Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Versailles (pexels.com/Sebastian Luna)

Intinya sih...

  • Kastel Chambord di Prancis memiliki sistem ventilasi yang tidak efektif karena bergantung pada bukaan jendela tanpa mempertimbangkan aliran udara silang.

  • Parthenon di Athena memiliki struktur yang terlalu kaku dan tidak fleksibel terhadap guncangan seismik, membuatnya rentan rusak saat gempa bumi terjadi.

  • Istana Versailles di Prancis dirancang lebih untuk estetika daripada efisiensi fungsionalitas ruang, sehingga orientasi ruang menjadi tantangan logistik saat ini.

Bangunan bersejarah sering dianggap simbol kejayaan masa lalu, mulai dari istana kerajaan, gereja katedral, benteng penjajahan, hingga gedung administrasi era kolonial. Dari luar tampak megah, dari dalam sarat detail yang dianggap mencerminkan kemajuan teknik arsitektur pada zamannya. Namun ketika diteliti lebih dalam lewat pendekatan sains dan teknik modern, beberapa bangunan ini justru menyimpan kesalahan desain yang signifikan.

Kesalahan ini bukan sekadar estetika, tapi berkaitan langsung dengan fungsi, keamanan, bahkan kelangsungan struktur bangunan itu sendiri. Banyak di antaranya baru terungkap sekarang karena teknologi analisis struktur dan perilaku material terus berkembang. Berikut lima contoh nyata kesalahan desain yang ditemukan pada bangunan bersejarah di berbagai belahan dunia.

1. Ventilasi buruk ditemukan di Kastel Chambord, Prancis

Kastel Chambord (pexels.com/Susanne Jutzeler, suju-foto)

Kastel Chambord di Prancis dibangun pada abad ke-16 dengan menggunakan desain yang rumit dan megah. Meski tampilannya luar biasa, sistem ventilasinya terbukti tidak efektif. Jendela besar dan atap tinggi yang menjadi ciri khas Kastel Chambord justru memerangkap udara lembap di dalam ruangan. Dalam kondisi musim dingin atau hujan berkepanjangan, ruangan menjadi terlalu lembap dan memicu pertumbuhan jamur.

Kajian arsitektur modern mengungkap bahwa sistem ventilasi alami di kastel ini terlalu bergantung pada bukaan jendela, tanpa mempertimbangkan aliran udara silang. Akibatnya, kelembapan menetap di area interior dan mempercepat degradasi material. Hal ini menjadi tantangan dalam restorasi karena desain asli sulit diubah tanpa mengganggu estetika historisnya.

2. Struktur kaku rentan gempa di Parthenon, Yunani

Parthenon (pexels.com/Pixabay)

Parthenon di Athena, yang dibangun pada abad ke-5 SM, menjadi simbol keagungan peradaban Yunani. Namun dari sudut pandang teknik sipil masa kini, bangunan ini memiliki struktur yang sangat kaku dan tidak fleksibel terhadap guncangan seismik. Meski dibangun dengan presisi tinggi, penggunaan batu besar tanpa sambungan fleksibel, membuatnya mudah rusak saat gempa bumi terjadi.

Studi kegempaan modern menunjukkan bahwa struktur yang terlalu masif dan kaku justru memiliki risiko lebih tinggi untuk runtuh saat tanah bergerak. Parthenon sendiri pernah mengalami kerusakan besar akibat gempa dan ledakan pada masa Ottoman. Kini, para insinyur menghadapi dilema antara mempertahankan bentuk asli atau memperkuat struktur dengan material modern yang tidak terlihat secara visual.

3. Simetri berlebihan membingungkan di Istana Versailles

Versailles (pexels.com/Catalin M)

Istana Versailles di Prancis menjadi simbol kemewahan monarki Eropa. Namun dari sisi fungsional, banyak ruang di dalamnya dirancang lebih untuk estetika daripada efisiensi. Koridor-koridor panjang, ruang-ruang berulang, dan pengaturan simetris kadang membuat arah dalam istana membingungkan, bahkan untuk staf kerajaan sendiri pada zamannya.

Dalam kajian desain interior modern, efisiensi sirkulasi dan pemanfaatan ruang menjadi hal penting. Istana Versailles justru menunjukkan bagaimana desain yang terlalu fokus pada penampilan bisa mengorbankan kenyamanan dan fungsionalitas. Ketika bangunan ini digunakan untuk tur atau acara kenegaraan saat ini, orientasi ruang masih menjadi tantangan logistik yang harus diatasi dengan sistem navigasi tambahan.

4. Material tak tahan cuaca ditemukan di Hatshepsut, Mesir

Hatshepsut (pexels.com/AXP Photography)

Hatshepsut yang megah di Luxor, Mesir, merupakan salah satu mahakarya arsitektur Mesir Kuno. Namun, batu pasir yang digunakan sebagai bahan utama, terbukti kurang tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem dan erosi angin. Dalam beberapa dekade terakhir, permukaan dinding dan relief mulai terkikis bahkan retak karena paparan sinar matahari dan fluktuasi suhu harian yang ekstrem.

Material batu pasir saat itu dipilih karena mudah dipahat dan tersedia dalam jumlah besar. Namun sekarang diketahui bahwa jenis batu ini menyerap kelembapan dan memuai saat suhu naik, yang memicu keretakan mikro secara perlahan. Tim pelestari modern harus menggunakan pelapis kimia transparan dan sistem peneduh tambahan untuk menjaga bangunan ini tetap utuh tanpa mengubah wujud aslinya.

5. Beban tambahan membebani struktur di Hagia Sophia, Turki

Hagia Sophia (pexels.com/DENİZ ÇAĞLUSU)

Hagia Sophia di Istanbul telah mengalami banyak perubahan fungsi dari gereja menjadi masjid, lalu museum, dan kini kembali menjadi masjid. Setiap transisi ini menambahkan beban struktural baru, mulai dari menara, elemen dekoratif, hingga instalasi pencahayaan modern. Sayangnya, fondasi aslinya tidak dirancang untuk beban sebesar itu, apalagi dengan frekuensi pengunjung yang tinggi setiap hari.

Struktur kubah yang ada di Hagia Sophia sendiri sangat inovatif pada zamannya, tetapi material dan teknik sambungan kuno memiliki batas ketahanan tertentu. Kini, setiap modifikasi modern harus ditinjau ulang secara menyeluruh agar tidak menambah tekanan pada bagian bangunan yang rentan. Ini jadi pelajaran bahwa desain jangka panjang seharusnya mempertimbangkan potensi perubahan fungsi di masa depan.

Melalui pendekatan ilmiah dan studi arsitektur masa kini, kita jadi lebih mampu membaca ulang makna dan risiko dari bangunan bersejarah yang dulu hanya dilihat dari keindahan visualnya saja. Kesalahan desain yang kini terungkap justru memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana manusia belajar dari masa lalu. Bangunan bersejarah memang patut dikagumi, tapi juga perlu dikaji dengan cermat agar bisa terus berdiri dan berfungsi di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team