Ilustrasi gempa bumi (pexels.com/Faruk Tokluoğlu)
Ingat bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan? Nah, kulit terluar bumi yang tipis pecah menjadi potongan-potongan yang disebut lempeng tektonik. Pelat tersebut memiliki bentuk seperti puzzle, tetapi menyatu dan tidak diam di satu tempat. Lempeng bumi mengambang di bagian mantel bumi.
Aliran mantel yang terjadi menyebabkan lempeng tektonik bergerak ke berbagai arah. Gerakan tersebut termasuk slip, collision, sreading, dan subduksi, melansir American Museum of Natural History. Lantas, apa hubungannya dengan gempa tektonik?
Nah, pergerakan tersebut yang menjadi perbedaan gempa vulkanik dan tektonik. Pergerakan lempeng tersebut berdampak besar pada planet kita. Singkatnya, gempa bumi tektonik disebabkan oleh pergerakan lempeng ketika energi yang terkumpul dalam zona batas lempeng tersebut dilepaskan, melansir UWI Seismic.
Gempa tektonik bisa dimulai dengan 'gempa pendahuluan' berkekuatan ringan. Selanjutnya, diikuti dengan gempa bumi terbesar yang disebut mainshock dan sebagian besar diikuti oleh gempa susulan. Dilansir USGS, gempa susulan ini bisa berlangsung bahkan bertahun-tahun setelah gempa utama, lho.
Salah satu gempa tektonik terbesar yang pernah terjadi adalah gempa bumi di Sumatra pada 2004. Gempa akibat aktivitas lempeng bumi tersebut bahkan memicu tsunami.