Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret ISS yang diambil pada 25 Maret 2009 (commons.wikimedia.org/ National Aeronautics and Space Administration)

International Space Station (ISS) atau Stasiun Antariksa Internasional masih jadi objek luar angkasa terbesar yang pernah diluncurkan manusia. Bobot wahana ini mencapai 420 ton kalau ditotal dengan panjang 74 meter dan lebar 110 meter. ISS mengorbit di sekitar Bumi pada ketinggian 370—460 kilometer di atas permukaan laut.

ISS "dibangun" secara bertahap di luar angkasa dan melibatkan 5 lembaga antariksa berbeda, yakni NASA (Amerika Serikat), Roscosmos (Rusia), ESA (Uni Eropa), JAXA (Jepang), dan CSA (Kanada). Pembangunannya dimulai pada tahun 1998, tepatnya ketika modul Zarya diluncurkan Roscosmos pada 20 November 1998.

Kita mungkin sudah akrab dengan deretan fakta menarik dari ISS. Misalnya saja, objek luar angkasa ini jadi salah satu yang tercepat karena dapat mengorbit Bumi hanya dalam waktu 90 menit. Ada pula fakta bahwa ISS mampu bertahan dari suhu 200 sampai -200 derajat Celcius.

Namun, sebenarnya apa, sih, fungsi dari dibangunnya ISS di luar angkasa? Apakah wahana antariksa ini sengaja dibangun dengan fungsi yang sama seperti satelit buatan? Kalau penasaran dengan jawabannya, yuk, simak penjelasan berikut ini!

1. Jadi stasiun pengamatan Bumi yang dapat ditinggali manusia dalam waktu lama

momen astronaut Tracy Caldwell Dyson saat berada di modul International Space Station (commons.wikimedia.org/NASA/Tracy Caldwell Dyson)

Sebagai wahana antariksa yang mengorbit pada Bumi, salah satu tujuan utama dari ISS tentunya untuk mengamati rupa Bumi serta berbagai kejadian yang ada dari atas langit. Mengutip NASA, sejak ISS diluncurkan dan ditempati astronaut serta kosmonaut, kita sudah mengambil sekitar 3,5 juta gambar dari Bumi. Tentunya, gambar-gambar tersebut bukan hanya sekadar ajang "pamer" soal rupa Bumi, melainkan juga untuk mengamati apa yang sebenarnya sedang terjadi pada planet kita.

Misalnya saja, selama beberapa dekade ke belakang, astronaut dan kosmonaut di ISS mengamati soal keadaan atmosfer dan perubahan iklim yang terlihat jelas dari luar angkasa. Selain itu, pengawasan terhadap bencana alam, semisal banjir dan gunung meletus, dapat dilakukan dari ISS dengan pemetaan lokasi yang dibuat secara presisi. Belum lagi, pengamatan soal polusi cahaya, polusi akibat sampah, dan masalah-masalah lingkungan yang dihadapi Bumi hari ini dapat diamati dengan baik melalui ISS.

Pengamatan yang dilakukan di ISS tak hanya sebatas apa yang ada di permukaan Bumi. Sebab, astronaut dan kosmonaut yang ada di dalam dapat mengamati berbagai fenomena di luar angkasa secara langsung. Dengan demikian, kita dapat mengetahui soal apa saja sedang terjadi di sekitar planet Bumi sampai memetakan potensi bahaya yang mungkin terjadi dari luar, semisal ancaman meteorit.

Sebagai catatan, ISS sampai saat ini jadi satu-satunya wahana antariksa yang terus menerus dihuni manusia sejak 2 dekade terakhir. Dua kosmonaut bernama Sergey Krikalev dan Yuri Gidzenko beserta satu astronaut William Shepherd jadi tiga manusia pertama yang memasuki ISS dan membuat stasiun antariksa ini bekerja. Sejak ketiga astronaut dan kosmonaut itu datang sampai saat ini, total ada 280 orang dari 23 negara berbeda yang pernah menjajaki kaki ke ISS.

2. Laboratorium luar angkasa

cabai berukuran raksasa yang ditumbuhkan di dalam ISS (commons.wikimedia.org/NASA Johnson Space Center)

Selain sebagai lokasi pengamatan, ternyata ISS berfungsi juga sebagai laboratorium sains di luar angkasa. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan astronaut dan kosmonaut di sana yang menguji berbagai senyawa kimia, material biologi, serta material fisika untuk kemudian mengamati efeknya jika dikerjakan di ruang hampa udara. Di wahana antariksa ini ada satu laboratorium mikrogravitasi yang dikenal dengan sebutan Destiny.

Laboratorium yang kompleks ini memiliki banyak elemen berbeda yang dikumpulkan secara bretahap sejak tahun 2000-an. Awalnya, penelitian yang dilakukan di laboratorium itu berupa meneliti dampak jangka panjang dari makhluk hidup luar angkasa dalam jangka waktu panjang dan menginvestigasi efek sejumlah material di ruang hampa udara. Kemudian, laboratorium itu berkembang jadi sarana untuk meneliti berbagai hal lain.

Misalnya saja, kita bisa memperoleh pengetahuan dalam bidang fisika. Dari yang sederhana, seperti perilaku cairan di luar angkasa, sampai hal-hal yang lebih kompleks. Dilansir ISS National Laboratory, sejak 30 September 2013, ISS sudah dilengkapi dengan ISS National Lab yang berfungsi untuk mengembangkan protein crystal growth (PCG) yang berfungsi untuk memproses kristal protein berkualitas tinggi dari luar angkasa. Dalam bidang biologi, penelitian soal DNA dan modifikasi genom ternyata juga dilakukan di ISS. Selain itu, para peneliti di sana turut mengamati perilaku mikroba serta adaptasi tubuh manusia dalam jangka waktu tertentu.

3. Tempat uji coba berbagai inovasi teknologi

astronaut Woody Hoburg di ruang tangan robotik (commons.wikimedia.org/NASA)

Para peneliti berulang kali melakukan uji coba sampai demonstrasi atas beberapa teknologi yang dibawa oleh pesawat ulang-alik atau roket pembawa muatan. Fasilitas yang ada di ISS dan keunikan kondisi luar angkasa jika dibandingkan dengan Bumi jadi tempat yang sempurna bagi berbagai peralatan teknologi canggih untuk diuji di sana. Ada juga sejumlah inovasi teknologi yang hadir saat ini yang sebenarnya telah diuji terlebih dahulu di ISS.

ISS National Laboratory melansir kalau teknologi yang diuji coba di ISS terkait dengan teknologi komputer, elektronik, robot, dan prototipe lain. Lingkungan ISS yang terkendali dan berisiko rendah terhadap lingkungan dipandang jadi lokasi yang sesuai untuk uji coba produk dengan tingkat keseapan teknologi tertinggi. Contoh teknologi tingkat tinggi yang pernah diuji coba di ISS, antara lain:

  1. Sensor hyperspectral dan thermal;
  2. Komponen satelit dan pesawat antariksa;
  3. Alat komunikasi berbasis laser dan space-based quantum communication;
  4. Uji coba penguatan teknologi keamanan data;
  5. Kabel fiber optic dengan kualitas lebih baik;
  6. Teknologi lain yang bermanfaat untuk eksplorasi luar angkasa di masa depan.

4. Sarana pendidikan

Kru di dalam ISS yang memperlihatkan bagaimana kondisi ketika mereka hendak makan. (commons.wikimedia.org/NASA)

Berada di luar angkasa dengan akses internet yang memadai jelas jadi peluang bagi astronaut dan kosmonaut untuk membagikan ilmu serta pengalaman mereka, khususnya kepada pelajar. Selama ISS berdiri, ada banyak eksperimen yang disiarkan secara langsung dan dapat diakses secara gratis jika kita ingin berselancar sedikit di internet.

Dilansir NASA, tujuan dari diadakannya video-video edukasi dari ISS ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa keingintahuan dan minat dari generasi selanjutnya terhadap eksplorasi luar angkasa. Selain itu, harapannya di masa depan semakin banyak generasi yang menguasai bidang STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematic). Uniknya, "pengajar" dari ISS tidak melulu dilakukan oleh astronaut dan kosmonaut.

Sebab, ada satu program robotik yang dikelola oleh JAXA bernama Robo-Pro Challenge. Program ini akan menayangkan sebuah perangkat lunak yang mengelola sebuah robot dengan kamera dan bisa terbang ke tempat tertentu lewat beberapa perintah. Tujuan dari kehadiran Robo-Pro Challenge ini ialah mencoba menyaring talenta-talenta hebat dalam bidang komputer dan pengkodean perangkat lunak, sesuai dengan nilai pelajaran STEM.

5. Mengatasi masalah kesehatan dan memberi keuntungan ekonomi

potret kru Expedition 57 yang menjalani misi di ISS pada 11 Desember 2018 (commons.wikimedia.org/NASA/Anne McClain)

ISS ternyata punya kontribusi penting dalam bidang kesehatan manusia. JAXA melansir kalau aspek kesehatan manusia yang diteliti di ISS terkait dengan masalah penuaan, trauma, penyakit, sampai kondisi lingkungan. Proses penelitian kesehatan fisik dan mental itu didasari pada perbedaan kondisi di Bumi dan luar angkasa, protokol medis terbaru, sampai dengan perkembangan teknologi kesehatan yang sekaligus menunjang kesehatan astronaut dan kosmonaut yang bertugas di ISS.

Beberapa contoh masalah kesehatan yang diteliti di ISS antara lain:

  1. neuroArm; 
  2. Mengatasi penyakit asma dan osteoporosis;
  3. Diagnosis tubuh melalui ultrasound;
  4. Perawatan kanker;
  5. Pengembangan vaksin;
  6. Pemurnian air;
  7. Deteksi dini dari perubahan sistem imun tubuh.

Selain manfaat kesehatan, belakangan kita juga memunculkan ide soal manfaat ekonomi dari ISS. Dilansir ESA, kehadiran ISS mampu mendongkrak nilai ekonomi dari LEO (Low Earth Orbit) karena ada banyak potensi yang mulai dilirik. Misalnya saja, orang-orang bisnis yang memerlukan manufaktur di luar angkasa dapat memanfaatkan ISS sebagai lokasi produksi yang potensial. Apalagi, di ISS kita dapat menguji berbagai teknologi baru yang beberapa di antaranya punya tujuan komersil.

Manfaat yang diberikan ISS kepada umat manusia sejak penggabungan wahana antariksa ini 2 dekade silam memang signifikan. Sayangnya, dalam waktu dekat, mungkin saja ISS akan digantikan dengan wahana antariksa lain. Sebab, tensi yang tinggi antara Rusia dengan negara-negara barat pasca-invasi Rusia ke Ukraina berpengaruh pada kesepakatan soal kepengurusan di ISS sehingga Roscosmos mulai menarik diri dari aktivitas di ISS secara perlahan.

Dilansir BBC Science Focus, masalah lain yang dihadapi ISS adalah komponen wahana antariksa ini yang mulai kadarluarsa. Misalnya, ilaporkan kalau sekitar 80 persen modul buatan Roscosmos sudah masuk masa kadaluarsa pada tahun 2021 silam. Tentunya, modul-modul milik lembaga antariksa lain akan memasuki masa yang sama dalam kurun waktu dekat. Atas dasar itu, sekitar tahun 2030 nanti, ISS akan dipensiunkan dan dikirim kembali ke Bumi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team