Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Helicoprion, Ikan Purba dengan Gigi Spiral Menyeramkan

ilustrasi Helicoprion. (Creator: Dmitry Bogdanov, CC BY 3.0 , via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Helicoprion, makhluk laut purba tangguh yang selamat dari kepunahan massal Permian-Triasik
  • Rahang bawahnya dilengkapi gigi spiral unik dengan panjang mencapai 10 cm, mampu memangsa berbagai hewan laut
  • Tubuh rampingnya mencapai 7,6 meter, dilengkapi sirip punggung tunggal dan ekor bercabang untuk berenang cepat di laut terbuka

Helicoprion merupakan salah satu makhluk laut purba paling menyeramkan yang pernah hidup di bumi. Spesies ini hadir di lautan bumi sekitar 290 hingga 250 juta tahun lalu, merentang dari periode Permian hingga awal Triasik. Rahang bawahnya dilengkapi struktur gigi spiral unik yang mengintimidasi.

Penelitian mengungkap bahwa Helicoprion memiliki ukuran tubuh mencapai 25 kaki atau sekitar 7,6 meter. Makhluk purba ini berhasil bertahan hidup melewati kepunahan massal Permian-Triasik. Tetarik mengenal lebih dalam Helicoprion? Yuk simak lebih lanjut fakta-fakta tentang predator purba ini!

1. Memiliki gigi spiral yang mematikan

bentuk rahang Helicoprion. (Xyxyzyz, CC0, via Wikimedia Commons)

Ciri khas utama Helicoprion terletak pada susunan giginya yang membentuk spiral di rahang bawah. Gigi-gigi ini tertanam dalam akar gigi yang menciptakan struktur menyerupai gergaji melingkar. Melansir dari AZ Animals, gigi terbesar Helicoprion bisa mencapai panjang 3,9 inci atau sekitar 10 sentimeter.

Struktur gigi unik ini memiliki fungsi spesifik dalam proses berburu. Gigi-gigi bagian depan berperan mengait dan menarik mangsa, gigi bagian tengah berfungsi menusuk dan memotong, sementara gigi bagian belakang mendorong mangsa ke rongga mulut. Kekuatan gigitan Helicoprion mencapai 1.192 hingga 2.391 Newton, memungkinkannya memangsa berbagai jenis hewan laut.

Gigi Helicoprion terus tumbuh sepanjang hidupnya, mirip seperti hiu modern. Gigi termuda tumbuh di bagian tengah spiral dan memiliki bentuk seperti kait. Susunan gigi melingkar ini memungkinkan Helicoprion memangsa hewan bertubuh lunak seperti cumi-cumi hingga ikan bertulang keras.

2. Berukuran raksasa yang mengintimidasi

patung Helicoprion. (Xyxyzyz, CC0, via Wikimedia Commons)

Melansir Wild Explained, tubuh Helicoprion memiliki bentuk ramping seperti torpedo yang memungkinkannya untuk berenang cepat di laut terbuka. Panjang tubuhnya mencapai 20 hingga 25 kaki atau sekitar 6 hingga 7,6  meter. Ukuran ini menjadikannya salah satu ikan bertulang rawan terbesar yang pernah ada.

Tubuh besarnya dilengkapi sirip punggung tunggal dan sirip ekor bercabang yang mendukung pergerakan efisien. Australian Museum mencatat, Helicoprion tidak memiliki sirip perut dan dubur, berbeda dari kebanyakan ikan modern. Bobot tubuhnya diperkirakan mencapai 500 hingga 1.000 pon atau sekitar 225 hingga 450 kilogram.

3. Bertahan dari kepunahan massal

ilustrasi Helixoprion. (Creator:Dmitry Bogdanov, CC BY 3.0 , via Wikimedia Commons)

Helicoprion membuktikan diri sebagai makhluk tangguh saat berhasil bertahan melewati kepunahan massal Permian-Triasik. Peristiwa ini menghancurkan 90 persen spesies laut dan 70 persen spesies darat, namun Helicoprion mampu beradaptasi dan bertahan hidup.

Fosil Helicoprion ditemukan tersebar di berbagai belahan dunia, meliputi Amerika, Australia, Asia, dan Eropa. Penemuan ini mengindikasikan penyebaran global Helicoprion di lautan sekitar superbenua Gondwana.

Helicoprion mampu bertahan selama puluhan juta tahun sebelum akhirnya punah di awal periode Triasik. Penyebab pasti kepunahan Helicoprion masih menjadi misteri. Para ilmuwan memiliki beberapa teori, mulai dari perubahan lingkungan laut seperti suhu dan permukaan air, hingga persaingan dengan spesies predator lainnya.

4. Misteri fosil yang membingungkan

fosil Helicoprion. (James St. John, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

Rangka Helicoprion tersusun dari tulang rawan, sehingga fosilnya sulit ditemukan. Mayoritas fosil yang ditemukan hanya berupa gigi spiral, sehingga membuat para ilmuwan kesulitan merekonstruksi penampilan lengkapnya. Pada 1900-an, para ilmuwan sempat berdebat mengenai letak gigi spiral ini pada tubuh Helicoprion. Namun, penemuan terbaru akhirnya mengonfirmasi bahwa gigi ini terletak di rahang bawah.

Fosil pertama Helicoprion ditemukan di abad ke-19 di Australia Barat, berupa fragmen 15 gigi spiral. Alexander Karpinski kemudian menamai spesies pertama H. bessonowi pada tahun 1899. Melansir Extinct Animals, saat ini diketahui terdapat tiga spesies Helicoprion: H. bessonowi, H. davisii, dan H. ergassaminon. Sekitar 50 persen fosil Helicoprion ditemukan di Idaho, Amerika Serikat, dan 25 persen lainnya berasal dari Pegunungan Ural, Rusia. Penemuan fosil terbaru terjadi di Pegunungan Gufo, China.

5. Helicoprion bukan leluhur hiu modern

patung Helicoprion. (Xyxyzyz, CC0, via Wikimedia Commons)

Meski penampilannya mirip hiu, Helicoprion bukan leluhur hiu modern. Spesies ini termasuk dalam kelompok Eugeneodontida, kelompok ikan bertulang rawan purba yang telah punah. Kerabat terdekat Helicoprion yang masih hidup saat ini adalah ikan chimera atau ratfish yang merupakan penghuni laut dalam.

Helicoprion memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari hiu modern. Helicoprion memiliki bagian-bagian rahang yang terhubung langsung ke tengkorak. Fitur semacam ini hanya ditemukan pada tahap awal perkembangan ikan chimera.

Gigi spiral Helioprion menjadi bukti betapa kreatifnya alam merancang berbagai desain makhluk hidup. Semoga saja studi terbaru tentang Helicoprion akan terus mengungkap lebih banyak rahasia makhluk purba menakjubkan ini. Keberadaan Helicoprion juga menyadarkan kita bahwa samudra purba adalah semesta indah nan misterius yang tidak kalah menarik untuk dipelajari. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us