Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Santo Fransiskus dari Assisi, Inspirasi Paus Fransiskus

potret Santo Fransiskus dari Assisi (commons.wikimedia.org/Jl. FilpoC)

Wafatnya pemimpin tertinggi Gereja Katolik serta pemimpin negara Vatikan, Paus Fransiskus, pada 21 April 2025 lalu meninggalkan duka yang begitu mendalam bagi dunia. Pasalnya, Paus Fransiskus merupakan sosok pemimpin yang dikenang penuh kesederhanaan, kasih sayang, dan memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap keselamatan bumi. Ia telah banyak meninggalkan keteladanan dan warisan-warisan penting yang berpengaruh secara global, terutama terkait pemikiran-pemikirannya dalam menyelamatkan alam dan lingkungan.

Kepemimpinan Paus Fransiskus tidak terlepas dari pengaruh seorang biarawan abad pertengahan, yaitu Santo Fransiskus dari Assisi. Bahkan, ia menggunakan nama “Fransiskus” dari santo tersebut sebagai nama kepausan. Siapa Santo Fransiskus dari Assisi? Berikut fakta singkat yang menarik diketahui.

1. Kehidupan awal Santo Fransiskus dari Assisi

potret Santo Fransiskus dari Assisi (commons.wikimedia.org/Jl. FilpoC)
potret Santo Fransiskus dari Assisi (commons.wikimedia.org/Jl. FilpoC)

Santo Fransiskus lahir sekitar tahun 1181 di Kadipaten Spoleto, Assisi, Italia. Ia terlahir dari keluarga yang kaya. Ayahnya merupakan seorang pedagang kain yang sukses dan memiliki lahan pertanian di sekitar Assisi. Sementara itu, ibunya adalah perempuan asal Perancis.

Saat pertama lahir, ia dibaptis oleh ibunya dengan nama Giovanni. Namun, nama ini kemudian diubah oleh sang ayah menjadi Francesco. Ayahnya sangat menggilai Prancis, sehingga menginginkan putranya memiliki nama berbau Prancis.

Santo Fransiskus muda tumbuh di lingkungan yang serba mewah dan penuh kemudahan. Ia dimanja dengan segala kenikmatan duniawi, seperti makanan-makanan lezat, pesta, dan anggur. Pada usia 14 tahun, ia meninggalkan sekolahnya dan disebut sebagai remaja pemberontak. Ia pun menyebut dirinya sebagai seorang pendosa pada masa ini.

2. Perang dan penjara adalah titik balik kehidupan spiritualnya

ilustrasi perang (unsplash.com/Bei Ayson)
ilustrasi perang (unsplash.com/Bei Ayson)

Setelah tumbuh remaja, Santo Fransiskus ingin sekali menjadi seorang kesatria. Ia tidak tertarik menjadi pebisnis atau pun pedagang seperti ayahnya. Baginya, ia menginginkan lebih dari kekayaan dan medan pertempuran adalah tempat terbaik untuk meraih kejayaan dan prestise yang ia dambakan.

Pada tahun 1202, perang antara Perugia dan Assisi pecah. Momen ini dimanfaatkan oleh Santo Fransiskus untuk meraih ambisinya. Ia turun ke medan perang dengan mengenakan baju zirah mewah bak bangsawan dan bergabung dengan pasukan berkuda. Namun, Assisi dibantai hebat dalam peperangan tersebut yang menyebabkan sebagian besar pasukan mereka dibunuh di medan perang.

Dianggap sebagai seorang bangsawan, Santo Fransiskus, tidak dibunuh oleh musuh, melainkan ditangkap dan dijadikan tawanan perang. Ia dimasukkan penjara bawah tanah dan menunggu tebusan untuk kebebasannya. Selang setahun lamanya, yaitu pada tahun 1203, ia akhirnya berhasil ditebus oleh sang ayah dan keluar penjara.

Selama di penjara dan ketika ia dibebaskan, Santo Fransiskus mengalami sakit yang parah, sakit mental maupun fisik. Ia kemudian menjalani waktu sakit dan pemulihan yang panjang hingga tahun 1204.

Pada akhir tahun 1205, setelah kesembuhannya, ia mencoba bergabung dengan pasukan kepausan di bawah Count Gentile melawan kaisar Frederick II di Apulia, Italia. Namun dalam perjalanannya, Santo Fransiskus mendapatkan penglihatan dari Tuhan yang menyuruhnya untuk pulang dan menunggu panggilan menjadi seorang kesatria.

Sejak saat itulah, kehidupannya mulai berubah drastis. Alih-alih bekerja, Santo Fransiskus lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdoa kepada Tuhan agar mendapatkan jawaban atas maksud penglihatannya tersebut. Ia pergi ke gua dan melakukan pertobatan atas dosa-dosanya. Santo Fransiskus yang berusia 20-an tahun kini mulai mengalihkan fokusnya pada Tuhan.

3. Perjalanan pertobatan Santo Fransiskus

ilustrasi Yesus (unsplash.com/Nik Demidko)
ilustrasi Yesus (unsplash.com/Nik Demidko)

Dalam episode pertobatannya, Santo Fransiskus dikisahkan mendapatkan penglihatan tentang Kristus saat berdoa di sebuah gua dekat Assisi. Ia juga menjalani pengalaman kemiskinan, berbaur dengan pengemis di depan Basilika Santo Petrus dan meminta sedekah. Kisah yang paling menarik adalah ketika ia memberi sedekah dan mencium tangan seorang penderita kusta, padahal sebelumnya ia sangat merasa jijik terhadap penyakit tersebut. Namun, pengalaman itu membuatnya merasakan kebebasan yang tak terlukiskan. Ia menyebutnya sebagai ujian Tuhan.

Kisah pertobatan lain yang banyak mengubah hidup Fransiskus adalah ketika ia berdoa di depan salib Bizantium kuno di gereja san Damiano. Di sana, ia disebut mendengar suara Kristus, yang menyuruhnya membangun kembali Gereja Kristen dan menjalani kehidupan yang sangat miskin. Dikisahkan, ia melihat salib yang berada di atas altar berbicara dan memerintahkannya: “Pergilah, Fransiskus, dan perbaiki rumahku yang seperti kau lihat, hampir hancur.

Mendengar perintah tersebut, Fransiskus bergegas pulang dan mengumpulkan beberapa kain bagus dari toko ayahnya. Ia kemudian menjual kain tersebut dan memberikan uangnya kepada pendeta gereja San Damiano. Namun, pendeta menolak dan Fransiskus membuang semua uang tersebut.

Tindakan Fransiskus memancing kemarahan ayahnya, yang membuatnya dikurung di dalam rumah. Pada suatu waktu, ia kemudian dibawa ke uskup Assisi. Uskup menyuruhnya mengembalikan uang ayahnya dan berkata Tuhan akan  menyediakannya. Tanpa berkata apa pun, Fransiskus menanggalkan semua pakaiannya dan mengembalikannya kepada ayahnya. Dalam keadaan telanjang bulat, ia berkata pada ayahnya “sampai sekarang aku memanggilmu ayahku di bumi. Namun, selanjutnya aku dapat dengan benar mengatakan: Bapa kamu di surga”.

Sejak saat itu, Fransiskus meninggalkan keluarga dan kehidupan duniawinya. Ia kemudian pergi memperbaiki gereja San Damiano dan mengabdikan dirinya pada Santo Petrus sang Rasul.

4. Pengabdian untuk agama Kristen

ilustrasi pengabdian (unsplash.com/Art Institute of Chicago)
ilustrasi pengabdian (unsplash.com/Art Institute of Chicago)

Fransiskus meninggalkan Assisi dan menjalani hidup sesuai Injil. Ia menganut kemiskinan seperti Kristus. Menurutnya, gereja Kristen yang sangat kaya saat itu, dapat membuat cita-cita kerasulan terkikis. Ia kemudian memulai misi untuk memulihkan kembali nilai-nilai asli Yesus Kristus ke gereja yang telah banyak mengalami kemunduran.

Dalam perjalanannya, ia tidak hanya membangun gereja San Damiano, tetapi juga merenovasi kapel yang didedikasikan untuk santo Petrus sang Rasul dan kapel St. Maria. Di sisi lain, ia pun terus memicu dirinya untuk pencarian peningkatan spiritual.

Pada tahun 1208, Fransiskus mendengarkan Injil pada Hari Raya St. Matius. Khotbah itu berisi: “Dan pergilah dan beritakanlah: Kerajaan sudah dekat! …Jangan membawa emas atau perak, jangan membawa uang dalam ikat pinggang, jangan membawa bekal dalam perjalanan, jangan membawa dua helai baju, sandal atau tongkat, karena seorang pekerja patut mendapat makanannya. Dan di mana pun engkau masuk ke kota atau vila, carilah siapa yang layak di situ, dan tinggallah bersamanya sampai engkau berangkat." Isi khotbah ini benar-benar meresap ke dalam dirinya dan membuatnya menemukan jawaban atas kemauannya selama ini, hidup sesuai Injil.

Setelah mendengar khotbah tersebut, ia semakin yakin akan kehidupan untuk Tuhannya. Ia akhirnya melepaskan sepatu dan membuang tongkat yang digunakan sebelumnya. Ia memilih hanya mengenakan tunik kasar dan ikat pinggang dari tali, kemudian mengkhotbahkan pertobatan.

Seiring waktu, Fransiskus memiliki banyak pengikut dari berbagai kalangan, dari ladang hingga kota, bangsawan hingga rakyat jelata, universitas, dan pedagang. Pengikutnya ini dikenal dengan biarawan Fransiskan. Sebagai petunjuk kehidupan, Fransiskus menerapkan nilai-nilai kesetaraan sejati, menjunjung rasa hormat dan kasih, kesederhanaan, dan mengasihi Tuhan. Bersama pengikutnya, ia juga berkhotbah ke berbagai tempat, termasuk Tanah Suci.

5. Kematian dan warisan

ilustrasi warisan peninggalan (unsplash.com/chris liu)
ilustrasi warisan peninggalan (unsplash.com/chris liu)

Pada tahun 1224, Fransiskus dilaporkan menerima penglihatan  stigmata Kristus, tanda yang menyerupai luka yang diderita Yesus Kristus saat disalibkan, melalui tangannya dan luka tombak yang menganga di sisinya. Pada tahun 1225, ia mengalami sakit mata yang serius hingga harus menjalani perawatan medis. Kondisinya semakin kritis dan meninggal dunia pada 3 Oktober 1226.

Fransiskus meninggal pada usia 44 tahun di Assisi, Italia. Ia dimakamkan di gereja San Giorgio dan dipindahkan di basilika kepausan baru San Francesco pada 1230. Menjelang ajalnya, banyak yang meramalkan Fransiskus akan menjadi orang suci. Selang dua tahun kematiannya, ia dikanonisasi pada 16 Juli 1228 oleh Paus Gregorius IX.

Selama masa hidupnya, Santo Fransiskus banyak menuliskan tentang kecintaannya terhadap hewan dan alam semesta. Menurutnya, semua ciptaan Tuhan adalah saudara, termasuk hewan dan alam semesta. Jadi, ia tidak hanya menerapkan nilai-nilai kesetaraan dan kehormatan hanya pada sesama, melainkan juga pada semua ciptaan Tuhan. Karena kecintaannya tersebut, Santo Fransiskus mendapat gelar sebagai santo pelindung ekologi, yang terkenang hingga saat ini.

Santo Fransiskus adalah sosok yang telah menginspirasi banyak nilai-nilai kepausan pada Paus Fransiskus. Ia merupakan orang suci yang rela meninggalkan kemewahan duniawi demi mengabdikan diri pada Tuhan dan agama Kristen.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi wahyu intani
EditorDwi wahyu intani
Follow Us