Kenapa Kanada Tidak Menjadi Bagian dari Amerika Serikat?

Kanada membentang di sepanjang perbatasan utara Amerika Serikat, tapi apakah Kanada menjadi negara bagian Amerika? Tentu saja tidak! Di samping itu, apa, sih, yang kamu ingat tentang Kanada? Permainan hokinya? Rusa besarnya? Atau Poutine yang merupakan kentang goreng dengan saus keju?. Mungkin itu hanyalah sedikit culture tentang Kanada. Namun, bagaimana sejarah Kanada dan hubungannya dengan Amerika Serikat?
Faktanya, Kanada tidak pernah mengalami revolusi, lho. Kanada dengan sopan mengesahkan kemerdekaan dari Kerajaan Inggris pada 1867 dengan Undang-Undang Amerika Utara—Inggris. Sebelum dan sesudah itu, wilayah tersebut merupakan wilayah yang diperebutkan dengan sengit. Pasalnya, AS mengincar Kanada dan menginvasi Kanada pada 1812. Meskipun beberapa warga Quebec ingin bergabung dengan Amerika pada pertengahan 1800-an, tetapi sentimen itu perlahan mati.
Jadi, mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa Kanada tidak bergabung dengan Amerika Serikat saja? Jawabannya singkat. Penduduknya menginginkan kedaulatan sendiri. Tak jauh berbeda dengan semangat pahlawan Indonesia dulu. Kanada juga tidak pernah dipaksa untuk bergabung lewat kekuatan militer atau apa pun. Bagaimana, ya, penjelasan lengkapnya?
1. Awalnya, AS berencana untuk menjadikan Kanada sebagai negara bagian

Diskusi untuk menjadikan Kanada sebagai negara bagian Amerika Serikat dimulai sebelum Kanada menjadi negara merdeka. Pada 1777, tepat di tengah-tengah Revolusi Amerika (1775—1783), Kongres Kontinental menyerukan Kanada sebagai bagian dari Amerika Serikat nantinya. Sebagaimana Arsip Nasional AS mengutip Articles of Confederation, "Kanada yang bergabung dengan konfederasi ini, dan bergabung dengan langkah-langkah Amerika Serikat, akan diterima dan berhak atas semua keuntungan dari persatuan ini, tetapi tidak ada koloni lain yang akan diterima, kecuali penerimaan tersebut disetujui oleh sembilan negara bagian."
Namun pada saat itu, koloni-koloni asli wilayah tersebut mengartikan "Kanada" sebagai "Quebec." Namun, penduduk Quebec beragama Katolik dan bukan Protestan seperti yang dianut New England. Penduduk Quebec mayoritasnya juga berbicara bahasa Prancis, bukan bahasa Inggris.
Di bawah Undang-Undang Quebec tahun 1774, warga Kanada memperoleh otonomi sendiri, seperti kebebasan beragama dan ekonomi. Sebagian besar perdagangan Kanada juga disalurkan melalui Inggris dan jaringan perdagangan maritim globalnya. Dengan kata lain, tidak ada dorongan bagi Kanada untuk melepaskan diri dari zona nyaman tersebut atau bergabung dengan Amerika Serikat.
Namun, Angkatan Darat Kontinental Amerika tetap berusaha agar Kanada bergabung dengan AS. Pada Agustus 1775, Jenderal George Washington dan Kolonel Benedict Arnold, memimpin 1.100 pasukan untuk menaklukkan Kanada dalam Kampanye Quebec. Pasukan Inggris sendiri tidak mau kalah dengan mendukung Kota Quebec dan melawan pasukan AS. Perang ini pun disebut Pertempuran Quebec. Lalu pada Mei 1776, invasi Amerika itu gagal.
2. Invasi AS ke Kanada di tengah terbatasnya dukungan untuk bergabung dengan AS

Percaya atau tidak, Amerika Serikat menginvasi Kanada berkali-kali pada 1800-an, karena berbagai alasan. Pada 1812, militer Amerika memasuki Kanada, yang saat itu masih menjadi wilayah Inggris. Amerika bermaksud untuk melibatkan wilayah tersebut dalam konflik maritim AS-Inggris yang sedang berlangsung.
Selama Perang Saudara AS (1861—1865), ada diskusi untuk mencaplok Kanada, tetapi perbincangan ini tidak membuahkan hasil. Kemudian, pada 1866, sebanyak 1.500 orang Irlandia-Amerika bersenjata memasuki Kanada dan menjadikan negara ini sebagai alat tawar-menawar dalam upaya Irlandia untuk mendapatkan kebebasan dari Inggris. Ini terjadi lagi pada 1870—1871. Tidak satu pun dari upaya pemaksaan kenegaraan ini menghasilkan sesuatu, dan kemungkinan besar tidak banyak membantu.
Pada saat yang sama, ada beberapa orang Kanada yang ingin bergabung dengan Amerika Serikat. Pada 1840-an, beberapa warga Kanada yang konservatif ingin bergabung dengan Amerika karena mereka menginginkan kebebasan politik. Hal yang sama terjadi pada 1850, karena warga Kanada ingin melepaskan diri dari pengaruh Prancis.
Petisi beredar di British Columbia (provinsi di Kanada) tentang niatan warga Kanada yang ingin bergabung dengan AS, sebelum warga di provinsi tersebut menjadi provinsi keenam Kanada pada 1871. Menteri Luar Negeri William Seward, orang yang membeli Alaska dari Rusia pada 1867 seharga 7,2 juta dolar AS atau setara dengan Rp120,8 miliar, memanfaatkan sentimen pro-Amerika tersebut dengan mengikat pesisir Amerika Utara lewat perjanjian perdagangan agar British Columbia menjadi negara bagian AS. Perjanjian ini secara ekonomi akan menghubungkan Alaska dengan British Columbia, Washington, Oregon, dan California. Sayangnya, hal ini tidak mendapat cukup dukungan dari Kanada.
3. Banyaknya rintangan dan kesulitan Kanada untuk bergabung dengan AS

Sejak British Columbia bergabung dengan Kanada pada 1871, belum ada upaya serius untuk membuat negara itu bergabung dengan Amerika Serikat. Tidak banyak pula dukungan untuk bergabung dengan AS dari dalam Kanada selain dari partai-partai politik yang tersebar kala itu. Partai Persatuan Ekonomi Newfoundland, Partai Unionest Saskatchewan, dan Parti 51 Quebec, menganjurkan untuk bergabung dengan AS pada 1950-an hingga 1980-an. Namun, tidak ada satu pun upaya mereka yang membuahkan hasil. Adapun, mereka hanya memiliki sedikit dukungan dari publik.
Namun, upaya partai-partai politik tersebut mengarah pada pertanyaan yang relevan. Rupanya, upaya untuk mendapatkan status negara bagian Kanada secara sukarela atau paksa selalu berfokus pada provinsi tertentu, seperti Quebec, British Columbia, Newfoundland, Saskatchewan, dll. Saat ini, Kanada memiliki sepuluh provinsi. Provinsi Nunavut sendiri didominasi suku Inuit dan menjadi provinsi terbaru pada 1999. Seperti dalam kasus invasi Quebec pada 1775, orang Amerika menganggap Quebec sebagai Kanada.
Jadi, apa alasan utama partai-partai tersebut ingin menggabungkan semua provinsi menjadi Kanada? Apakah tujuannya untuk merekatkan semua provinsi menjadi satu negara besar meskipun memiliki berbagai undang-undang, populasi, sejarah, dan bahasa seperti Prancis dan Inuit yang berbeda? Atau apakah untuk menambahkan setiap provinsi secara independen ke AS sehingga negara tersebut memperoleh 10 negara bagian lagi?
4. Presiden Donald Trump bikin heboh publik karena ingin menjadikan Kanada sebagai negara bagian Amerika Serikat

Saat ini, pertanyaan tentang Kanada yang akan menjadi negara bagian AS kembali memasuki ranah publik berkat komentar Presiden Donald Trump. Di tengah perang tarif dan ketegangan politik dengan negara-negara tetangga AS, entah itu yang dekat atau pun yang jauh, Donald Trump menyebut Kanada sebagai negara bagian AS ke-51 dan bilang kalau mantan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau adalah Gubernur Trudeau. Sebagai tanggapan, Justin Trudeau mengatakan, "Yang diinginkannya (Donald Trump) adalah melihat keruntuhan ekonomi Kanada, agar AS bisa lebih mudah mencaplok kita (Kanada)."
Donald Trump bahkan terang-terangan ingin menaklukkan Kanada. Untungnya, surat kabar Calgary Herald menyebut bahwa ucapan Trump hanya retorika atau tipuan yang digunakannya dalam manuver politik.
Namun, bagaimana perasaan orang Kanada tentang isu bergabungnya Kanada dengan Amerika Serikat? Apakah ada orang Kanada yang ingin mengganggu status quo Kanada? Apakah ada di antara mereka yang ingin terjerat dalam permainan geopolitik?
Meskipun tidak mungkin untuk menanyakan pendapat dari 41 juta penduduk Kanada, jajak pendapat Ipsos pada 2025 menemukan bahwa 30 persen warga Kanada yang disurvei setuju untuk bergabung dengan AS jika mereka diberikan kewarganegaraan penuh. Mereka juga setuju jika semua aset yang dimilikinya dikonversi menjadi USD. Lalu, jika Quebec atau Alberta meninggalkan Kanada, 22 persen mengatakan bahwa mereka ingin bergabung dengan AS. Namun untuk saat ini, angka-angka tersebut hanya mewakili pernyataan terbaru dalam diskusi yang sudah berlangsung selama 250 tahun.