Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi: simpanse (P. troglodytes) dapat terkena kusta. Namun, bagaimana bisa? (pixabay.com/Pixel-mixer)

Sudah terlihat di masa-masa Sebelum Masehi, kusta atau lepra adalah salah satu infeksi jangka panjang yang mematikan. Disebabkan oleh M. leprae atau M. lepromatosis, kusta membuat pasiennya tidak mampu merasakan sakit. Alhasil, mereka kehilangan anggota tubuh akibat cedera, hingga menyebabkan kematian.

Selama ini, kusta adalah penyakit yang menyerang manusia, hingga menjadi tanda kenajisan di berbagai kepercayaan. Akan tetapi, temuan penelitian terbaru mengejutkan dunia. Ternyata, penyakit kusta juga terdeteksi di primata non-manusia. Yuk, simak penelitian selengkapnya!

Disclaimer: Artikel ini mengandung gambar-gambar yang dapat membuat tidak nyaman. Kebijaksanaan pembaca amat diharapkan.

1. Sekilas mengenai kusta

pasien kusta (pixabay.com/jamboo7809)

Kusta dapat disebut juga "Penyakit Hansen". Hal ini dikarenakan pada 1873, ilmuwan Norwegia, G.H. Armauer Hansen, menermukan bahwa M. leprae adalah biang kerok penyakit kusta. Selain M. leprae, pada 2008, M. lepromatosis juga ternyata adalah bakteri yang menyebabkan kusta pada manusia.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kedua bakteri tersebut berpindah antara manusia dan pasien kusta melalui tetesan (droplet) dari hidung dan mulut. Per 2019, lebih dari 200 ribu kasus kusta tercatat di 161 negara secara global, dan dari angka tersebut, hampir 15 ribu adalah anak-anak di bawah 14 tahun.

Memengaruhi kulit, saraf periferal, saluran pernapasan atas, dan mata, kusta sebenarnya dapat disembuhkan dengan kombinasi obat. Namun, jika tak ditangani, dapat menyebabkan komplikasi fatal.

2. Gejala-gejala dan komplikasi umum akibat kusta

Editorial Team

Tonton lebih seru di