Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hewan yang Aktif setelah Hujan, Ada Siput hingga Nyamuk

ilustrasi siput
ilustrasi siput (pexels.com/cassius cardoso)
Intinya sih...
  • Katak dan kodok aktif setelah hujan untuk berkembang biak dan berburu serangga
  • Cacing tanah naik ke permukaan saat hujan untuk bernapas dan menjadi makanan burung
  • Siput, keong, nyamuk, dan lalat aktif setelah hujan karena kondisi lembap memudahkan aktivitas mereka
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika tetes air hujan mulai membasahi tanah, aroma khas yang disebut petrichor muncul dan memicu aktivitas biologis di alam. Bagi sebagian hewan, hujan menandakan datangnya waktu untuk mencari makan, berkembang biak, atau berpindah tempat. Suasana lembap setelah hujan menciptakan kondisi ideal bagi makhluk hidup tertentu untuk beraktivitas tanpa terancam panas matahari.

Beberapa hewan menjadikan waktu hujan sebagai momen terbaik untuk keluar dari persembunyian dan menjalankan siklus hidupnya. Dari serangga kecil hingga amfibi, banyak spesies yang memanfaatkan kelembapan udara dan meningkatnya aktivitas organisme di tanah. Berikut lima hewan yang paling aktif setelah hujan turun, lengkap dengan alasan ilmiah di balik perilaku unik mereka.

1. Katak dan kodok yang bermunculan setelah hujan

ilustrasi katak
ilustrasi katak (pexels.com/Pixabay)

Tidak ada suara yang lebih identik dengan suasana setelah hujan selain suara dari katak dan kodok. Hewan amfibi ini sangat bergantung pada kelembapan lingkungan karena kulitnya harus tetap basah untuk bernapas dan menyerap oksigen. Setelah hujan, genangan air menjadi tempat ideal bagi mereka untuk mencari pasangan dan bertelur. Suara panggilan yang terdengar ramai di malam hari sebenarnya merupakan cara jantan menarik perhatian betina.

Selain aktivitas reproduksi, hujan juga memudahkan katak dan kodok berburu. Banyak serangga keluar dari tempat persembunyian ketika udara lembap, menyediakan sumber makanan berlimpah. Permukaan tanah yang basah membuat pergerakan mereka lebih aman dari predator karena tubuhnya tidak cepat mengering. Kondisi ini menjadikan hujan sebagai momentum penting dalam kelangsungan hidup amfibi.

2. Cacing tanah keluar ke permukaan tanah basah

ilustrasi cacing tanah
ilustrasi cacing tanah (pexels.com/Sippakorn Yamkasikorn)

Setelah hujan turun, tanah yang lembap menjadi surga bagi cacing tanah. Hewan ini muncul ke permukaan bukan tanpa alasan. Ketika hujan membasahi tanah, kadar oksigen di dalam tanah menurun karena air mengisi pori-porinya. Cacing yang bernapas melalui kulit harus naik ke permukaan untuk mendapatkan udara yang cukup.

Namun ada faktor lain yang menarik, yaitu kemampuan cacing memanfaatkan permukaan basah untuk berpindah tempat tanpa risiko tubuhnya mengering. Pada saat ini, mereka juga menjadi santapan bagi burung dan hewan pemakan tanah lainnya. Meskipun berisiko, perilaku ini penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem karena cacing berperan dalam proses aerasi dan penyuburan tanah.

3. Siput dan keong aktif di lingkungan lembap

ilustrasi siput
ilustrasi siput (pexels.com/Riadh Dallel)

Hewan bertubuh lunak ini sangat sensitif terhadap kondisi kering, sehingga hujan menjadi waktu paling nyaman bagi mereka untuk keluar dari persembunyian. Permukaan lembap membantu siput bergerak dengan lendir yang lebih efisien tanpa kehilangan terlalu banyak cairan tubuh. Biasanya, mereka dapat ditemukan merayap di dinding, daun, atau jalanan yang basah setelah hujan.

Selain bergerak mencari makan, hujan juga memicu aktivitas reproduksi siput. Tanaman muda dan lumut yang tumbuh setelah hujan menjadi sumber makanan utama mereka. Kelembapan yang tinggi membantu menjaga kulit dan cangkang tetap lentur. Karena itu, siput lebih mudah bertahan hidup dan berkembang biak di musim hujan dibandingkan saat cuaca kering.

4. Burung pemakan cacing berburu setelah hujan

ilustrasi burung robin
ilustrasi burung robin (pexels.com/Jean van der Meulen)

Begitu tanah menjadi basah, burung seperti robin, jalak, dan kutilang segera aktif mencari mangsa di halaman atau taman. Hujan membuat cacing dan serangga kecil muncul ke permukaan, menyediakan makanan segar dalam jumlah besar. Indera penglihatan dan pendengaran burung sangat tajam untuk mendeteksi gerakan kecil di tanah yang lembap.

Selain mencari makan, burung juga memanfaatkan waktu setelah hujan untuk membersihkan bulu mereka. Air hujan membantu menghilangkan parasit kecil yang menempel di tubuh. Mereka kemudian mengeringkan bulu di bawah sinar matahari yang muncul setelah hujan reda. Aktivitas ini penting untuk menjaga kesehatan dan kemampuan terbang burung agar tetap optimal.

5. Serangga seperti nyamuk dan lalat meningkat populasinya

ilustrasi nyamuk
ilustrasi nyamuk (pexels.com/Satheesh Cholakkal)

Nyamuk betina menggunakan genangan air pascahujan sebagai tempat ideal untuk bertelur. Air yang tergenang menjadi tempat ideal bagi jentik-jentik nyamuk. Aktivitas menggigit dan menghisap darah biasanya ikut meningkat setelah hujan karena nyamuk membutuhkan protein untuk produksi telur.

Lalat juga menunjukkan peningkatan aktivitas setelah hujan karena banyak bahan organik yang terbawa air dan terdekomposisi. Mereka memanfaatkan kondisi ini untuk mencari makanan dan tempat bertelur. Kelembaban tinggi juga membantu lalat menjaga hidrasi tubuh mereka yang berukuran kecil.

Kehadiran hewan-hewan ini setelah hujan merupakan bukti bagaimana alam memiliki mekanisme tersendiri dalam merespons perubahan lingkungan. Dari cacing hingga burung, setiap hewan memiliki cara tersendiri untuk memanfaatkan momen setelah hujan. Fenomena ini mengingatkan kita akan ketergantungan antarspesies dalam jaring-jaring kehidupan yang saling terhubung.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Science

See More

4 Fakta Half Dome, Gunung Granit yang Seolah Terbelah Jadi Dua

18 Des 2025, 15:49 WIBScience