5 Fakta Steenbok, Penyendiri yang Punya Banyak Trik Melarikan Diri

Intinya sih...
Steenbok hanya ditemukan di Afrika bagian timur dan selatan.
Mereka menyukai habitat padang rumput, hutan terbuka, dan gurun dengan aliran air.
Steenbok memiliki berbagai trik untuk melarikan diri dari predator, seperti mendeteksi predator dengan telinga sensitif, bersembunyi di rerumputan, dan berlari zig-zag.
Pernah dengar spesies antelop bernama steenbok (Raphicerus campestris)? Mereka termasuk spesies antelop berukuran kecil karena hanya tumbuh sepanjang 70—95 cm dan bobot 7—16 kg. Kalau berbicara soal warna tubuh, sebenarnya steenbok terlihat mirip seperti spesies antelop lain karena didominasi warna cokelat keemasan atau merah-jingga pada bagian tubuh atas, tetapi area tubuh bawah seperti perut dan leher, moncong, serta sekitaran mata memiliki warna putih.
Selain itu, ciri khas dari steenbok terletak pada telinga yang relatif panjang, sedikit corak hitam di atas hidung, serta kelenjar aroma berbentuk lingkaran di dekat mata. Tak ketinggalan, spesies antelop ini juga memiliki tanduk, meski hanya jantan yang menumbuhkannya. Tanduk mereka terbilang kecil, yakni sekitar 9—19 cm, dan cenderung berbentuk lurus. Nah, pada kesempatan ini, kita akan berkenalan lebih jauh dengan steenbok. Kalau sudah penasaran, simak pembahasan tentang hewan ini sampai tuntas, ya!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit
Steenbok hanya dapat ditemukan di Afrika. Uniknya, peta persebaran mereka terbagi atas dua region yang berbeda, yakni Afrika bagian timur dan selatan. Di bagian timur, antelop ini hanya berada di wilayah negara Kenya dan Tanzania. Sementara itu, di bagian selatan negara yang jadi rumah bagi steenbok lebih banyak lagi, yaitu Angola, Namibia, Afrika Selatan, Swaziland, Mozambik, Botswana, Zimbabwe, dan Zambia.
Dilansir South African National Parks, steenbok menyukai habitat padang rumput yang tebal dan tinggi, hutan terbuka, dan gurun dengan aliran air. Menariknya, mereka justru akan menghindari daerah hutan lebat ataupun lereng gunung berbatu, sekalipun dua tempat tersebut menyediakan opsi bersembunyi yang lebih beragam. Seiring dengan kehadiran manusia di sekitar habitat, steenbok mulai beradaptasi untuk tinggal di sekitar lahan pertanian ataupun pinggiran kota.
Sebagai keluarga antelop, tentunya steenbok merupakan herbivor alami. Pilihan makanan mereka cukup beragam, mulai dari rumput, biji-bijian, buah-buahan, sampai umbi-umbian. Khusus untuk jenis makanan terakhir itu, steenbok akan memanfaatkan kuku pada kaki depan untuk menggali tanah di sekitar tanaman umbi. Oh iya, mamalia ini tergolong sebagai hewan diurnal sehingga segala aktivitas, termasuk mencari makan, lebih banyak dilakukan saat Matahari masih bersinar. Namun, saat musim kemarau, mereka jadi lebih condong menjadi hewan nokturnal.
2. Antelop yang lebih banyak sendirian
Kalau kebanyakan spesies antelop yang ada di Afrika itu hidup secara berkelompok, maka steenbok punya cara hidup yang berbeda. Pada kebanyakan waktu, mereka hanya akan terlihat sendiri. Beberapa momen dimana beberapa ekor steenbok terlihat bersama itu hanya terjadi ketika musim kawin ataupun betina yang sedang merawat anak-anak.
Animal Diversity melansir kalau steenbok juga tergolong teritorial, baik jantan maupun betina. Seekor steenbok umumnya memiliki wilayah seluas 4—5 hektar, dimana jantan akan selalu berada di wilayah yang sama sekaligus menjaganya, sementara betina cenderung berpindah-pindah. Khusus bagi jantan, jika ia mendeteksi adanya kehadiran jantan lain di wilayahnya, maka pengejaran tak jarang terjadi sampai si penyusup itu pergi.
Guna menandakan batas wilayah, jantan berkeliling untuk melepaskan semacam kelenjar aroma, urine, dan kotoran pada titik tertentu. Biasanya, steenbok lain dapat mendeteksi wilayah individu lain dengan lubang kelenjar aroma yang ada tepat di bawah mata. Hebatnya, masing-masing individu mampu memetakan bagaimana pola pergerakan si pemilik wilayah tiap waktunya. Hal ini sangat penting bagi calon pasangan steenbok menjelang musim kawin karena mereka harus bisa bertemu pada satu titik wilayah mereka.
3. Berbagai trik untuk melarikan diri dari kejaran predator
Punya ukuran yang proporsional sekaligus tinggal di Afrika membuat steenbok jadi target yang sangat cocok bagi beragam predator di sana. Beberapa jenis predator yang menargetkan mamalia ini, antara lain macan tutul, cheetah, ular piton afrika, elang martial, hiena, dan singa. Meski predator yang menargetkan cukup banyak, steenbok jelas tak ingin jadi mangsa yang mudah ditangkap. Untuk itu, mereka mengembangkan berbagai taktik unik supaya dapat melarikan diri dari kejaran predator.
Ultimate Ungulate melansir kalau pada awalnya, steenbok mampu mendeteksi keberadaan predator berkat telinga yang sensitif. Kemudian, sebisa mungkin mereka mencoba bersembunyi dengan cara menunduk di antara rerumputan panjang. Kalau predator itu justru semakin mendekat, barulah steenbok akan mulai berlari. Sebenarnya, kemampuan lari puncak hewan ini terbilang sangat cepat karena mampu menyentuh angka 80 km per jam. Akan tetapi, mereka melengkapi kemampuan lari ini dengan kelincahan sehingga masih bisa bergerak secara zig-zag untuk mengecoh predator dengan kecepatan tinggi, semisal cheetah.
Uniknya, ketika steenbok merasa berhasil melarikan diri, hewan ini terkadang akan mulai merebahkan diri ke tanah serendah mungkin guna menghindari dideteksi kembali oleh predator. Kalau beruntung, steenbok akan bersembunyi ke lubang milik hewan lain. Lubang yang biasa dicari steenbok itu adalah milik mamalia mirip pengerat dan trenggiling, yakni aadvark (Orycteropus afer).
4. Sistem reproduksi
Tak ada musim kawin bagi steenbok karena proses perkawinan dapat terjadi kapan saja sepanjang waktu, selama betina siap untuk merawat anak. Interval antara satu masa melahirkan ke masa reproduksi bagi betina biasanya terjadi antara 5—9 bulan dari kelahiran anak sebelumnya. Hewan ini termasuk poligini, dimana jantan akan kawin dengan beberapa betina. Namun, sebelum mendapat hak kawin, jantan akan bertarung antar satu sama lain jika kebetulan bertemu dengan satu betina yang sama.
Setelah kawin, betina pun kembali ke wilayahnya sambil mengandung. Dilansir Animalia, masa kehamilan mamalia ini sekitar 170 hari saja dan betina hanya melahirkan seekor anak dalam satu masa reproduksi. Si anak ini akan dirawat secara sembunyi-sembunyi dalam waktu 2 minggu pertama. Kemudian, setelah itu ia akan ikut dengan induk sampai berusia 3 bulan. Setelah anak berusia lebih dari 3 bulan, ia akan pergi dari tempat kelahiran dan si induk sudah siap untuk kawin lagi.
Bagi steenbok jantan, butuh waktu 9 bulan untuk mencapai usia kematangan seksual. Sementara bagi betina lebih pendek, yakni sekitar 6—8 bulan. Di alam liar, steenbok diketahui mampu hidup hingga usia 12 tahun.
5. Status konservasi
Dalam catatan IUCN Red List, steenbok masuk dalam kategori hewan dengan risiko rendah (Least Concern) dengan tren populasi yang stabil. Akan tetapi, tidak diketahui berapa angka pasti dari populasi antelop ini. Sejauh ini pula, tak ada ancaman serius yang dapat menghancurkan populasi steenbok dalam waktu dekat.
Hanya saja, terkadang hewan ini terkadang jadi target berburu manusia. Dilansir Ultimate Ungulate, steenbok muda jadi sasaran empuk bagi pemburu yang hendak memanfaatkan daging mereka. Sementara itu, individu dewasa turut jadi target olahraga berburu yang dilakukan sejumlah orang yang pergi ke alam liar Afrika.
Menariknya, meski turut diburu oleh manusia, steenbok menunjukkan kalau kehadiran manusia di sekitar habitat mereka justru dapat menjadi keuntungan tersendiri. Sebab, pemukiman manusia menyediakan makanan yang melimpah sekaligus perlindungan dari predator yang cenderung menghindar di daerah tersebut. Pada akhirnya, mereka benar-benar memanfaatkan apa pun supaya bisa melarikan diri dari sergapan predator, ya!