Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret Patung Chollima
potret Patung Chollima (commons.wikimedia.org/Uwe Brodrecht)

Intinya sih...

  • Patung Chollima dirayakan sejak 1961

  • Gerakan Chollima memotivasi pembangunan Korea Utara

  • Terbuat dari perunggu dan granit, sering dibandingkan dengan Pegasus

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Patung Chollima memiliki makna nasional dan historis yang besar bagi masyarakat Korea Utara. Berdiri setinggi 46 meter di Bukit Mansu di pusat Pyongyang, ia menggambarkan seekor kuda yang berlari kencang. Patung ini dengan kuat melambangkan kekuatan, kecepatan, dan tekad. Makna patung ini berakar kuat pada sejarah modern Korea Utara dan warisan budaya kunonya.

Nama "Chollima" berasal dari budaya dan mitologi Timur kuno. Dalam legenda Korea, serta tradisi Jepang dan China, nama ini merujuk pada sejenis kuda supernatural bersayap yang mampu berlari dengan kecepatan luar biasa. Istilah ini secara harfiah diterjemahkan menjadi "Kuda Seribu Li", dengan "li" sebagai satuan jarak tradisional. Meskipun mistis, Chollima kini sering dianggap sebagai hewan simbolis atau nasional Korea Utara. Yuk, simak fakta menarik tentang Patung Chollima berikut ini!

1. Diresmikan pada tahun 1961

Pemandangan Patung Chollima dari kejauhan (commons.wikimedia.org/Uwe Brodrecht)

Young Pioneer Tours menyebutkan bahwa Patung Chollima selesai dibangun pada tanggal 15 April 1961, untuk merayakan ulang tahun ke-49 Kim Il Sung. Patung ini berdiri sebagai monumen utama di ibu kota, Pyongyang. Sejak saat itu, patung ini telah menjadi simbol nasional yang kuat akan kemajuan dan ketahanan. Kini, Patung Chollima tetap menjadi salah satu landmark paling terkenal dan dikagumi di Korea Utara.

Rujukan terhadap Chollima membangkitkan rasa patriotisme dan motivasi yang mendalam di kalangan masyarakat Korea. Simbol ini melambangkan semangat kekuatan dan tekad bangsa. Simbol ini berfungsi sebagai pengingat persatuan dan kemajuan dalam budaya Korea Utara. Istilah "Chollima" bahkan telah diadopsi sebagai julukan untuk tim nasional sepak bola Korea Utara.

2. Menghormati Gerakan Chollima

Pemandangan Patung Chollima dari kejauhan (commons.wikimedia.org/Jack Upland)

Pada akhir 1950-an, setelah kehancuran akibat Perang Korea, industri-industri Korea Utara hancur lebur. Pada tahun 1956, Presiden Kim Il Sung, terinspirasi oleh pertumbuhan industri China dan Uni Soviet, menggalang seruan pemersatu untuk membangun kembali negaranya. Ia memperkenalkan slogan "Mari kita maju dengan semangat Chollima!" untuk memotivasi rakyat. Kampanye ini menghasilkan rekonstruksi yang cepat dan bahkan memungkinkan pembangunan Korut untuk sementara waktu melampaui Selatan.

Gerakan serupa tidak hanya terjadi di Korut, karena negara lain juga meluncurkan upaya untuk meningkatkan produktivitas dan persatuan rakyat mereka. Uni Soviet, China, dan Kamboja di bawah Khmer Merah meluncurkan kampanye untuk mendorong kemajuan yang lebih cepat. Inisiatif-inisiatif ini bertujuan untuk menginspirasi kekuatan kolektif. Mencerminkan pula keinginan bersama antarnegara untuk membangun masa depan yang lebih kuat dan sejahtera.

3. Terbuat dari perunggu dan granit

potret Patung Chollima (commons.wikimedia.org/Jan Engelhardt)

Patung Chollima berdiri megah setinggi 46 meter, terbuat dari perunggu dan granit. Desainnya yang megah menampilkan keahlian dan detail yang luar biasa. Koryo Tours menambahkan bahwa patung kudanya sendiri memiliki tinggi 14 meter dan panjang 16 meter. Semua fitur ini menjadikannya salah satu karya seni Korea Utara yang paling mencolok.

Patung Chollima menggambarkan seekor kuda bersayap megah yang membawa dua penunggang. Kedua figur ini mewakili seorang buruh setinggi 7 meter dan seorang perempuan petani setinggi 6,5 meter. Sang buruh mengangkat "Surat Merah" dari Komite Sentral Partai Buruh Korea. Sementara itu, perempuannya memegang seikat padi, yang melambangkan kemakmuran pertanian.

4. Sering kali dibandingkan dengan Pegasus

potret Patung Chollima (commons.wikimedia.org/Uwe Brodrecht)

Meskipun Chollima merupakan simbol yang unik, orang Korea Utara sering menyamakannya dengan Pegasus. Pegasus, kuda bersayap dewa dalam mitologi Yunani, memiliki sifat keanggunan dan kekuatan yang serupa. Kedua makhluk ini mewakili inspirasi dan kekuatan dalam budaya masing-masing. Layaknya mitos Yunani, kisah Chollima dihormati dan dirayakan, bukan sekadar kepercayaan harfiah.

Seperti banyak kesalahpahaman tentang Korea Utara, anggapan bahwa orang-orang di sana benar-benar percaya pada Chollima tidaklah benar. Kenyataannya, orang Korea Utara menganggapnya sebagai simbol nasional yang kuat, alih-alih makhluk nyata. Mitos ini menjadi inspirasi untuk kerja keras dan kemajuan. Yang jelas, Chollima dirayakan karena maknanya, bukan karena keberadaannya.

Patung Chollima lebih dari sekadar monumen, ia menangkap esensi sebuah bangsa yang bertekad meraih kejayaan. Berakar pada mitologi dan sejarah, ia terus membangkitkan kebanggaan mendalam di kalangan rakyat Korea. Desain dan simbolismenya yang mencolok mencerminkan perjuangan Korea Utara yang gigih untuk mencapai kemajuan. Kini, patung ini tetap menjadi salah satu landmark paling ikonis di negara tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team