5 Hewan yang Berkabung Atas kematian Spesiesnya

- Orca
- Seekor orca betina, J35, meratapi kematian anaknya dengan dukungan dari kawanannya yang tergabung dalam pod. Mereka berkomunikasi lewat klik dan siulan.
- Lumba-lumba
- Lumba-lumba dewasa menopang anak yang mati sebelum melepasnya ke laut. Mereka membentuk pod dan menguatkan anggota yang sedang berduka.
- Babon
- Babon bernama Sylvia kehilangan anaknya dan mendapat dukungan dari babon lain untuk mengatasi stres. Mereka hidup dalam kawanan dengan campuran jenis kelamin.
Manusia mempunyai perasaan yang kompleks dari semua keadaan termasuk berduka cita bagi kerabat atau keluarganya yang meninggal. Tak sekadar menangis, manusia juga melakukan upacara pemakaman dari tahap awal hingga selesai dikuburkan. Manusia biasanya mengalami stres dan sikap lainnya karena kehilangan orang yang dicintai.
Anggapan umum menunjukkan bahwa hewan itu tak berpikir sekompleks manusia. Hewan biasanya hanya lahir, mengurusi anak-anak, mencari makan dan kemudian mati. Di antara jutaan hewan, beberapa terkuak ada hewan-hewan juga bisa berperilaku sekompleks manusia terutama perilaku mereka saat melihat sesama spesiesnya mati. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang perilaku cerdas para hewan yang berkabung atas kematian spesiesnya. Ada hewan apa saja?
1. Orca

Seekor orca betina bernama J35 menarik perhatian dunia terutama para ahli. J35 kehilangan anak betinanya 30 menit setelah lahir. J35 merasa sedih dan anggota lain dari kawanannya, membentuk lingkaran rapat berisi betina semua di sekitar J35. Semua dalam rangka untuk menguatkan J35 yang sedang berduka. Tujuh belas hari kemudian, J35 akhirnya melepaskan mayat anaknya untuk selamanya, dilansir scientificamerican.
Orca memang makhluk sosial. Ketika memburu mangsa, mereka melakukannya secara berkelompok dan teroganisir dalam bentuk pod. Sesama orca memiliki ikatan kuat: mereka berbagi makanan, merawat bayi bersama dan bahkan berduka jika ada anggota yang mati. Orca saling berkomunikasi lewat klik dan siulan.
2. Lumba-lumba

Peneliti mengamati perilaku kawanan lumba-lumba saat melihat rekannya yang mati. Lumba-lumba dewasa menggunakan kepala dan punggung mereka untuk menopang anaknya yang baru saja mati sekitar 30 menit sebelum menyerahkannya ke laut. Lumba-lumba membentuk pod dan mengitari individu yang mati. Ketika seekor induk bersedih kehilangan anaknya, anggota lain menguatkannya.
Lumba-lumba berkomunikasi dengan cara klik dan bersiul bernada tinggi. Lumba-lumba membentuk kawanan (pod) terdiri dari 5-10 anggota bahkan ratusan ekor. Lumba-lumba dikenal suka beraktrasi dengan melompat-lompat dan bermain dengan spesies lumba-lumba lain, tak hanya sebatas spesies yang sama.
3. Babon

Babon bernama Sylvia kehilangan Sierra, anak betinanya karena dibunuh oleh singa. Seperti manusia, babon bisa stres setelah kehilangan anak yang disayangi. Respon babon lainnya adalah menguatkan Sylvia agar ikatan semakin kuat untuk mengatasi stres yang dilanda. Salah satu cara babon untuk memperkuat ikatan sosialnya adalah saling membersihkan bulu satu sama lain, jelas Sciencedaily.
Betina babon belum merelakan anaknya yang telah mati karena akan tetap disimpan dalam jangka waktu paling sebentar yakni 1 jam dan 10 hari paling lama, setelah itu baru dilepas. Babon hidup dalam kawanan dengan campuran jenis kelamin. Dipimpin oleh satu jantan dengan anggota berkisar dari 20-100 ekor babon.
4. Burung gagak

Lantaran kecerdasannya, saat ada rekan gagak yang mati, kawanan gagak akan berkumpul di dekat mayat rekannya tersebut. Reaksi selanjutnya dari kawanan gagak ada yang diam saja atau hening dan bersuara gaduh. Sehubungan dengan itu, gagak tidak akan memakan mayat temannya.
Tak sampai situ saja, gagak akan mempelajari tentang predator yang membunuh rekannya. Demi meningkatkan peluang untuk menghindari serangan predator di masa depan. Gagak memiliki ikatan sosial yang kuat dan kelebihan untuk mengingat sesuatu. Mereka bisa mengenali wajah predator bahkan manusia. Hebatnya lagi, mampu mengingat tempat penyimpanan makanannya selama berminggu-minggu.
5. Gajah

Mengutip easytravel, saat rekan kawanannya mati, gajah Afrika akan menutupi mayat dengan cabang dan daun. Sementara gajah Asia akan mengubur mayat rekannya dengan parit irigasi. Seperti manusia meraba orang meninggal, gajah akan berhati-hati saat menyentuh mayat rekannya. Mereka dengan lembut menggerakan rahang bawah, gading dan gigi sang mayat.
Kawanan gajah akan mengangkut mayat ke lokasi pemakaman tertentu (sudah dirancang oleh gajah), kemudian mengubur mayat tersebut dengan membiarkan kakinya terlihat. Gajah yang berduka mengalami stres, lesu, gelisah, makan tidak lahap dan tidur tidak nyenyak. Lanjutnya, gajah akan kembali lagi berkunjung ke makam rekan yang dicintai, seperti kebiasaan manusia.
Hewan-hewan menunjukkan reaksi berkabung dengan pola sama yaitu berkumpul di dekat mayat anak atau rekan dari kawanannya, kemudian merasakan emosi sedih yang mendalam sebelum merelakan mayatnya. Namun, hanya perilaku gajah yang sekompleks manusia. Tak hanya bersedih, gajah juga melakukan penguburan dan mengalami stres dan bahkan ada ritual mengunjungi makam gajah yang dicintai berkali-kali.
Fakta bahwa ada hewan yang berkabung atas kematian spesiesnya tentu membuka salah satu kepingan dari kecerdasan mereka yang berperilaku seperti manusia. Selayaknya manusia yang merasakan duka, ada baiknya kita sebagai makhluk hidup yang berada di rantai makanan top tier mengindahkan dan bisa hidup berdampingan dengan hewan-hewan tersebut.