Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seni lukis fresco pada langit-langit Stanza della Segnatura, Vatikan (pixabay.com/randomwinner)

Pernahkah terlintas dalam pikiranmu, mengapa mural pada bangunan zaman dahulu terlihat awet? Khususnya mural pada bangunan era Renaissance. Seakan-akan catnya tidak memudar, padahal rata-rata sudah berusia 4-7 abad. Bagaimana cara para maestro membuatnya, ya? Jawabannya adalah dengan menggunakan teknik lukis fresco.

Teknik lukis fresco adalah teknik melukis di atas dinding atau langit-langit dengan menggunakan pigmen warna yang dicampur dengan air dan diaplikasikan pada plester basah. Meskipun termasuk salah satu metode lukis tertua, teknik ini terkadang masih digunakan dalam seni modern. Tertarik mendalaminya? Berikut serba-serbi teknik lukis fresco yang dapat menambah wawasanmu.

1. Terdapat dua jenis teknik utama dalam melukis fresco

Teknik fresco karya Michelangelo di Kapel Sistina, Vatikan (pexels.com/Alina Rossoshanska)

Terdapat dua jenis teknik utama melukis fresco. Pertama, buon fresco (fresco basah), di mana pigmen warna dicampur dengan air dan diaplikasikan pada plester yang masih basah. Warna akan menyerap ke dalam plester dan mengering bersamaan, menjadikannya sangat tahan lama. Contoh terkenal teknik ini adalah mural The Creation of Adam karya Micheangelo di Kapel Sistina, Vatikan.

Kedua, fresco secco (fresco kering). Pada teknik ini, lukisan dibuat di atas plester yang sudah kering dengan menggunakan pengikat seperti telur atau lem. Teknik ini kurang tahan lama dibandingkan buon fresco karena pigmen hanya menempel di permukaan. Fresco secco sering digunakan dalam proyek restorasi seni untuk memperbaiki atau mempertahankan mural kuno yang telah mengalami kerusakan seiring waktu.

2. Buon fresco memiliki tiga tahapan

Lukisan The School of Athens karya Raphael (pixabay.com/WikiImages)

Proses pembuatan buon fresco terdiri dari beberapa tahap. Pertama, mempersiapkan dinding dengan mengaplikasikan lapisan kasar (arriccio) sebagai dasar. Setelah itu, membuat sketsa awal (sinopia) pada lapisan dasar dan menerapkan lapisan plester halus (intonaco) di area yang akan dilukis. Tahap ketiga yaitu mengaplikasikan pigmen warna yang dicampur air sebelum plester mengering agar menyerap ke dalamnya. Tahap terakhir, plester dan warna mengering bersamaan, membuat lukisan menyatu dengan dinding secara permanen.

3. Teknik lukis fresco populer pada era Renaissance

Seni lukis fresco pada langit-langit Stanza della Segnatura, Vatikan (pixabay.com/randomwinner)

Teknik fresco telah digunakan sejak zaman kuno dan mencapai puncak popularitas di era Renaissance. Di zaman kuno, fresco digunakan dalam lukisan gua prasejarah dan dekorasi dinding Mesir Kuno serta Pompeii. Pada Abad Pertengahan, teknik ini banyak digunakan dalam gereja dan katedral, terutama dalam seni Kristen Bizantium. Era Renaissance merupakan puncak kejayaan fresco dengan munculnya karya-karya dari seniman seperti Giotto, Masaccio, Michelangelo, dan Raphael. 

4. Teknik lukis fresco memiliki kelebihan dan kekurangan

Lukisan fresco karya Masaccio di Brancacci Chapel, Florence (flickr.com/Steven Zucker, Smarthistory co-founder)

Teknik fresco memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, warna fresco sangat tahan lama karena menyatu dengan dinding, tidak mudah pudar meskipun terkena cahaya atau kelembaban, serta menambah estetika arsitektur klasik. Namun, teknik ini juga memiliki kekurangan, seperti sulit diperbaiki jika terjadi kesalahan, membutuhkan keterampilan tinggi dan perencanaan matang, serta memiliki waktu pengerjaan yang terbatas karena plester harus tetap basah saat dilukis. Karena faktor inilah, seniman mural modern masa kini jarang menggunakannya. Teknik yang lebih umum digunakan saat ini adalah teknik mural modern yang menggunakan cat akrilik atau semprot, karena lebih praktis dan sesuai dengan kebutuhan zaman.

5. Meski jarang, teknik fresco masih relevan digunakan pada masa kini

Detroit Industry Murals karya Diego Rivera (commons.wikimedia.org/ashleystreet)

Meskipun sudah jarang, beberapa seniman mural kontemporer mengadaptasi teknik fresco untuk menciptakan karya seni yang tahan lama di ruang perkotaan. Teknik fresco masih relevan digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya untuk mural dekoratif di ruang publik, bangunan bersejarah, dan proyek restorasi. Salah satunya adalah seniman asal Meksiko bernama Diego Rivera. Ia banyak menggunakan teknik fresco dalam muralnya. Karyanya yang paling terkenal adalah Detroit Industry Murals (1932-1933) di Detroit Institute of Arts, Amerika Serikat. Lukisan ini menggambarkan pabrik Ford dan para pekerjanya, menyoroti dampak industri terhadap masyarakat.

Secara keseluruhan, teknik lukis fresco adalah salah satu metode melukis tertua dan paling tahan lama dalam sejarah seni. Meskipun tidak lagi umum digunakan dalam seni modern, fresco tetap dihargai sebagai teknik monumental yang melahirkan banyak karya seni ikonik. Hingga kini, teknik ini tetap digunakan dalam restorasi dan mural dekoratif untuk melestarikan warisan budaya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team