Mengenal Ikan Purba Coelacanth, Lebih Tua dari Dinosaurus!

Ikan purba coelacanth dikenal sebagai 'fosil hidup' karena mereka mampu bertahan hingga sekarang di tengah kepunahannya. Apa yang menjadikan ikan purba ini menarik? Hal tersebut terletak pada bentuk tubuhnya yang unik dibandingkan ikan lainnya. Coelacanth memiliki sirip yang menyerupai anggota tubuh tetrapoda, lho!
Ikan coelacanth memiliki dua spesies yang sama-sama langka, yaitu coelacanth Samudera Hindia Barat (Latimeria chalumnae) dan coelacanth Indonesia (Latimeria menadoensis). Coelacanth tidak hanya dapat ditemukan di Afrika Selatan saja, akan tetapi ikan ini juga dapat dijumpai di Perairan Indonesia khususnya Sulawesi.
Tapi siapa sangka, ikan purba yang hidup di perairan Indonesia ini mengalami penurunan populasi. Kondisi ini dipengaruhi beberapa faktor seperti rendahnya proses pertumbuhan coelacanth, ditambah perkembangbiakan mereka tergolong lambat. Penasaran bagaimana ikan coelacanth dapat kembali ditemukan padahal statusnya sudah punah? Berikut ini adalah informasi seputar ikan purba coelacanth yang harus kamu ketahui!
1. Penemuan ikan coelacanth

Pada tahun 1997 di Perairan Manado, Sulawesi Utara digegerkan dengan penemuan ikan purba Coelacanth. Ikan tersebut ditemukan oleh seorang ahli Konservasi Kelautan dari University of California Berkeley bernama Mark Erdmann.
Penemuan ini cukup mengejutkan publik terlebih peneliti bidang taksonomi dunia sebab kelompok ikan yang muncul dalam kehidupan sejak 400 juta ini ditemukan hanya bentuk fosilnya saja. Para ahli sebelumnya telah menduga bahwa ikan coelacanth hanya ada di perairan Afrika Selatan, Mozambik, Madagaskar, dan Kepulauan Comoro.
Selama ini ikan coelacanth ditemukan di Samudera Hindia. Akan tetapi, peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI dan penliti Jepang menemukan ikan tersebut hidup di Sulawesi. Dilansir dari buku berjudul Ekologi Ikan Perairan Tropis karya Husain Latuconsia, Dr. H.M Kasim Moosa, seorang ahli biologi LIPI menegaskan bahwa sampai Juni 2006 telah ditemukan 5 ekor ikan coelacanth di Laut Sulawesi. Sementara itu, pada tahun 1999 Mark Erdmann juga menemukannya sebanyak 2 ekor.
Di Afrika Selatan sendiri ikan ini ditemukan pada bulan Desember 1938 di hilir Sungai Chalumnae. Penemuan ini turut menggemparkan karena ikan yang hidup pada zaman Devonian Tengah sekitar 360 juta tahun yang lalu telah dinyatakan punah sejak 80 juta tahun silam. Bahkan diketahui bahwa zaman coelacanth lebih tua dibandingkan dengan zaman dinosaurus.
2. Karakteristik ikan coelacanth

Coelacanth merupakan spesies ikan purba yang berukuran besar. Ikan ini memiliki panjang mencapai 1–2 meter dengan bobot berkisar 50 kg. Siripnya tampak membulat dengan sisik yang cenderung tipis. Coelacanth mempunyai sirip bagian pinggang dan bagian bawahnya tumbuh pada tangkai yang berdaging dan ditunjang oleh tulang belulang.
Secara visual, coelacanth terdapat sirip ekor (tail fin) yang terbagi menjadi tiga lembar. Coelacanth juga mempunyai kemampuan pancaindra sinyal elektrik atau disebut organ roseteral pada bagian muka tengkoraknya.
Coelacanth termasuk kelompok ikan bersirip lobus purba, dengan ordo Coelacanthiformes dan dalam kelas Actinistia. Ikan coelacanth juga masih berkerabat dengan ikan paru-paru dan ikan tetrapoda. Mereka merupakan ikan pemburu hewan piscivora yang aktif di malam hari. Jika diperhatikan, ikan jenis ini juga mempunyai sepasang mata yang besar, di mana penglihatan ikan tersebut sudah berevolusi menjadi kapasitas warna yang cenderung ke warna biru.
3. Pola kawin ikan coelacanth

Sebagai ikan bertulang sejati, coelacanth melakukan pembuahan secara internal dan melahirkan anaknya. Bahkan pernah ditemukan coelacanth betina dengan lima ekor embrio yang tengah berkembang di dalam ovariumnya, yang mana setiap anak ikan tersebut memiliki kantung kuning telur di bawah tubuhnya sebagai sumber makanan.
Biasanya ikan betina akan melahirkan anak selama 13 bulan hingga 3 tahun. Cara mereka reproduksi adalah ovovivipar. Dimulai dari pembuahan internal telur dan diikuti oleh periode kehamilan sekitar satu tahun. Embrio kemudian akan memakan kantung kuning telur, dengan puncak kelahiran hidup anak-anak yang sudah terbentuk sempurna.
Dalam hal jaringan makanan, ikan coelacanth biasanya memangsa cumi-cumi, sotong, atau gurita. Mereka lihai dalam bergerak cepat untuk menaklukan mangsa dan berlindung dari bahaya.
Memesona sekali, kan, keberadaan spesies ikan purba coelacanth yang masih hidup sampai saat ini! Sayangnya, keberadaan 'fosil hidup' tersebut mulai terancam karena faktor reproduksinya yang juga lambat. Dari informasi di atas, dapat kita ketahui bahwa perairan di Indonesia benar-benar kaya karena ikan purba yang hidup di Afrika pun dapat ditemukan di perairan Laut Sulawesi. Jaga terus agar tetap lestari, ya!