Bikin Rileks, 7 Pasukan Ini Menggunakan Zat Adiktif Selama Perang

Dari bangsa Viking sampai Wehrmacht 

Zat adiktif tidak hanya dikonsumsi oleh segelintir orang yang sedang depresi atau kaum hippies. Sepanjang sejarah, beberapa pasukan yang akan berperang juga menggunakan zat adiktif untuk menenangkan mereka. Salah satu contohnya adalah penggunaan pervitin atau sabu-sabu oleh Wehrmacht selama Perang Dunia II.

Tak hanya pervitin, artikel ini ini juga akan membahas penggunaan rokok, minuman keras, dan jamur sihir dalam berbagai pertempuran dalam sejarah. Berikut tujuh pasukan yang menggunakan zat adiktif sepanjang sejarah.

1. Pasukan Romawi dan wine

Bikin Rileks, 7 Pasukan Ini Menggunakan Zat Adiktif Selama Peranggotoburgas.com

Di Romawi kuno, warga biasa dan budak sama-sama mengonsumsi sekitar tiga liter wine sehari. Pada dasarnya, tidak ada stigma kelas yang terkait dengan ketergantungan alkohol, sehingga semua orang meminumnya setiap saat. Sains yang belum berkembang saat itu membuat mereka percaya kalau anggur Romawi adalah obat.

Oleh karena itu, pasukan Romawi diberikan jatah wine setiap harinya. Seperti dijelaskan dalam buku The Logistics of the Roman Army at War, ransum itu dimaksudkan untuk meningkatkan moral dan menjaga energi para prajurit Romawi ketika mereka sedang lelah.

2. Berserker Viking dan jamur psikedelik

Bikin Rileks, 7 Pasukan Ini Menggunakan Zat Adiktif Selama Perangancient-origins.net

Berabad-abad sebelum pasukan Jerman melakukan "blitzkrieg," sekelompok kecil pasukan Viking sudah membuat legenda keganasan yang tak tertandingi di masa lampau. Mereka bahkan punya istilah sendiri untuk menggambarkan serangan mereka, yakni "berserk."

Penyair Islandia, Snorri Sturluson, pernah menulis tentang para berserker ini. "Pasukan Odin langsung berlari ke lini depan tanpa baju besi, sama gilanya dengan anjing atau serigala, dan menggigit perisai musuh mereka. Mereka sekuat beruang atau lembu liar dan akan membunuh orang dengan satu pukulan."

Sementara klaim itu masih diperdebatkan, beberapa sejarawan percaya kalau salah satu bahan utama dalam alkohol Skandinavia, myrtle rawa, mungkin telah memicu kegilaan tersebut. Para sejarawan juga menduga kalau berserker telah mengonsumsi jamur psikedelik untuk menghilangkan rasa sakit yang mereka dapatkan.

3. Bangsa Maya menyembah dewa jamur, Tlaloc

Bikin Rileks, 7 Pasukan Ini Menggunakan Zat Adiktif Selama Perangancient.eu

Arkeolog Dr. Stephan F. de Borhegyi menemukan bukti yang menunjukkan kalau "ritual jamur" menjadi fokus dari penyembahan bangsa Maya. Menurut Borhegyi, sekitar tahun 1.000 SM, muncul kelompok yang menyembah jamur sihir. Lebih lanjut lagi, kelompok tersebut mengaitkan jamur tersebut dengan berbagai ritual.

Beberapa sejarawan percaya kalau bangsa Maya sering melakukan konflik skala penuh atas nama Tlaloc, dewa yang dikaitkan dengan jamur. Tlaloc sendiri digambarkan dengan mata melotot, kumis setang, dan taring jaguar, kemungkinan karena penggambarannya dibuat oleh orang yang sedang menggunakan jamur psikedelik.

Borhegyi percaya kalau suku Maya menyimpan bubuk jamur ini di dalam toples dan akan memakainya sebelum masuk ke medan perang.

Baca Juga: 6 Kisah Mengerikan dari Perang Dunia II, Bikin Merinding!

4. Pelaut Inggris dan rum

Bikin Rileks, 7 Pasukan Ini Menggunakan Zat Adiktif Selama Peranghistoric-uk.com

Di awal abad ke-19, Napoleon Bonaparte berhasil menaklukkan sebagian besar benua Eropa. Dalam upaya untuk mengekang ambisinya, pasukan gabungan Eropa menyerang Prancis. Bersama mereka, datanglah Angkatan Laut Inggris yang sangat ditakuti, yang dikenal di seluruh dunia karena keterampilan berlayar mereka.

Ternyata, kemampuan para pelaut Inggris berasal dari jumlah liquor (minuman keras) yang mereka minum setiap harinya. Menurut para sejarawan, pemerintah Inggris saat itu membagikan liquor kepada mereka dengan tujuan untuk meningkatkan moral dan memerangi penyakit.

Menurut sebuah perkiraan, pasukan Inggris yang terdiri dari 36.000 tentara membutuhkan sekitar 550.000 galon rum per tahun, atau sekitar 15,3 galon per orang setiap tahunnya atau 1,3 galon per orang setiap bulannya. Jatah ekstra akan diberikan saat pertempuran terjadi. Rum yang diberikan kepada mereka biasanya memiliki kandungan alkohol sekitar 50%. 

5. Prajurit Zulu dan ganja

Bikin Rileks, 7 Pasukan Ini Menggunakan Zat Adiktif Selama Perangbritannica.com

Pada tahun 1870-an, tentara Inggris (masih) dianggap sebagai kekuatan tempur paling elit di dunia. Ketika gelombang imperialisme melanda dunia, pasukan Inggris dikenal sebagai pasukan berpengalaman yang ditakuti oleh semua musuhnya. Ini semua sampai mereka berhadapan dengan suku Zulu dari Afrika Selatan.

Meski tertinggal jauh dalam hal teknologi, mereka sangat ditakuti oleh tentara Inggris. Sebelum berperang, para prajurit Zulu akan melakukan ritual atas perintah shaman mereka. Mereka kemudian diberi ganja lokal yang disebut "dagga."

Dagga memberikan keberanian kepada prajurit Zulu, membuat mereka sulit diprediksi selama pertarungan. Tentara Zulu juga sangat terorganisir, dan ritual komunal serta penggunaan dagga membantu memperkuat ikatan persaudaraan mereka, yang pada gilirannya berkontribusi pada keberhasilan mereka dalam pertempuran melawan Inggris. 

6. Wehrmacht dan sabu-sabu

Bikin Rileks, 7 Pasukan Ini Menggunakan Zat Adiktif Selama Perangrt.com

Ketika Nazi Jerman berhasil menguasai Eropa Barat di awal Perang Dunia II, sebuah istilah baru diciptakan untuk menggambarkan kecepatan dan efisiensi dari serangan tentara mereka, Wehrmacht. Istilah itu dikenal sebagai "blitzkrieg" atau "serangan kilat."

Pada saat invasi Jerman ke Polandia pada tahun 1939, Wehrmacht sangat ditakuti oleh pasukan Sekutu. Mereka dianggap memiliki stamina dan kekuatan manusia super, serta kemauan untuk bertarung tanpa ragu. Namun di balik reputasi tersebut, ada narkoba yang membantu mereka, sebuah zat yang disebut pervitin atau sabu-sabu.

Seperti dilansir dari History, pervitin sendiri sudah sering digunakan oleh masyarakat Jerman untuk meningkatkan energi. Zat ini terkadang dicampur dengan coklat atau makanan lainnya. Belakangan diketahui kalau Adolf Hitler juga sering mengonsumsinya.

Di tengah medan perang, pervitin membantu Wehrmacht untuk tetap terjaga selama berhari-hari tanpa makan atau tidur. Tentunya, zat ini juga turut menjaga semangat mereka sepanjang pertempuran.

7. Tentara Amerika Serikat dan berbagai zat adiktif

Bikin Rileks, 7 Pasukan Ini Menggunakan Zat Adiktif Selama Perangvariety.com

Perang Saudara Amerika adalah salah satu momen tergelap dalam sejarah Amerika. Pada saat itu, para petugas medis akan memberikan morfin secara "cuma-cuma" kepada pasukan di kedua sisi. Sejarawan memperkirakan bahwa setidaknya ada 200.000 pecandu morfin pada tahun 1900-an sebagai akibat dari konflik tersebut.

Selain morfin, rokok juga menjadi zat adiktif yang diberikan kepada tentara Amerika selama perang. Sebelum tahun 1917, ketika Amerika memasuki Perang Dunia I, merokok dianggap sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh kelas atas. Namun, ketika tentara Amerika dikirim ke front Eropa, mereka akan diberi rokok tembakau yang dilinting.

Para petinggi militer berpendapat kalau merokok akan menenangkan saraf seorang prajurit sebelum berperang. Selama perang, para dokter juga akan memberikan rokok kepada tentara yang terluka. Tak lama setelahnya, tren mengisap rokok pun membludak.

Tentara Amerika menganggap rokok jauh lebih murah dan lebih mudah digunakan saat bepergian. Jadi, mereka membawa pulang kebiasaan ini setelah pertempuran selesai. Banyak tentara yang bergantung pada tembakau selama Perang Dunia I, lalu membawa kebiasaan mereka ke dalam Perang Dunia II.

Kecenderungan tentara Amerika dengan zat adiktif tidak sampai di situ saja. Ketika Perang Vietnam berkecamuk, ada banyak film dan buku yang mempopulerkan fakta kalau penggunaan zat-zat adiktif diperbolehkan di sana.

Untuk meningkatkan stamina, agresi, dan semangat prajurit yang bertempur dalam kondisi yang menakutkan, para petinggi militer Amerika di Vietnam akan membagikan berbagai zat adiktif seperti pil pep, steroid, dan banyak lagi. 

Penyalahgunaan narkoba adalah hal yang sangat dilarang. Meski begitu, beberapa pasukan di atas telah menggunakan zat adiktif selama pertempuran berlangsung. Meski digunakan untuk menenangkan pikiran, selalu ada dampak buruk yang akan muncul dari penggunaannya.

Baca Juga: 6 Fakta Sejarah Perang Kuning, Perang Besar Tionghoa-Jawa Melawan VOC

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya