potret Sphinx Agung Giza yang sedang ramai pengunjung (commons.wikimedia.org/Mstyslav Chernov)
Mengingat lokasi Sphinx Agung Giza terletak di depan Piramida Khafre, artinya bangunan ini bangun pada masa pemerintahan Firaun Khafre. Khafre sendiri memerintah Mesir Kuno sekitar tahun 2575—2465 SM. Namun, arkeologis memperkirakan kalau bangunan ini selesai antara 2575—2150 SM atau ketika Dinasti Keempat Mesir Kuno berlangsung, dilansir National Geographic. Maka dari itu, ada kemungkinan kalau Sphinx Agung Giza selesai dibangun pasca Firaun Khafre wafat.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Sphinx Agung Giza dibangun dengan material batu kapur. Akan tetapi, berbeda dengan piramida yang dibangun secara bersusun dan satu per satu, Sphinx Agung Giza dibangun dari satu bongkahan batu kapur besar secara perlahan hingga membentuk patung singa yang kita kenal saat itu. Hal ini menandakan kalau Sphinx Agung Giza sebenarnya merupakan salah satu objek pahatan patung terbesar yang pernah dibuat manusia, khususnya pada peradaban kuno.
Kata "sphinx" sebenarnya bukan nama resmi yang diberikan orang Mesir Kuno. Malahan, sampai saat ini kita belum mengetahui nama asli dari Sphinx Agung Giza. Dilansir Smithsonian Magazine, kata "sphinx" berasal dari Yunani Kuno yang merujuk pada sosok makhluk mitologis berbentuk singa dengan kepala manusia wanita dan memiliki sayap burung. Makhluk ini diasosiasikan dengan teka teki dan kejahatan, dimana ia tak segan membunuh siapapun yang tidak dapat memecahkan teka teki darinya.
Masalahnya, kata sphinx dari Yunani Kuno ini baru digunakan sekitar 2000 tahun pascabangunan ini rampung. Sepanjang waktu itu, kita belum pernah menemukan catatan resmi yang menyebut patung ini dengan sebutan tertentu. Masalahnya makin pelik lagi kalau melihat fakta dimana orang Mesir Kuno tidak meninggalkan catatan tulisan, melainkan gambar yang sulit ditafsirkan.
Oh iya, ada satu fakta menarik terkait warna dari Sphinx Agung Giza. Saat ini, kita mungkin melihat bangunan ini tanpa warna dan terlihat menyatu dengan lingkungan sekitar. Namun, ribuan tahun yang lalu, bangunan ini diduga jauh lebih berwarna. National Geographic melansir kalau sejumlah arkeolog menemukan sisa-sisa pigmen warna biru, kuning, dan merah pada berbagai bagian Sphinx Agung Giza. Temuan itu diperkuat dengan tulisan dari penulis Romawi, Pliny the Elder, yang hidup sekitar abad pertama masehi dan menggambarkan kalau bagian kepala Sphinx Agung Giza memiliki warna merah.