta membuka paruh ke sekitar calon pasangan. Uniknya, kalau tertarik, betina juga akan menirukan gerakan yang sama.
Setelah pasangan terbentuk, keduanya akan bahu-membahu untuk membangun sarang. Animalia melansir kalau sarang burung ini relatif berukuran besar dan tebal. Material sarang sempur-hujan darat terbuat dari lumut, jamur, daun, rumput, serat tanaman, akar, dan ranting yang dibentuk hingga mirip seperti buah pir. Sarang ini mereka berada di atas pohon dengan ketinggian 5—18 meter dan kadang sengaja dibangun dekat dengan sarang lebah agar mendapat perlindungan ekstra.
Setelah sarang rampung dan proses perkawinan selesai, betina mulai bertelur dengan jumlah 2—3 butir. Telur ini menjalani masa inkubasi selama 17—18 hari. Setelah menetas, anak sempur-hujan darat akan ada dalam pengawasan dan perawatan kedua induk, setidaknya sampai mereka mulai bisa terbang pada usia 22—23 hari. Di alam liar, burung ini hidup sampai usia 6 tahunan. Namun, dalam perawatan manusia, usia mereka dapat mencapai 19 tahun.
5. Status konservasi
.jpg)
Berdasarkan IUCN Red List, sempur-hujan darat saat ini masuk dalam kategori hewan hampir terancam (Near Threatened). Kondisi populasi mereka pun terus mengalami penurunan tiap tahunnya sehingga status ini bisa saja turun menjadi lebih mengkhawatirkan. Sebenarnya, alasan mengapa penurunan populasi burung cantik ini cukup mudah untuk ditebak.
Dilansir IUCN Red List, kerusakan habitat karena aktivitas pembukaan lahan demi perkebunan dan ekstraksi kayu oleh manusia jadi penyebab terbesar dari penurunan populasi burung cantik ini. Malahan, dalam satu generasi terakhir, populasi sempur-hujan darat sudah menurun sekitar 20—29 persen, angka yang sangat cepat sampai membuat mereka dilabeli status konservasi di atas. Belum lagi, perubahan iklim dan perburuan demi dijadikan hewan peliharaan membuat tempat tinggal bagi burung ini jadi semakin tidak nyaman untuk ditinggali.
Kalau tidak bergerak cepat, sempur-hujan darat bisa saja habis tak bersisa dalam beberapa generasi mendatang. Karena itu, upaya konservasi secara khusus terhadap spesies ini jelas perlu dilakukan. Akan tetapi, ada hal yang jauh lebih penting lagi daripada itu. Perlu ada upaya menjaga lingkungan hutan dari segala kerusakan yang disengaja supaya tak hanya sempur-hujan darat yang mampu bertahan, tetapi seluruh makhluk hidup lain yang tinggal di sana.