Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kenapa Buaya Diklasifikasikan Sebagai Reptil (unsplash.com/Rae Wallis)

Intinya sih...

  • Buaya diklasifikasikan sebagai reptil karena berevolusi dari amfibi dan memiliki adaptasi evolusioner penting yang memungkinkan mereka hidup di darat dan tidak bergantung pada air untuk reproduksi.
  • Buaya berdarah dingin, bernapas menggunakan paru-paru, dan memiliki sisik keras yang melindungi tubuhnya, menjadikannya mirip dengan reptil pada umumnya.
  • Otot rahang buaya telah berevolusi menjadi lebih kuat dan tangguh, serta mereka menetas dari telur dengan lapisan pelindung luar, seperti cangkang, yang merupakan ciri khas reptil.

Saat masih duduk di bangku sekolah, kita diajari bahwa hewan diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas, yaitu pisces, amfibi, reptil, aves, dan mamalia. Banyak dari kita mungkin pernah mengira bahwa buaya masuk ke dalam kelompok amfibi. Alasannya, buaya dapat hidup di darat maupun air, yang merupakan karakteristik khas amfibi. Namun, ternyata, buaya termasuk dalam golongan reptil.

Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa buaya diklasifikasikan sebagai reptil dan bukan amfibi? Untuk menjawab rasa penasaranmu, simak pembahasan berikut ini.

1. Asal muasal reptil

ilustrasi buaya (pexels.com/Pixabay)

Sebenarnya, reptil dan amfibi berkerabat dekat. Reptil berevolusi dari amfibi yang kemudian menjadi kelas yang terpisah. Karenanya, tak mengherankan jika reptil dan amfibi memiliki banyak kesamaan ciri fisik yang membuat manusia sering bingung dalam mengklasifikasikan keduanya.

Diterangkan laman Animal Wised, asal usul reptil dapat ditelusuri kembali ke sekitar 312 juta tahun yang lalu. Salah satu adaptasi evolusioner penting yang memungkinkan reptil menjadi mandiri dari lingkungan akuatik adalah perkembangan telur dengan cangkang pelindung. Inovasi ini memungkinkan reptil bertelur di lahan kering dan tidak lagi bergantung pada air untuk reproduksi.

2. Buaya berdarah dingin

ilustrasi buaya putih (pexels.com/Pixabay)

Semua reptil berdarah dingin. Buaya adalah organisme berdarah dingin yang tidak dapat mengatur suhu internalnya seperti mamalia, dijelaskan Reptile School.

Karena alasan ini, buaya bergantung pada sumber eksternal untuk mengatur suhu tubuhnya. Namun, fakta bahwa buaya berdarah dingin tidak cukup membuatnya diklasifikasikan sebagai reptil. Pasalnya, amfibi juga berdarah dingin. Oleh karena itu, kamu harus melihat faktor lain untuk menentukan apakah buaya termasuk reptil atau bukan.

3. Buaya bernapas melalui paru-paru

ilustrasi buaya siamese (commons.wikimedia.org/Supanut Arunoprayote)

Karena buaya bersisik dan berkulit kering, mereka bernapas menggunakan sepasang paru-paru, dikutip dari A-Z Animals. Sementara, amfibi dapat bernapas menggunakan paru-paru atau melalui kulitnya yang basah.

Buaya menghirup oksigen dengan cara yang sama seperti manusia. Reptil ini memiliki jantung empat bilik yang memompa darah berisi oksigen ke seluruh tubuhnya. Buaya memiliki adaptasi untuk bertahan di bawah air selama satu jam atau lebih. Saat berada di dalam air, detak jantung buaya dapat melambat menjadi 2-3 detak per menit dan menghemat energi, tidak membutuhkan banyak oksigen.

4. Buaya memiliki sisik di kulitnya

ilustrasi buaya (commons.wikimedia.org/SuperJew)

Buaya diklasifikasikan sebagai reptil karena memiliki sisik pada kulitnya, sama seperti reptil pada umumnya. Lain halnya dengan amfibi yang memiliki kulit berlendir dan basah.

Diterangkan Wildlife Explained, buaya memiliki sisik keras yang melindunginya dari pemangsa dan buaya lainnya. Sisiknya tumpang tindih dan terbuat dari keratin, yaitu zat yang sama seperti yang ada pada rambut dan kuku.

5. Buaya berganti kulit

ilustrasi Buaya Muara (Wikimedia Commons/Bernard DUPONT)

Reptil berganti kulit secara berkala, begitu pula dengan buaya. Ini tidak dapat dilakukan amfibi karena memiliki kulit berlendir dan lembap.

Diterangkan A-Z Animals, buaya tidak mengganti semua kulinya sekaligus, melainkan melepaskan satu atau beberapa sisik dalam satu waktu. Sementara, beberapa reptil lain, seperti ular, akan mengganti seluruh kulitnya dalam waktu bersamaan.

6. Otot rahang besar dan kuat

ilustrasi buaya (pixabay.com/Bernd Hildebrandt)

Otot rahang reptil telah berevolusi menjadi lebih kuat dan tangguh. Diterangkan Animal Wised, evolusi rahang ini memungkinkan reptil menangkap dan menghancurkan mangsanya secara efektif.

Di sisi lain, otot rahang amfibi tidak sekuat reptil.

7. Buaya menetas dari telur yang keras

ilustrasi telur buaya (animals.mom.com)

Reptil menetas dari telur yang memiliki lapisan pelindung luar, seperti cangkang. Anak reptil biasanya merupakan versi mini dari reptil dewasa, yang siap lepas landas di dunia.

Sementara, amfibi menetas dari telur seperti jeli yang transparan. Tukik amfibi biasanya tidak terlihat seperti amfibi dewasa.

Diterangkan Shedd Aquarium, sebagian besar amfibi melalui metamorfosis. Mereka berubah dari hewan air yang bernapas melalui insang menjadi hewan dewasa yang mungkin memiliki insang atau paru-paru.

Wajar jika awalnya kamu bingung dalam mengklasifikan suatu hewan ke dalam kelas reptil atau amfibi, mengingat reptil adalah evolusi dari amfibi, yang membuat keduanya memiliki banyak kesamaan. Namun, ada banyak karakter khas reptil yang dimiliki oleh buaya, yang membuatnya diklasifikasikan sebagai reptil.

Editorial Team