ilustrasi warna ungu (pexels.com/Nick Collins)
Rasanya kurang tepat dinobatkan sebagai pecinta warna ungu kalau kamu belum tau sejarah panjang dibalik warna tersebut. Sejarah ini berawal sejak zaman kuno, warna ungu pertama kali diekstrak dari siput Laut Mediterania bernama Murex. Warna ungu yang dihasilkan dikenal sebagai ungu Tirus atau Tyrian Purple dan harganya sangat tinggi.
Untuk pertama kali Bangsa Fenisia menemukan dan memperdagangkan warna ungu dengan memproduksi dan mendistribusikan ke seluruh penjuru mediterania, salah satunya kepada Kekaisaran Romawi yang sangat mengagungkan warna ungu sebagai simbol kekuasaan dan kemewahan.
Kala itu Julius Caesar dan Caligula sebagai Kaisar Romawi menggunakan warna ungu sebagai status tinggi dan otoritas, dan pemakaian warna ungupun dibatasi hanya untuk kalangan tertentu.
Memasuki abad ke-5 Masehi, warna ungu dinobatkan sebagai simbol ekslusif kekaisaran, dan monopoli produksinya dipegang oleh negara dengan aturan hanya orang tertentu yang diizinkan memakainnya.
Pada abad ke-19, warna ungu yang sebelumnya alami, mahal, dan sulit diperoleh mulai berubah setelah William Henry Perkin menemukan warna ungu sintesis pada tahun 1856. Warna tersebut diciptakan secara tidak sengaja saat Perkin berusaha membuat obat anti malaria. Setelah penemuan itulah warna ungu lebih mudah didapatkan dan harganya tidak semahal sebelumnya. Dari sinilah penggunaan warna ungu mulai dikenakan oleh masyarakat luas karena akses untuk mendapatkannya tidak sesulit dulu.
Jadi, warna-warna bendera negara bukan cuma soal estetika saja, ya. Bahkan ratusan negara tidak memakai warna ungu pada benderanya karena pada zaman dulu warna ungu sangat langka dan mahal, hanya kalangan tertentu yang boleh menggunakan warna ungu tersebut. Sejarah perjalanan warna ungu pun cukup rumit hingga akhirnya boleh digunakan seluruh kalangan tanpa memandang status.