Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Fakta Ilmiah yang Terjadi pada Astronaut jika Baju Antariksa Rusak

ilustrasi seorang astronaut sedang berada di luar angkasa (Pixabay.com/WikiImages)
ilustrasi seorang astronaut sedang berada di luar angkasa (Pixabay.com/WikiImages)
Intinya sih...
  • Baju astronot memiliki fitur pengatur tekanan udara untuk menjaga kelangsungan hidup astronot di luar angkasa.
  • Kerusakan pada baju astronot dapat menyebabkan pembengkakkan tubuh dan kerusakan fungsi tubuh akibat cairan dalam tubuh yang mencapai titik didihnya.
  • Baju astronot dilengkapi dengan tabung oksigen, sehingga kerusakan pada penyedia oksigen dapat menyebabkan hipoksia dan berbahaya bagi kesehatan astronot.

Profesi astronaut sering kali muncul sebagai jawaban ketika anak-anak ditanya tentang cita-cita mereka di masa depan. Bagi anak-anak dengan pemikiran sederhana, astronaut memang tampak sebagai profesi yang sangat keren. Astronaut bisa terbang mengunjungi objek-objek luar angkasa yang tidak bisa dilakukan banyak orang. Namun, faktanya banyak bahaya yang mengintai seorang astronaut saat berada di luar angkasa.

Bicara soal astronaut maka tidak terlepas dari baju antariksa (spacesuit) atau lebih dikenal dengan baju astronaut yang sangat ikonik. Baju astronaut dirancang khusus agar manusia dapat bertahan hidup pada saat berada di luar angkasa dengan kondisi lingkungan yang sangat jauh berbeda dengan di Bumi. Baju astronaut memiliki teknologi canggih, yaitu menciptakan kondisi di Bumi bagi seseorang yang memakainya di luar angkasa.

Apa yang akan terjadi pada astronaut jika baju astronautnya rusak pada saat berada di luar angkasa? Merangkum dari berbagai sumber, berikut adalah 4 fakta ilmiah yang akan dialami oleh astronaut jika baju astronaut rusak pada saat berada di luar angkasa.

1. Tubuh astronaut akan membengkak

ilustrasi astronaut sedang berada di wahana antariksa (pixabay.com/NASA-Imagery)
ilustrasi astronaut sedang berada di wahana antariksa (pixabay.com/NASA-Imagery)

Salah satu fitur baju astronaut adalah adanya pengatur tekanan udara. Dengan mengenakan baju astronaut, memungkinkan seorang astronaut berada pada kondisi tekanan udara Bumi meskipun mereka sedang berada di luar angkasa yang hampir tidak ada tekanan. Hal ini penting untuk menjaga kelangsungan hidup seorang astronaut ketika berada di luar angkasa.

Kondisi mengerikan akan dialami seorang astronaut jika baju astronaut yang mereka pakai mengalami kerusakan, khususnya pada fitur pengatur tekanan. Pada kondisi ini, tubuh seorang astronaut dapat mengalami pembengkakkan yang diakibatkan gas dalam tubuh mengembang, yang dalam waktu singkat mampu membahayakan nyawa.

Tubuh manusia terdiri dari 60 persen cairan dari total berat badannya. Hal ini sangat potensial menyebabkan tubuh manusia mengalami pembengkakkan ketika berada di luar angkasa tanpa perlindungan baju astronaut. Berdasarkan hukum fisika, titik didih berbanding lurus dengan tekanan udara.

Dengan demikian, ketika seorang astronaut berada di luar angkasa tanpa perlindungan baju astronaut, maka cairan dalam tubuh akan cepat mencapai titik didihnya dan menghasilkan gas serta uap air yang akan menumpuk dalam sel dan pembuluh darah. Secara visual tubuh astronaut akan membengkak. Secara medis kondisi tersebut akan menyebabkan kerusakan pada fungsi tubuh yang berdampak pada kematian.

2. Astronaut akan mengalami hipoksia

ilsutrasi seorang astronaut mengalami hipoksia (commons.wikimedia.org/Science History Institute)
ilsutrasi seorang astronaut mengalami hipoksia (commons.wikimedia.org/Science History Institute)

Manusia membutuhkan oksigen untuk bernapas. Ketika berada di Bumi, manusia tidak kesulitan bernapas karena oksigen yang melimpah. Namun, berbeda dengan di luar angkasa yang kandungan oksigennya sangat sedikit sehingga tidak memenuhi kandungan untuk manusia bisa bernapas.

Baju astronaut dilengkapi dengan Portable Life Support System (PLSS), yang salah satu fiturnya adalah tabung oksigen. Tabung ini sangat penting untuk menyediakan oksigen bagi astronaut saat berada di luar angkasa, sehingga mereka dapat bernapas. Jadi, ketika baju astronaut bermasalah, khususnya pada fungsi penyedia oksigen, maka seorang astronaut akan kekurangan oksigen yang bisa menyebabkan hipoksia.

Seseorang yang mengalami hipoksia biasanya akan merasa pusing dan lemas. Pada tahap berikutnya, orang tersebut akan mengalami kebingungan dan disorientasi. Jika tidak segera mendapatkan penanganan medis pada tahap yang berbahaya, dapat menyebabkan kerusakan otak permanen dan kematian.

3. Astronaut akan mengalami hipertermia dan hipotermia

ilustrasi seorang astronaut sedang berada di luar angkasa (Pixabay.com/WikiImages)
ilustrasi seorang astronaut sedang berada di luar angkasa (Pixabay.com/WikiImages)

Suhu di luar angkasa bisa sangat dingin dan juga bisa sangat panas. Ketika suatu wilayah atau objek terkena sinar matahari, maka bisa mencapai suhu yang sangat panas, yaitu bisa mencapai 120 derajat Celcius. Sebaliknya, ketika ketika tidak terkena sinar matahari, bisa mencapai suhu yang sangat rendah, yaitu bisa mencapai minus 150 derajat Celcius.

Baju astronaut memiliki perlindungan untuk menjaga suhu penggunanya agar tetap stabil. Maka, jika baju astronaut rusak ketika berada di luar angkasa, seorang astronaut dapat mengalami hipertermi karena suhu terlalu tinggi dan hipotermia karena suhu terlalu rendah. Kondisi terburuk jika seseorang mengalami hipertermia dan hipotermia adalah mengalami kejang, halusinasi, dan kehilangan kesadaran.

4. Terpapar radiasi sinar kosmik

ilustrasi radiasi sinar kosmik dari black hole (pixabay.com/Vector_Horizon_YT)
ilustrasi radiasi sinar kosmik dari black hole (pixabay.com/Vector_Horizon_YT)

Material pembuat baju astronaut dibuat dengan menggunakan bahan antiradiasi. Hal ini untuk melindungi astronaut dari bahaya paparan sinar kosmik. Ketika berada di luar angkasa, dampak dari terpapar radiasi sinar kosmik menjadi sangat besar. Selain tidak adanya lapisan atmosfer yang menyaring sinar kosmik seperti di Bumi, di luar angkasa juga memiliki lebih banyak sumber radiasi sinar kosmik, yaitu dari supernova dan black hole.

Jika astronaut sedang berada di luar angkasa dengan kondisi baju astronaut yang tidak berfungsi dengan baik atau rusak, maka potensi terpapar sinar kosmik akan menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perlindungan dari baju astronaut dan juga tidak adanya lapisan atmosfer yang mampu menyaring radiasi sinar kosmik. Hal ini dapat berdampak kerusakan DNA atau kanker.

Pada akhirnya kita memahami bahwa baju astronaut bukan sekadar seragam sebuah profesi saja, seperti seragam yang dikenakan polisi, tentara, dokter, dan profesi lainnya. Namun, baju astronaut merupakan suatu sistem perlindungan hidup bagi seorang astronaut ketika berada di luar angkasa. Bisa dikatakan nyawa seorang astronaut bergantung pada baju astronaut ketika sedang berada di luar angkasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Hafizhuddin
EditorMuhammad Hafizhuddin
Follow Us