Sejarah Antraks, Penyakit Zoonosis dari Ribuan Tahun Silam

Disebut sebagai salah satu penyakit tertua juga

Virus antraks kembali populer setelah tiga warga Gunungkidul meninggal dunia. Bukan hanya itu, penyakit tersebut juga menginfeksi lebih dari 80 orang di kawasan tersebut.

Nah, tahukah kamu bahwa antraks bukanlah penyakit baru? Sejarah antraks menunjukkan bahwa infeksi ini sudah ada bahkan sejak zaman kuno. Gak berhenti di sana, infeksi akibat bakteri tersebut bahkan digunakan sebagai senjata biologis. 

Apa itu antraks?

Dilansir Mayo Clinic, antraks adalah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri pembentuk spora bernama Bacillus anthracis. Spora antraks terbentuk oleh bakteri yang secara alami ada di dalam tanah di sebagian besar belahan dunia. 

Penyakit ini terhitung langka, tetapi bisa menginfeksi hewan dan manusia. FYI, spora yang dibentuk dari aktivitas bakteri antraks dapat bertahan di tanah selama bertahun-tahun, lho. Lebih lanjut, diperlukan pengendalian khusus untuk mengentaskan infeksi antraks tersebut.

Pada manusia, ada empat sasaran umum infeksi antraks, seluruhnya memiliki gejala berbeda. Pada kulit, dapat muncul benjolan gatal seperti digigit serangga. Jika menyerang gastrointestinal, infeksi ini dapat memicu mual, muntah, sakit perut. Gejala lain yang dapat muncul yakni sesak napas, gejala mirip flu, hingga pembengkakan signifikan. 

Sejarah antraks

Sejarah Antraks, Penyakit Zoonosis dari Ribuan Tahun Silamilustrasi domba (pexels.com/Trinity Kubassek)

Banyak penyakit pada zaman kuno yang digambarkan menyerupai antraks. Meski gak sepenuhnya bisa dipastikan, peneliti mempercayai bahwa antraks memang sudah ada bahkan sejak era kuno.

Antraks diperkirakan berasal dari Mesir dan Mesopotamia. Penyakit ini diperkirakan jadi salah satu dari 10 tulah Mesir. Wabah tersebut adalah penyakit yang menyerang kuda, sapi, domba, unta, dan lembu, melansir CDC.

Lebih jauh, antraks juga dikenal pada zaman Yunani Kuno dan Roma. Antraks bahkan diilustrasikan dalam banyak tulisan kuno. Salah satunya digambarkan oleh Homer dalam The Iliad yang ditulis sekitar 700 SM. Beberapa bahkan berpendapat bahwa penyakit ini berkontribusi atas jatuhnya Roma. 

Sudah dikenal sejak zaman kuno, penyakit antraks baru diidentifikasi secara klinis oleh Maret pada 1752 dan Fournier (1769). Sementara itu, penelitian antraks dan siklus hidupnya dilakukan oleh ilmuwan Robert Koch pada 1877. 

Penelitian tersebut dilakukan dengan menyuntikkan organisme penyebab antraks kepada hewan. Studinya menghasilkan postulat Koch yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara mikroorganisme tertentu dengan penyakit ini.

Baca Juga: Wangi Parfum Cleopatra Terungkap, Ini Aroma Sang Ratu Mesir

Vaksin antraks

Setelah teridentifikasi penyebabnya pada 1800-an, seorang kimiawan Prancis bernama Louis Pasteur membuktikan bagaimana penyebaran antraks. Bukan hanya itu, ia juga membuat vaksin untuk hewan dari bakteri antraks yang dilemahkan. 

Pada 1937, Max Sterne mengembangkan vaksin spora hidup antraks untuk hewan. Vaksin ini masih digunakan di sebagian besar negara. Berkat adanya vaksin ini, kasus antraks menurun secara signifikan sepanjang abad ke-20.

Sementara itu, penisilin atau antibiotik digunakan sebagai obat antraks untuk manusia pada 1944. Hal tersebut dilakukan sebagai pengganti serum dan kemoterapi. Namun, vaksin antraks untuk manusia sendiri baru tersedia pada 1950 dan diperbarui pada 1970. 

Antraks sebagai senjata biologis

Sejarah Antraks, Penyakit Zoonosis dari Ribuan Tahun Silamilustrasi pesawat terbang perang (commons.wikimedia.org/whatsthatpicture)

Sejarah antraks gak berhenti sebagai endemi saja. Infeksi berbahaya ini justru dimanfaatkan sebagai salah satu bentuk senjata biologis saat agresi. Hal ini pertama kali dilakukan pada dekade awal 1900-an selama Perang Dunia I.

Sumber yang sama menyebutkan, ada bukti tentara Jerman menggunakan antraks untuk menginfeksi pakan dan ternak yang diperdagangkan ke Negara Sekutu. Hal ini menyebabkan kematian cukup tinggi pada 1917 dan 1918.

Bukan hanya itu, Jepang pun mengembangkan antraks sebagai senjata untuk disebarkan ke negara dudukannya. Selama program berlangsung, tercatat setidaknya ada 11 kota di China yang menjadi sasaran senjata ini. Penggunaannya, Jepang menyemprotkan bakteri tersebut ke rumah-rumah dari atas pesawat. 

Eksperimen penggunaan antraks sebagai bioweapons pun dilakukan oleh Amerika Serikat dan Inggris Raya. Amerika Serikat sudah mempersiapkan 5 ribu bom dengan antraks untuk persiapan menghadapi Jerman.

Sementara, Inggris bersiap dengan percobaan di Pulai Gruinard, melansir Department of Epidemiology UCLA. Inggris menguji pelepasan antraks secara luas. Hasilnya, seluruh hewan uji coba mati. Pulau tersebut bahkan tidak boleh dikunjungi sampai 1986 sebelum akhirnya direndam selama setahun dan dinyatakan didesinfeksi.

Sejarah antraks terus berlangsung hingga kini. Sejumlah wabah terkait penyakit ini pernah terjadi. Salah satunya yang terbesar pada 1978. Wabah tersebut bahkan tidak terkendali hingga 1980-an, melansir studi dalam PeerJ. 

Baca Juga: 7 Ciri-Ciri Kucing Merasa Kesepian, Coba Cek Anabulmu

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya